Pendekatan Pembelajaran Saintifik Tingkatkan Minat Belajar Siswa
Retna Ida Nuraeny, S.Pd
Guru Bahasa Inggris, SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang
Virus Corona Disease 2019 atau sering disebut dengan Covid-19 telah menyebar hampir di seluruh dunia yang mengakibatkan perubahan aktivitas keseharian manusia yang berbeda dari hari-hari biasanya.
Kegiatan berkerumun atau berkumpulnya orang banyak mulai dihindari. Tempat yang biasa digunakan sebagai tempat berkumpul, mulai sepi dari kerumunan banyak orang, karena dikhawatirkan akan menambah dampak penyebaran virus Corona itu. Termasuk sekolah yang setiap hari biasa digunakan sebagai tempat berkumpul untuk belajar mengajar, guru dan peserta didik bertatap muka di kelas mulai sepi, karena pembelajarannya dilakukan secara jarak jauh (PJJ) dengan peserta didik belajar di rumah.
Proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) sangat berbeda dengan pembelajaran tatap muka. Kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilakukan secara berdekatan dan bertatap muka dikelas berubah menjadi kegiatan belajar mengajar yang proses pembelajarannya menggunakan bantuan media, yaitu mamanfaatkan teknologi berupa internet. Proses belajar mengajar yang sangat berbeda ini bisa mengganggu psikis guru maupun peserta didik jika tidak mampu menyikapi dengan cermat. Bahkan, bisa menurunkan motivasi belajar peserta didik. Kegiatan pembelajaran peserta didik yang semestinya menyenangkan bisa berubah menjadi membosankan. Hal ini menjadi sebuah tantangan baru bagi guru dalam mewujudkan suasana belajar agar peserta didik memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Kegiatan pembelajaran jarak jauh ini juga menuntut guru untuk mengasah kreatifitasnya. Penyajian materi yang menarik dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan mampu menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh guru dalam kegiatan belajar jarak jauh ini menjadi sangat penting. Harapannya, layanan pendidikan untuk peserta didik terpenuhi, peserta didik tetap mendapatkan pengalaman belajar yang baik, dan yang tidak kalah pentingnya adalah motivasi belajar peserta didik tetap tinggi. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tidak sesuai bisa berdampak pada rendahnya motivasi belajar peserta didik, bahkan bisa menjadikan peserta didik malas untuk belajar.
Mengacu pada pembelajaran Kurikulum 2013, pendekatan pembelajarannya menggunakan pendekatan Saintifik (Saintific Learning), dimana pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student center) dan bukan berpusat pada guru (teacher center). Pendekatan saintifik ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada peserta didik untuk mengetahui, memahami, mempraktikkan apa yang sedang dipelajari secara ilmiah. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran, peserta didik diajarkan agar mencari tahu dari berbagai sumber melalui mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran.
Secara singkat McCollum menyebutkan komponen-komponen penting dalam pendekatan saintifik yaitu, a). Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder), b). Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation), c). Melakukan analisis (Push for analysis) dan d). Berkomunikasi (Require communication). Keempat komponen tersebut dapat dijabarkan dalam lima praktik pembelajaran yang sering disingkat dengan 5M, yaitu 1) Mengamati, 2) Menanya, 3) Mengumpulkan data, 4) Mengasosiasi, 5) Mengomunikasikan. Langkah ilmiah ini diterapkan untuk memberikan ruang lebih pada peserta didik dalam membangun kemandirian belajar serta mengoptimalkan potensi kecerdasan yang dimiliki. Peserta didik diminta untuk mengkonstruk sendiri pengetahuan, pemahaman, serta skill dari proses belajar yang dilakukan, sedangkan guru mengarahkan serta memberikan penguatan dan pengayaan tentang apa yang dipelajari bersama peserta didik.
Secara konsep pendekatan ini lebih mengarah pada model pendidikan humanis, yaitu pendidikan yang memberikan ruang pada peserta didik untuk berkembang sesuai potensi kecerdasan yang dimiliki. Peserta didik menjadi pusat belajar, tidak menjadi obyek pembelajaran. Dengan demikian karakter, skill, serta kognisi peserta didik dapat berkembang lebih optimal.
Editor: Cosmas