Penggunaan Bahasa Jawa Sehari Dalam Seminggu untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Jawa Anak Jawa

Spread the love

oleh: Giyarti, S.Pd

SDN 01 Dawung, Matesih, Karanganyar

Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa komunikasi yang digunakan secara khusus di lingkungan etnis Jawa. Bahasa ini merupakan bahasa pergaulan, yang digunakan untuk berinteraksi antar individu dan memungkinkan terjadinya komunikasi dan perpindahan informasi sehingga tidak ada individu yang ketinggalan zaman (Ahira,2010).

Menurut Hermadi (2010), bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari di daerah Jawa, khususnya Jawa Tengah. Hal ini tidak mengherankan karena kejayaan kehidupan keraton di masa lampau banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dibandingkan dengan daerah Jawa yang lain. Dengan demikian, bahasa Jawa merupakan bahasa asli masyarakat Jawa di Indonesia, khususnya di daerah Jawa Tengah, Yogjakarta, Jawa Timur, dan daerah di sekitarnya. Bahasa Jawa adalah bahasa ibu yang menjadi bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat Jawa.

Berdasarkan hasil studi yang pernah dilakukan oleh pusat pengembangan bahasa Kementrian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud), ternyata bahasa Jawa merupakan bahasa yang paling banyak penutur atau pengguna di Indonesia. Suku Jawa selalu menggunakan bahasa Jawa di manapun mereka tinggal. Selain bahasa Jawa digunakan di wilayah aslinya, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogjakarta, ternyata bahasa Jawa digunakan juga di sebagian daerah Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.

Sebagai bahasa yang sudah ada sejak ratusan tahun silam, bahasa Jawa digunakan di banyak daerah, bahkan sampai ke luar negeri. Pada tahun 2013 bahasa jawa masuk ke dalam daftar 10 besar bahasa paling banyak dituturkan di dunia.   

Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah, dan alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah (Khalim dalam Tubiyono,2008).

Bahasa Jawa memiliki tingkat atau kasta dalam bertutur. Tingkatan yang digunakan dalam bahasa Jawa antara lain adalah:

  1. Krama Inggil

Krama inggil adalah tingkatan tertinggi dalam hierarki bahasa Jawa. Krama inggil dipakai ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang harus dihormati. Dahulu, krama inggil digunakan oleh kalangan priyayi atau keluarga keraton yang sangat dihormati, terutama digunakan oleh para abdi dalem kepada keluarga keraton. Jika di kalangan warga biasa, krama inggil digunakan anak kepada orang tuanya.

Contoh krama inggil:

  1. Ibu tindak dhateng peken nitih sepeda.
  2. Simbah saweg dhahar sekul.
  3. Panjenengan kolowau sampun siram?
  4. Madya

Madya atau ngoko alus adalah tingakatan tengah dalam bahasa Jawa. Krama madya atau ngoko alus ini merupakan pencampuran krama inggil dengan ngoko sehingga ada kata yang ngoko dan beberapa kata krama. Penggunaan madya lebih populer dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan.

Contoh madya:

  1. Ibi tindak neng peken nitih sepeda.
  2. Simbah lagi dhahar sega.
  3. Sampeyan mau wis siram?
  4. Ngoko

Tingkatan bahasa Jawa ngoko adalah tingkat terendah dalam hierarki bahasa Jawa. Biasanya digunakan oleh orang yang status sosialnya sama, atau dari yang tinggi ke rendah. Misalnya orang tua kepada anaknya, atau sesama teman yang seumuran. Tingkatan ini juga sering digunakan. Ngoko terkesan kasar jika digunakan oleh status rendah ke yang lebih tinggi karena danggap tidak hormat.

Contoh ngoko:

  1. Ibu lungo ning pasar numpak sepeda.
  2. Simbah lagi mangan sega.
  3. Kowe mau wis adus? (https://haloedukasi.com).

Secara spesifik terdapat suatu sub-sistem bahasa jawa yang mulai pudar, yakni bahasa Jawa ragam krama. Pudarnya penggunaan ragam krama ini sudah terdeteksi setidaknya sejak tahun 2018 dalam penelitian Joseph Errington di Yogjakarta dan Surakarta. Perubahan pada penggunaan bahasa jawa terjadi dengan cepat tidak hanya  di daerah perkotaan, tapi juga di daerah pedesaan. Banyak orang tua suku Jawa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa percakapan di rumah karena mereka percaya bahwa bahasa Indonesia dapat memberikan peluang yang lebih baik untuk masa depan anak-anak mereka, yang akhirnya membuat bahasa Jawa kian ditinggalkan penuturnya. Kebanyakan kaum milenial Jawa memilih menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan karena kemampuan yang terbatas dalam menggunakan krama, mereka kawatir dalam memilih kata-kata yang tepat ketika percakapan berlangsung.

Bahasa Jawa itu sulit dan menjadi tidak biasa dipergunakan oleh orang Jawa sendiri, terutama oleh para muda dan anak kecil. Saat ini para kaum muda di pulau Jawa, khususnya yang masih di usia sekolah, sebagian besar tidak menguasai bahasa Jawa, terutama Jawa krama. Sangat memprihatinkan, ketika menemui anak Jawa yang tidak bisa berbahasa Jawa dengan baik dan benar. Orang tua dan pendidik hendaklah memperkenalkan tentang unggah-ungguh bahasa Jawa sejak dini kepada anak. Memperkenalkan unggah-ungguh tersebut agar menjadi pembiasaan terus menerus sehingga menjadi suatu pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah khusus pada hari jam pelajaran Bahasa Jawa bisa dimanfaatkan untuk latihan berbahasa Jawa Kromo agar anak bisa dan terbiasa dengan bahasa leluhurnya.

Editor: Cosmas