Jenang Ayu Bu Sono Pacing Wedi Jadi Klangenan

Spread the love

KLATEN, POSKITA.co – Didukung 10 karyawannya, Ibu Sono yang berusia sekitar 80-an tahun, tetap semangat dalam menekuni pembuatan produksi jenang ayu. 10 karyawannya itu ada 3 orang laki-laki dan sisanya perempuan.

Warga yang tinggal di sekitar rumahnya diajak bergabung dan menjadi karyawan produksi jenang ayu. Selain jenang ayu, juga ada wajik, jadah,  trasian, emping melinjo dan lainnya. Sekitar tahun 1989, usaha produksi jenang ayu dijalani Bu Sono.

“Awalnya jualan hanya karena ada pesanan warga atau keluarga. Kalau ada warga yang punya hajatan, saya bawa jenang ayu. Ternyata banyak yang suka, akhirnya usaha jenang ayu ini saya jalani,” ujar Bu Sono.

Setelah pasca gempa bumi tahun 2006, sekitar tahun 2008, Bu Sono dibantu putranya Agung untuk menekuni jualan jenang ayu. Dan sampai saat ini terus mengalami perkembangan dan pelanggan datang dari mana-mana.

Agung dan istrinya Fatmawati saat di dapur pembuatan jenang ayu dibantu tetangganya.

Agung yang juga perangkat Desa Pacing ini tetap bersyukur, usaha jenang ayu bisa semakin eksis. Setiap hari bisa tembus 1,5 kuintal jenang ayu yang dibuat pagi hari sekitar pukul 05.00-10.00 WIB.

“Bagi warga yang punya hajatan mantenan, bisa pesan jenang ayu, wajik atau jadah untuk lamaran. Minimal pesanan 10 kg, untuk wajik per kilogramnya Rp 30 ribu, jadah Rp 20 ribu per kilogram dan jenang ayu Rp 35 ribu per kilogram,” ujar Agung.

Bupati Klaten Hj. Sri Mulyani, SM juga pernah singgah dan menikmati jenang ayu Bu Sono ini. Bupati Sri Mulyani senang bisa mampir dan melihat langsung suasana pembuatan jenang ayu legendaris ini. Menantunya Fatmawati (Istri Agung) juga ikut memasarkan dengan sistem COD atau dikirim lewat jasa pengiriman. (Kim)

Caption Foto HL:
Bu Sono bersama menantunya Fatmawati tunjukkan jenang ayu bikinannya.