Seni Tari Media Pencurahan Aspirasi Bagi Kawula Muda
Solo, Poskita.co – Tari merupakan salah satu budaya yang amat sangat masih dilestarikan oleh bangsa indonesia. Jaman dahulu tari menjadi hal yang amat sangat sakral karena digunakan untuk media upacara dan hal hal yang sakral lain nya.
Kini mengiringi perkembangan jaman,taripun bisa menggambarkan dan mengaspirasikan hal yang mungkin tidak bisa di aspirasikan secara lisan.
Dalam pers release yang diterima Poskita.co Jumat (11/11/2022) pada tangal 24 Oktober 2022 lalu, tepatnya di Gedung Wisma TBJT menampilkan pentas tari dari Mahasiswa HIMATA ISBI bandung karya Muhammad Ardi Kurniadi yang berjudul “Heurin” yang ditarikan oleh Lutfiah Ulfi Suntara, Hera Harfiyanti, Indah Purnamasari, Venaura Arsy, Rani Tiara, Maharsy Esa, Putri Dwi Ningsih, Ita Septiani, Syahwa Yulianti, Ilman Abdul Ghani, Ikhwan Kamaludin dan Dena Puspita.
Karya ini terinspirasi dari kemacetan lalu lintas, kemacetan sendiri merupakan keadaan tersendatnya hingga terhentinya arus lalu lintas.
Umumnya kondisi ini disebabkan oleh menumpukknya jumlah kendaraan yang melibihi kapasitas yang tersedia di jalanan, kemacetan memiliki beberapa dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Salah satu dampak dari kemacetan adalah dapat memperlambat kinerja dari masyrakat yang terjebak macet. Dampak lain kemacetan lalu lintas adalah dapat menimbulkan polusi udara.
Tarian “Heurin” karya Ardi Kurniadi ini menggambarkan berbagai macam sifat sifat manusia saat kemacetan ini terjadi, mengekspresikan dan mengaspirasikan semua yang harus diluapkan lewat mahakarya tarian indah “Heurin” ini, walaupun dikemas secara modern, pentas tari heurin ini tetap mengangkat berbagai macam unsur budaya di dalamnya, harapan dari diadakanya pentas tari ini untuk, menyadarkan manusia akan sifat yang mungkin tidak mereka lihat, mungkin saat macet mereka hanya berpikir bahwa mereka hanya antri runtut di jalan akan tetapi ada berbagai ungkapan rasa mulai dari gelisah, emosi, egois, dan sabar yang ada diatas aspal penuh kemacetan tersebut, jaman boleh terus berkembang akan tetapi seni tradisi juga bisa kita jadikan media untuk ber-aspirasi, culture for future.
Penulis : Aisyah Nurrahmah Prodi Televisi Film Institut Seni Surakarta
editor: cosmas