Geger Warga Merasa Dicovidkan, Hasil Swab Test Pemerintah dan Mandiri Berbeda

Spread the love

 

SRAGEN, POSKITA.co – Warga di Dukuh Kedunggandu, Desa Wonotolo, Gondang mendadak gempar. Pasalnya, salah seorang warga setempat yang merasa sehat, dinyatakan positif covid-19. Bahkan warga yang sengaja dicovidkan sempat dijemput paksa untuk ikuti isolasi mandiri. Jengah dengan tudingan itu, langsung swab mandiri. Hasilnya mengagetkan ternyata dinyatakan negatif. Sehingga warga menilai hasil swab test di Technopark, Sragen dianggap tidak akurat. Lantaran hasil yang diterima dan saat melakukan swab test mandiri hasilnya berbeda.

Informasi yang dihimpun salah satu warga Dukuh Kedung gandu, Desa Wonotolo, Kecamatan Gondang yakni NAN (Nur Adi Nugroho), 36, merasa tidak mendapat informasi yang tepat soal Covid-19. NAN yang mendaftar sebagai Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) mengikuti rapid test dan dinyatakan reaktif. Lantas lanjut menjalani swab test di Technopark dan hasilnya positif.

NAN menyampaikan pada Selasa (17/11) di swab test dan hasilnya positif. Lantas mau dijemput tetapi tidak mau karena merasa sehat. Dia lalu mengambil langkah melakukan swab test mandiri di rumah sakit dr Oen Solo tetapi hasilnya negatif.

”Swab di Technopark Sragen hasilnya positif terus saya curiga hasil dari Moewardi itu tidak ada tanda tangan yang bertanggung jawab di bawahnya. Saya bandingkan dengan hasil yang dari dr Oen itu ada tanda tangannya dari dokter lab,” terangnya.

Tokoh Masyarakat Desa Wonotolo, Joko Riyanto yang mendampingi NAN juga heran karena kabar NAN membuat warga sekitar resah. Tetapi dari pemerintah seperti tidak ada tindakan. Pemerintah dan DKK juga tidak ada tindakan ke rumah, sebelum pihaknya melakukan mandiri. ”Minimal ya ada penyemprotan, ini tidak ada sama sekali,” bebernya.

Dia justru kasihan pada NAN karena hasil yang dikeluarkan tidak akurat. Kondisi itu berdampak pada keadaan ekonomi dan sosialnya. ”Terus yang bersangkutan yang juga takmir masjid juga di jauhi jamaah. Terus usaha tempe kripiknya tidak laku terpaksa dikasihkan ke hewan ternak sapi,” ungkap mantan Kepala Desa Wonotolo itu.

Karena ragu hasil swab test di Teknopark Sragen, lantas dengan biaya sendiri melakukan swab test di Rumah sakit dr Oen Solo. Hasilnya negatif tapi harus merogoh kocek pribadinya senilai Rp 1,3 juta. ”Di Technopark hasilnya keluar 3 hari setelah swab, dari dr Oen 2 hari langsung keluar. Intinya gak percaya karena tidak ada tanda tangan di bawahnya. Hasilnya di share lewat WA, bukan surat resmi,” ujarnya.

Pihaknya berharap setelah ini pemerintah memberikan kepastian hukum. Yang namanya hasil swab itu tidak main-main, yang jelas waktu melaksanakan swab mandiri kok ternyata negatif.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen dr. Hargiyanto menyampaikan untuk NAN pertama diambil swab test pada Selasa (17/11) di Technopark. Lantas hasilnya keluar pada Jumat (20/11) dinyatakan positif. Kemudian yang bersangkutan swab test mandiri di Rumah Sakit dr Oen pada Kamis (26/11), hasil keluar dua hari setelahnya dinyatakan negatif.

”Selang 9 hari dari swab test pertama dengan swab test mandirinya. Masa inkubasi virus itu yakni 14 hari. Jika yang bersangkutan sudah tertular sebelumnya dan waktu swab kedua masa inkubasinya selesai kan mungkin juga,” terang Hargiyanto.

Dia menyampaikan untuk yang tanpa gejala, dalam 14 hari sudah dinyatakan sembuh. ”Jadi mungkin virus waktu hidupnya tinggal sebentar. Kalau mau cari second opinion selang beberapa hari dan hasilnya negatif ya memungkinkan. Beberapa kasus juga ada seperti ini,” bebernya.

Hargiyanto menyampaikan untuk tanda tangan swab test di Technopark memang program. Karena beban biaya ditanggung pemerintah. Pemberitahuan tanpa tanda tangan dari program tersebut sudah dianggap sah. ”Sragen saja dalam sehari bisa 300, kalau suruh tanda tangan satu persatu belum tentu mau dokternya,” ujarnya. (Cartens)