Membentuk Karakter dengan Bermain
Nurul Hidayati, S.Pd
Guru TK Negeri Pembina Karanganyar
Ciri khas anak pra sekbolah adalah kegemarannya bermain entah apapun wujud dan bentuknya. Dengan bermain anak akan memiliki dunia sendiri yang dikuasai dan dikenalnya dengan baik dapat mengembangkan fantasi dan potensi yang dimilikinya. Jika dicermati tampak pada saat tertentu anak melakukan dialog imajiner dengan seseorang yang dia hadirkan sendiri. Sosok lain yang dihadirkannya ini menjadi bukti potensi kognisi yang dimiliki anak.
Jika kemampuan imajiner ini terus dirangsang, maka anak akan memiliki kemampuan untuk membayangkan sesuatu yang tidak ada daiam wujud nyata. Artinya anak memiliki satu kemampuan berpikir abstrak yang merupakan satu potensi positif bagi perkembangan kognisi anak. Pada kondisi ini bermain merupakan salah satu cara untuk melakukan penjelajahan dan sebagai cara untuk memuaskan keinginan anak untuk bereksplorasi.
Salah satu Indikasi anak kreatif adalah kemampuannya berimajinasi dan berkreasi. Kemampuan tersebut dapat terwujud jika yang bersangkutan memiliki kemampuan khayalan positif. Seringkali karya besar para penemu dunia dimulai dari mengkhayal, dan mewujudkan khayalan terebut dalam dunia nyata. Dengan demikian orangtua dapat merangsang munculnya dialog-dialog yang bukan sekadar menanyakan apa dan siapa, tetapi kenapa, mengapa dan bagaimana untuk membiasakan anak berpikir kritik analitik.
Sebelum anak mulai bermain terjadi pembagian peran yang dilakukan oleh salah seorang anak yang dianggap pemimpin pada kelompoknya. Pembaglan peran ini dimaksudkan agar proses permainan yang mereka lakukan dapat berjalan dengan sempurna. Kesalahan dalam memainkan satu peran, jelas akan mendapat celaan dari temannya. Dari sini tampak betapa anak dirangsang untuk melakukan analisis atas peran, serta merangsang kreativitas mereka untuk menciptakan tokoh yang akan diperankannya.
Permainan mempunyai aturan-aturan yang menentukan apa yang akan berlaku dalam permainan. Setiap peserta (pemain) harus memegang teguh aturan, sebab pelanggaran terhadap aturan akan mengakibatkan hancurnya permainan yang mereka lakukan. Pada konteks ini permainan ternyata mengajarkan kepada anak untuk patuh pada aturan yang ada. Kepatuhan pada aturan dalam arti kesadaran untuk mematuhi aturan akan menjadikan anak mengerti hak dan kewajiban dirinya. Selain itu, anak juga dirangsang untuk secara kongkrit merumuskan pemikirannya yang abstrak tentang tata aturan permainan. Abstraksi diperlukan agar seluruh peserta pemain dapat memahami konsep-konsep bermain. Kemampuan mewujudkan sesuatu yang abstrak menjadi salah satu ciri individu yang kreatif.
Bermain juga memiliki fungsi sosial. Artinya bermain merupakan salah satu cara bagi anak untuk melakukan proses sosialisasi diri. Di masa-masa awal perkembangannya anak mencoba untuk mengenal bukan hanya dirinya, tetapi juga lingkungan yang ada di sekelilingnya. Lebih dari itu permainan dapat membentuk identitas seorang anak untuk mengenal nilai-nilai yang berlaku di masyarakatnya. Masyarakat yang dimaksud dalam konteks ini dapat berupa teman-teman sebayanya atau dalam lingkungan yang lebih besar adalah etnis ataupun kelompok lingkungannya. Proses mengenal tata nilai yang ada di masyarakat terjadi manakala anak berinteraksi secara sosial dengan teman sebayanya. Melalui bermain anak mencoba untuk bersikap tidak mementingkan dirinya sendiri, bahkan anak diharapkan menyadari kehadiran orang lain di luar dirinya. SIkap Ini akan menjadikan anak sebagai manusia yang toleran terhadap sesamanya. Sifat bermain yang sukarela menjadikan seorang anak akan secara nyaman menerima kehadiran orang lain di sekitarnya selain anak dapat secara bebas mengekspresikan gagasan, ide yang dimilikinya tanpa takut salah atau dengan keadaan yang terpaksa.
Meskip demikian, anak juga bisa terlibat konflik dengan teman bermainnya. Namun, hal tersebut tidak perlu dipersoalkan, sebab naluri anak adalah pemaaf. Baru saja mereka berselisih, tidak lama lagi mereka bisa kembali asyik terlibat dalam permainan yang sama. Jika sikap tersebut terus dibina dan dikembangkan, maka tampaknya konflik yang terjadi di tengah-tengah kita, tidak pernah akan berlangsung lama. Mengingat sifat pemaaf, akan dengan sendirinya memaafkan kesalahan yang dilakukan orang lain, tentu saja dengan tidak mengabaikan hukum formal yang berlaku.
Dengan mengacu pada tujuan kurikuium Taman Kanak-Kanak yang ditetapkan oieh Dinas Pendidikan yaitu meletakkan dasar-dasar ke arah pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperiukan anak untuk hidup di lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya, maka kegiatan bermain merupakan salah satu upaya efektif dalam membentuk karakter anak.
Editor: cosmas