Kurangi Sampah Plastik dengan BBM
ARTIKEL ILMIAH POPULER
Eko Dani Prihastuti, S.Pd.
Kepala SD Negeri Ngesrep 03 Semarang
Sampah plastik ada dimana-mana. Perilaku hidup bebas sampah plastik menghantui Indonesia. Sekolah dituntut untuk berperan serta dalam mengurangi penggunaan sampah plastik. SD Negeri Ngesrep 03 Semarang termasuk yang peduli lingkungan, salah satunya dengan strategi mengurangi sampah plastik dengan BBM. Apa itu BBM?
Seperti diketahui, pemakaian plastik sebagai bahan untuk berbagai kebutuhan dan perabot sehari-hari manusia semaki hari semakin meningkat. Karena dengan desain yang menarik, plastik hampir tidak bisa lepas dari kehidupan manusia di era sekarang. Sebanyak 33% dari plastik dunia berbentuk botol, kantong dan sedotan sekali pakai dan memiliki dampak buruk bagi lingkungan, tak terkecuali bagi tubuh. Karena kurangnya kesadaran manusia, sampah-sampah plastik tidak semuanya sampai ke tempat pembuangan untuk didaur ulang, namun justru terhampar berserakan dimana-mana.
Menurut berita yang dilansir CNN Indonesia, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK Tuti Hendrawati menyebut total sampah di Indonesia mencapai 68 juta ton di tahun 2019. Sampah plastik sendiri akan mencapai 9,52 juta ton atau sebanyak 14 persen dari total sampah yang ada. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menaksir timbunan sampah di Indonesia kira-kira 67,8 juta ton pada tahun 2020. Dan ada kemungkinan bertambah seiring pertumbuhan jumlah penduduk dan dengan semakin membaiknya tingkat kesejahteraan. Berdasarkan data Jambeck (2015) Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton.
Sedangkan berbagai dampak negatif sampah plastik antara lain : 1) Sulit terurai, karena plastik baru bisa diuraikan setelah tertimbun selama 200 hingga 400 tahun. Plastik akan menimbulkan zat kimia yang dapat mencemari air tanah dan tanah sehingga tingkat kesuburannya menurun, 2) Membunuh biota laut, plastik telah membunuh hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia laut, dan juga ikan-ikan yang sudah tidak terhitung lagi jumlahnya dalam setiap tahunnya. Banyak hewan penyu di kepulauan Seribu yang mati hanya karena memakan plastik yang dikiranya sebuah ubur-ubur, salah satu makanan kesukaan penyu, 3) Banjir, arena pembuangan sampah plastik secara sembarangan di sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan alirannya sehingga menyebabkan banjir, 4) Polusi udara, sampah plastik yang dibakar akan membuat polusi udara karena bahan kimia yang menjadi racun akan menyebar ke udara dan atmosfer menjadi terkontaminasi, 5) Membahayakan tubuh, kemasan plastik yang dipakai untuk membungkus makanan atau minuman panas dapat menimbulkan pembengkakan hati.
Untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut, Pemkot Semarang mencanangkan larangan penggunaan plastik dalam aktivitas perdagangan, yang diatur dalam Peraturan Walikota (Perwal) Semarang Nomor 27 Tahun 2019 tentang Pengendalian Sampah Plastik menyebutkan bahwa bentuk plastik yang akan dilakukan pengendalian yaitu kantong plastik, sedotan, pipet plastik dan styrofoam. Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang juga telah mendeklarasikan Bebas Sampah 2025. Senada dengan hal tersebut, pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2019, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang mengatakan bahwa karena Indonesia saat ini merupakan penghasil sampah terbesar 2 di dunia maka sangat perlu ada strategi untuk mengelola sampah.
SD Negeri Ngesrep 03 Semarang sebagai salah satu Sekolah Adiwiyata saat ini masih terus mengupayakan sekolah peduli lingkungan yang bersih, hijau dan sehat. Berbagai upaya untuk mengurangi sampah plastik juga dilakukan, antara lain mengadakan penyuluhan tentang bahaya sampah plastik dan penggunaan plastik yang ideal baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Salah satu upaya yang diterapkan yaitu pengurangan sampah plastik di lingkungan sekolah dengan cara mewajibkan warga sekolah menggunakan BBM (Bawa Botol Minum). Sebuah program sekolah yang bertujuan untuk: 1) Mengurangi polusi sampah plastik, karena plastik merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkunganbersifat susah terurai di alam. Kita tidak bisa menghindari plastik di kehidupan sehari-hari, tapi setidaknya bisa mengurangi konsumsi plastik dengan membawa botol minum dan tempat makan sendiri. 2) Lebih hemat, karena tidak perlu berkali-kali membeli minuman botol dan makanan berbungkus plastik. 3) Lebih menyehatkan, karena air minum yang dimasukkan botol sendiri pasti lebih terjaga kebersihan dan kesehatannya. 4) Terhindar dari dehidrasi dan naiknya asam lambung, karena bisa minum dan makan kapan saja tanpa ada rasa kawatir. 5) Lebih aman, karena pada umumnya botol minum atau tumbler terbuat dari bahan yang kuat. Dengan begitu bisa membawa dengan aman di dalam tas, terutama ketika anak-anak membawa banyak buku. Ini tentu beda dengan botol kemasan sekali pakai yang banyak dijual di warung yang pada umumnya terbuat dari bahan yang tipis dan mudah bocor.
Adapun kendala yang agak sulit adalah dari sektor kantin sekolah yang kadang-kadang masih menjual produk makanan dan minuman berbungkus plastik sehingga berdampak limpahan sampah plastik. Dengan kondisi demikian tentu saja sekolah harus menyediakan biaya untuk petugas sampah yang datang setiap hari mengangkut sampah plastik dari sekolah. Akan tetapi dengan sosialisasi berkelanjutan akhirnya kendala tersebut bisa berkurang. Kantin sekolah membuat minuman dan makanan yang mengharuskan warga sekolah membawa BBM. Dengan melaksanakan program BBM, maka SD Negeri Ngesrep 03 Semarang lebih terlihat bersih, asri dan tidak ada lagi sampah plastik berserakan di sekitar tempat sampah sekolah. Ilustrasi: quipper.com
Editor: Cosmas