Analisis Klausa Pada Kalimat Majemuk Dalam Buku Tazkiyyatu An Nufus

Spread the love

Oleh: Gilar Rizqi Nugroho, S.Pd
Guru Mata Pelajaran Bahasa Arab, SMK Islam Randudongkal

Nahwu (sintaks) merupakan salah satu cabang ilmu yang harus diutamakan dalam pembelajaran bahasa Arab. Pembelajar bahasa Arab harus memahami kaidah bahasa sebagai awal memasuki pembelajaran bahasa Arab.
Zakaria (2004: 1-10) mengungkapkan bahwa ada tiga pokok bahasan dalam ilmu nahwu, yaitu (1) harf, yang merupakan bagian dari kata-kata. Atau dengan istilah lain kata adalah kumpulan huruf. Dalam bahasa Indonesia, harf disebut huruf; (2) kalimat, adalah lafadz yang artinya satu huruf, dua huruf atau lebih. Dalam bahasa Indonesia suatu kalimat disebut kata; 2 (3) Bilangan Mufidah, merupakan susunan atau gabungan dari beberapa kata yang mempunyai arti yang sempurna.
Peneliti akan membahas salah satu pokok bahasan dalam nahwu (sintaks) dalam penelitian ini yaitu bilangan atau dalam bahasa Indonesia kita sebut dengan klausa, dimana bilangan itu sendiri merupakan susunan atau gabungan dari beberapa kata yang memiliki arti sempurna dan memiliki berpotensi menjadi kalimat. Dalam bahasa Arab ada dua jenis angka (klausa), yaitu jumlah ismiyah (klausa nominal) dan jumlah fi’liyah (klausa verbal). Jumlah isimiyah (klausa nominal) adalah jumlah (klausa) yang diawali dengan kalimat isim atau kata benda. Jumlah fi’liyah (klausa verbal) adalah jumlah (klausa) yang diawali dengan kata fi’il atau kata kerja.
Pembahasan bilangan (klausa) sendiri terbagi menjadi dua, yaitu bilangan (klausa) pada kalimat majemuk bertingkat minimal dalam fungsi sintaksisnya dan bilangan (klausa) pada kalimat majemuk bertingkat dengan struktur ekspansif pada fungsi sintaksisnya. Penelitian ini menganalisis jumlah (klausa) dalam kalimat majemuk berstruktur minimal dalam fungsi sintaksisnya karena menurut peneliti pembahasan tentang masalah ini masih jarang ditemukan.
Ismail (2000:229) menyatakan bahwa dalam fungsi sintaksisnya terdapat tujuh angka (klausa) dalam kalimat majemuk berstruktur minimal, yaitu: (1) al sum al ibtidayyah (klausa pengantar); (2) jumlah yang menjadi shillah lil maushul (klausa penghubung); (3) jumlah non-jazm ash syarth (klausa bersyarat bawahan); (4) jumlah yang harus dijawab oleh al qosam (klausa sakramental bawahan); (5) al sum al i’tirodhiyyah (klausa penghubung); (6) al sum al mufassiroh (klausa epeskatif); dan (7) bilangan yang menjadi tabi’ah/mengikuti bilangan yang tidak menempati tempat i’rab (klausa bawahan pada klausa dalam kalimat majemuk dengan struktur minimal pada fungsi sintaksis).
Buku Tazkiyyatu An Nufus karya Ibn Rajab Al Hanbali, Ibn Al Qoyyim, dan Abi Hamid Al Ghazali dipilih sebagai bahan analisis dalam mengkaji bilangan (klausa) dalam kalimat majemuk berstruktur minimal pada fungsi sintaksis ini karena dalam buku ini terdapat banyak ( klausa) dalam kalimat majemuk terstruktur minimal dalam fungsi sintaksisnya. Kitab ini juga banyak digunakan di berbagai pesantren di Indonesia, seperti Pondok Pesantren Alhikmah 5 di Brebes, Jawa Tengah. Sesuai dengan judulnya, buku ini berisi tentang bagaimana kita membersihkan jiwa kita dari penyakit jantung.
Setelah menganalisis klausa dalam kalimat majemuk bahasa Arab dengan struktur minimal pada fungsi sintaksisnya dalam kitab Tazkiyyatu An Nufus, ditemukan bahwa total 1.957 klausa dalam kalimat majemuk dalam bahasa Arab memiliki struktur minimal pada fungsi sintaksisnya. Dari 50 sampel data yang dianalisis, 20 klausa dibangun dengan mubtada’ (topik) dan khobar (komentar), dan 30 klausa dibangun dengan fi’il (kata kerja) dan fa’ilnya (pelaku). Dari 50 data klausa kalimat majemuk dalam bahasa Arab dengan struktur minimal pada fungsi sintaksisnya dalam kitab Tazkiyyatu An Nufus yang dianalisis, didapatkan 10 klausa pengantar, 8 klausa penghubung, 7 klausa syarat (bawahan), 5 klausa sakramental (bawahan) , 9 klausa interaktif, 2 klausa aplikatif dan 9 klausa bawahan dalam klausa dalam kalimat majemuk dalam bahasa Arab dengan struktur minimal dalam fungsi sintaksisnya. ***

Editor: Cosmas