Mendongkrak Speaking Lewat Vicon di Masa Pandemi

Spread the love

Tri Andari Setyaningrum,S.Pd.,M.Pd
Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris
SMA Negeri 7 Surakarta

Penyebaran virus corona atau COVID-19 telah memberikan tantangan tersendiri bagi dunia Pendidikan di Indonesia. Untuk mengantisipasi hal ini, pemerintah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar. Kondisi semacam ini mengharuskan masyarakat untuk tetap tinggal dirumah, belajar, bekerja dan beribadah di rumah.

Dengan adanya kebijakan pemerintah ini, mengakibatkan sektor pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi menghentikan proses pembelajaran secara tatap muka, dan menggantikannya dengan pembelajaran secara daring (dalam jaringan) yang dapat dilaksanakan di rumah masing–masing.

Berdasarkan Surat Edaran Kemdikbud no 4 tahun 2020 tentang kebijakan pendidikan pada masa darurat COVID-19, disampaikan bahwa belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/ jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, selain itu aktivitas dan tugas pembelajaran dari rumah dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing- masing dengan mempertimbangkan kesenjangan akses /fasilitas belajar di rumah. Intinya semua kebijakan tersebut mempertimbangkan kesehatan lahir dan batin siswa, guru dan seluruh warga sekolah di tengah ancaman COVID-19.
Karena itu, di masa pandemi ini pembelajaran di SMA Negeri 7 Surakarta sejak bulan maret 2020 sudah diberlakukan secara daring, kegiatan yang mendadak berubah yang semula pembelajaran tatap muka berganti dengan pembelajaran jarak jauh yang mau tidak mau harus disikapi dengan bijak baik siswa maupun guru, semua wajib menyesuaikan dengan kondisi ini.
Hal ini sangat berpengaruh pada pembelajaran disekolah, termasuk Bahasa Inggris, kebetulan penulis adalah guru pengampu mata pelajaran Bahasa Inggris kelas XII. Saat pembelajaran secara tatap muka, banyak siswa yang mengalami kesulitan saat belajar Bahasa Inggris di antaranya adalah miskin kosakata (vocabulary), penguasaan kosa kata ini sangat penting. Ketika kita belajar bahasa, termasuk dalam belajar Bahasa Inggris, ada ribuan kosa kata.

Pada kenyataanya banyak siswa yang memiliki sedikit kosakata. Kesulitan belajar Bahasa Inggris yang berikutnya adalah miskin ketrampilan berbicara, banyak siswa tidak mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan sukses. Selain itu adanya grammar yang sulit untuk dikuasai, sehingga mengakibatkan kebanyakan siswa tidak berani untuk berbicara, karena takut salah susunan kalimatnya. Pada saat pembelajaran tatap muka di sekolah, sering kali guru menjelaskan secara detail, namun siswa masih belum merasa paham dengan materi yang diajarkan. Apalagi dalam pembelajaran secara daring, siswa mengalami kendala untuk melakukan konsultasi materi dengan guru secara langsung. Apalagi pelajaran Bahasa Inggris dianggap memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dimana membutuhkan pemahaman dan penjelasan secara mendalam.
Apalagi saat pembelajaran secara online(daring), dimana guru hanya memberikan tugas dan tanpa memberikan penjelasan secara rinci, ditambah dengan latar belakang Pendidikan orang tua yang tidak begitu paham dengan materi Bahasa inggris, sehingga tidak bisa membantu siswa belajar saat dirumah.

Ini menjadi tantangan besar bagi guru, untuk memberikan materi kepada siswa secara online/jarak jauh namun berasa tatap muka, siswa dapat berkomunikasi dengan guru secara baik.
Disini penulis menggunakan video conference sebagai media pembelajaran Bahasa inggris, untuk meningkatkan ketrampilan menulis dan berbicara siswa dalam Bahasa Inggris.

Dengan menggunakan model pembelajaran Project Based learning Penulis berharap siswa dapat berkolaborasi dengan teman dalam pembelajaran.

Pertama guru memberikan tugas proyek secara kelompok 3 orang membuat Caption yang mana foto diambil dari sekitar lingkungan siswa, kemudian meminta siswa untuk mendesain dan membuat perencanaan dan menyusun jadwal penyelesaian dalam pembuataan caption. Saat siswa dalam proses pembuatan tugas proyek, guru senantiasa memantau progess siswa melalui chatting lewat Whatsapp, setelah proyek selesai, siswa dapat menyiapkan salah satu aplikasi video conference yang akan digunakan. Untuk hal ini penulis membebaskan kepada siswa untuk memilih aplikasi sendiri. Siswa ada yang berperan sebagai host, moderator atau presenter. Jadi dalam satu kelompok memiliki peran dan tugas masing-masing. Setelah semuanya siap, siswa dapat membuat undangan kepada teman–temannya untuk hadir di presentasi mereka. Saat presentasi, tak lupa mereka harus merekam mulai dari awal hingga akhir termasuk tanya jawab. Hasil dari rekaman tersebut, siswa dapat membagikan ke link you tube dan saling berbagi dengan teman yang lain, untuk saling memberi komentar.
Strategi pembelajaran dengan menggunakan media video conference ini, penulis memiliki tujuan, siswa mampu membuat caption dengan benar, siswa mampu bekerja sama dalam tim untuk mengerjakan proyek, siswa mampu mempraktekkan kemampuan ITnya, siswa mampu belajar dengan menggunakan Bahasa Inggris dengan bermain peran sebagai host (pembawa acara), moderator dan presenter. Semua ini selain akan melatih keberanian siswa untuk berbicara dalam Bahasa Inggris, kompetensi menulis tentang materi Caption juga akan meningkat karena siswa pasti akan berusaha membuat Caption dengan baik dan benar. Yang tidak kalah pentingnya adalah kreatifitas dan inovatif siswa juga meningkat.  Siswa dengan kebebasan memilih aplikasi apa yang digunakan bisa berkreasi dengan baik untuk menghasilkan produk berupa Caption secara maksimal.
Siapa bilang belajar Bahasa Inggris secara daring membosankan? Ada strategi pembelajaran yang bisa dilakukan untuk untuk mengatasinya. Pembelajaran yang berkembang dengan perubahan jaman, dimana pembelajaran tidak hanya berpusat pada kemampuan kognitif, tetapi juga mencakup ketrampilan personal dan sosial, yaitu critical thinking, creativity, collaboration dan communication. Dengan strategi ini, ketrampilan tersebut serta kompetensi siswa dapat tercapai.

Editor: cosmas