Pemasaran UMKM Ngadat Karena Gaptek
SRAGEN, POSKITA.co — Potensi Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) di Kabupaten Sragen cukup banyak. Namun sayangnya sebagian besar terhambat di pemasaran secara luas akibat kurangnya kecakapan pelaku usaha di bidang teknologi. Situasi ini mengakibatkan daya saing UMKM Sragen melemah. Tim penggerak PKK Desa Tangkil menggenjot warganya selaku pelaku UMKM untuk melek teknologi dengan melakukan pemasaran usahanya secara online.
Ketua Pokja II Tim Penggerak PKK Desa Tangkil, Kecamatan Sragen Isyana Darmastuti Raras Anindyasari menyampaikan dilaksanakan program pembinaan untuk pelaku UMKM di desa Tangkil. Sebelumnya para pelaku usaha mendapatkan pelatihan untuk pengemasan. Lantas kali ini pelaku UMKM desa Tangkil mendapat ilmu terkait pemasaran digital.
“Setelah produk UMKM dikemas sesuai standar, maka diarahkan untuk mampu memasarkan. UMKM di desa Tangkil khususnya ada permasalahan pemasaran,” ujarnya.
Dia menuturkan saat ini pemasaran banyak dilakukan secara digital. Permasalahannya para pelaku UMKM sebagian besar berusia diatas 40 tahun. Sehingga tidak dipungkiri banyak dari mereka yang gagap teknologi (gaptek). Sehingga pihaknya mendorong untuk para pelaku usaha belajar.
Pihak PKK lantas mengundang pelaku usaha Dodok Sartono dan praktisi Digital Ari Rudiyanto untuk membagikan ilmunya. “Dengan pelatihan ini, mereka bisa menggunakan handpone tidak sekedar alat komunikasi saja. Karena harus diakui mereka selama ini hanya menggunakan handphone untuk alat komunikasi saja,” jelasnya.
Dia berharap setelah ini ada penjualan dan cara pemasaran yang lebih mudah. Permasalahan pasar konvensional saat ini relatif lebih sepi. Namun mereka masih sangat dasar dalam memahami pemasaran digital. “Kalau ke marketplace, teman-teman belum, sementara kita arahkan ke jaringan mereka di whatsapp dulu,” jelasnya
Sedangkan Ketua PKK Desa Tangkil, Mursiti menuturkan banyak penurunan pendapatan pelaku UMKM selama massa pandemi. Sehingga produk UMKM andalan di desa Tangkil bisa bertahan. “Di Tangkil ada kripik belut, kondisi lebih sulit karena kesediaan bahan baku sulit, seperti minyak juga mahal. UKM sebenarnya banyak, tapi kita undang 35 orang, kebanyakan masih sampingan tambahan penghasilan,” ujar dia. (Cartens)