Hari Guru, SMP Marsudirini Surakarta Wujudkan Merdeka Belajar
SOLO, POSKITA.CO
Hari guru pada tahun 2020 terasa sangatlah berbeda dibandingkan dengan hari guru pada tahun-tahun yang sebelumnya. Pada peringatan hari guru tahun sebelumnya, kami bersama dengan peserta didik mengadakan perayaan sederhana di sekolah untuk meningkatkan kebersamaan dan kekeluargaan antara guru dan peserta didik. Biarpun kami melakukannya dengan perayaan yang sederhana. Makan bersama guru dan peserta didik dengan lauk yang sederhana.
Peringatan hari guru tahun 2020 di tengah pandemi covid-19 terasa sangatlah berbeda. Peringatan hari guru kali ini peserta didik belajar di rumah melakukan kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Peringatan hari guru tahun ini kami rayakan dengan melakukan aktivitas bersama seluruh guru dan karyawan di Yayasan Marsudirini Perwakilan Surkarta.
Sesuai dengan tema hari guru tahun 2020 yaitu “Bangkitkan Semangat! Wujudkan Merdeka Belajar”, kami seluruh guru dan karyawan di Yayasan Marsudirini Perwakilan Surakarta mengawali perayaan ini dengan mengadakan senam PGRI bersama-sama. Dengan menerapkan protokol kesehatan kami bergerak bersama bersemangat agar kami sehat. Dengan guru yang sehat, kami dapat terus melakukan pelayanan yang terbaik bagi seluruh peserta didik yang kami layani di sekolah – sekolah Marsudirini Surakarta.
Setelah mengikuti senam PGRI bersama, kami semua kembali ke sekolah kami masing-masing untuk mengikuti motivasi nasional virtual hari guru 2020 yang diselangarakan oleh MPK Keuskupan Agung Semarang bersama Romo Dr. Materius Kristiyanto, Pr. Selain senam bersama untuk memberikan kesehatan jasmani, kami juga diberikan penyegaran secara rohani. Kami sebagai guru disegarkan kembali hakikat penggilan kami sebagai guru atau pendidik. Romo Kris mengambil tokoh Ki Hajar Dewantara untuk mengingatkan kami kembali bahwa seorang peserta didik merupakan seseorang yang sedari awal sudah memiliki kodrat. Mereka sudah memiliki tujuan hidup secara kodrati akan ke mana hidup mereka nanti.
Oleh karenanya kami sebagai guru diminta meneladan Ki Hajar Dewantara. Kami diingatkan kembali bahwa sebagai guru kami diharapkan untuk menjadi seseorang yang “momong” (dalam bahasa jawa yang berarti mendampingi) peserta didik. Anak dibantu dan didampingi untuk mengembangkan kodrat yang sudah mereka miliki sesuai dengan talenta atau bakat yang mereka miliki. Bukan membebani mereka dengan apa yang harus mereka miliki sesuai dengan pandangan orang pada umumnya (orang pada umumnya akan menganggap pekerjaan yang baik itu sesuai dengan keingingan orang yang lebih dewasa, bisa guru atau orangtua mereka).
Peringatan hari guru ini ditutup dengan misa syukur yang dipimpin oleh Romo Dr. Materius Kristiyanto, Pr. Misa ini diujubkan untuk semua guru yang ada di sekolah-sekolah Katolik di Keuskupan Agung Semarang untuk mengucapkan syukur atas panggilan yang diberikan oleh Allah. Misa ini juga untuk memohon kekuatan dari Allah untuk semua guru agar dapat menjalani panggilan sebagai guru ditengah kendala-kendala yang dihadapi masing-masing sekolah terutama di masa pandemi covid-19 ini dengan dilaksanakannya PJJ.
Demikian informasi dari tim humas Rita SMP Marsudirini St Theresia Surakarta untuk Poskita.co.
Editor: Cosmas