Rayakan Kemerdekaan RI Santuni 76 Yatim Piatu

Spread the love

SRAGEN, POSKITA.co – Sebanyak 76 anak yatim piatu di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Sragen mendapatkan santunan dan bingkisan dari pemerintah desa setempat, Selasa (17/8). Kegiatan itu untuk mengganti perayaan HUT RI ke 76 di Desa Sepat yang masih kondisi pandemi covid-19. Selain para anak yatim piatu, pemerintah desa Sepat juga memberikan bingkisan terhadap relawan pemulasaran jenasah di desanya.

Tidak hanya itu, untuk perayaan hari kemerdekaan itu, Kades Sepat Mulyanto juga membagikan ketan merah putih ke pondok yang ada di desanya. Kades Sepat Mulyanto mengatakan, karena selama pandemi memang tidak boleh ada perayaan HUT Kemerdekaan RI, pihaknya mengadakan kegiatan lain yang sifatnya sosial.

“Kegiatan itu dengan membagikan santunan 76 anak yatim piatu khususnya di Desa Sepat. Pembagian itu sendiri atas dukungan dan kerjasama para donatur, karang taruna dan warga bersama,” tutur Mulyanto.

Dijelaskan Mulyanto, dalam peringatan HUT RI ke 76, pihaknya juga membuat makanan dari ketan merah putih. Makanan ringan itu lantas dibagikan ke pondok dan keliling warga Desa Sepat. Selain itu, karena jasa para relawan pemulasaran jenasah selama pandemi ini sangat besar dan berat, pihaknya juga memberikan bingkisan sebagai apresiasi kinerja mereka yang rela berjuang tanpa pamrih apapun.

Sementara Ketua DPC Demokrat Sragen Budiono Rahmadi dalam peringatan HUT RI juga menyambangi keluarga perawat yang meninggal akibat covid-19. Lantaran dengan meninggalnya pegawai Puskemas Sidoharjo, Sragen itu membuat kedua anaknya yatim piatu. Meninggalnya perawat bernama Rina Hidayati dinilai sebagai pahlawan kesehatan di tengah pandemi covid-19.

Ida Rahmawti sebagai adik kandung pegawai Puskemas Sidoharjo itu mengungkapkan, kakaknya sebelum meninggal mengeluh sakit batuk dan panas. Saat isolasi mandiri (isoman) di rumah selama seminggu, kesehatan semakin memburuk. Lantas mendapatkan perawatan medis di RSUD Soehadi Prijonagoro, Sragen.

“Meski mendapatkan perawatan medis, kondisi labil akhirnya kakak saya meninggal. Tiga tahun sebelumnya, suaminya Wagimin meninggal lebih dulu. Sehingga saat ini kedua anaknya Firda dan Arvin harus tabah ditinggal kedua orang tuanya,” tutur Ida. (Cartens)