Bibliokonseling, Konseling Berbasis Literasi di Masa Pandemi

Spread the love

Dewi Santri Wijaya Sari, S.Pd

SMP Negeri 05 Batu

Literasi dalam dunia pendidikan menjadi lebih penting saat ini. Gaung literasi telah ditabuh oleh kementrian pendidikan dengan memprogramkan berbagai kegiatan yang berbasis pada kekuatan literasi itu sendiri. Dimulai dari perubahan kurikulum, proses penilaian sampai kepada proses pembelajaran langsung pada peserta didik dengan memberikan berbagai pelatihan kepada guru sebagai ujung tombak pendidikan.

Demikian pula dengan Bimbingan Konseling sebagai bagian yang terintegrasi dalam dunia pendidikan. Kementrian Pendidikan telah menaruh perhatian besar pada bimbingan konseling melalui diterbitkannya Permen 111 tentang Bimbingan Konseling Pada pendidikan dasar dan Menengah yang menyatakan dalam salah satu poinnya bahwa tujuan dan fungsi Bimbingan konseling yaitu membantu pesera didik agar memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,  budaya dan norma). Hal ini bisa diartikan bahwa  pelaksanaan program Bimbingan Konseling menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan mendukung berbagai program di sekolah, termasuk budaya literasi yang di kembangkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik di sekolah.

Setali tiga uang, Bimbingan Konseling dengan berbagai layanan yang diberikan kepada peserta didik memberikan stimulus dalam praktik layanan untuk berliterasi. Literasi ini tercermin dalam berbagai pengembangan layanan dasar serta layanan responsive. Literasi dalam layanan dasar dapat tercermin dalam kegiatan seperti cinema Edukasi dan Biblioedukasi. Begitu pun dalam layanan responsif, guru Bimbingan Konseling dapat memberikan teknik konseling dengan menerapkan Bibliokonseling pada peserta didik.

Dalam kondisi normal, kegiatan layanan bimbingan konseling tersebut baik cinema edukasi ataupun biblio edukasi dilaksnakan secara klasikal ataupun kelompok kelompok. Begitu pula dengan konseling dengan menggunaan bibliokonseling dapat dilaksanakan secara face to face. Namun dengan kondisi Pandemi Covid seperti saat ini, tentu saja kegiatan layanan secara tatap muka di sekolah tidak sepenuhnya dapat dilakukakan. Pembelajaran lebih dititikberatkan untuk dilaksanakan di rumah dengan menyertakan orangtua sebagai kolaborator guru di sekolah. Pembelajaran Jarak Jauh atau lebih dikenal dengan istilah PJJ menjadi solusi dengan memberikan ruang kepada guru dalam memenuhi hak peserta didik dalam belajar. Model belajar secara Daring, Luring atau pun kombinasi dari keduanya dilakukan untuk tetap memberikan layanan kepada peserta didik.

Sejalan dengan pelaksanaan Pembelajaran jarak jauh ini, Konseling sebagai ruh dari layanan bimbingan konseling di sekolah harus tetap berjalan. Dalam masa pandemi ini, tentu saja layanan konseling individu maupun kelompok mengalami kesulitan tesendiri dalam pelaksanaannya. Konseling yang identik dengan pertemuan tatap muka antara konselor dan konseli sulit dilaksanakan. Untuk mengatasi hal ini, penggunaan Bibliokonseling menjadi salah satu teknik konseling yang berliterasi untuk tetap memberikan layanan Konseling pada peserta didik. Menurut Brammer dan Shostrom (1982) penggunaan bibliokonseling bisa menjadi efektif dalam mengembangkan kesadaran akan kejujuran karena intervensi dapat dikelompkkan dalam empat tingkatan yaitu intelektual, social, perilaku dan emosional. Berdasarkan hal ini, tepat kiranya bibliokonseling diterapkan untuk konseling pada pembelajaran jauh seperti sekarang ini.

Bibliokonseling sendiri adalah salah satu tekning konseling yang menggunakan media bacaan. Media bacaan ini di harapkan mampu memberikan himbauan, ajaran, ajakana atau terapi yang tersurat ataupun tersirat didalamnya. Berbagai literasi ini akan mengintervensi perilaku peserta didik secara mandiri dan bisa dilaksanakan di rumah saja.

Dalam praktiknya, konseling ini bisa diawali dengan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk gemar membaca dan menjelaskan manfaat membaca, berbagai buku dan cerita pendek dapat disampaikan melalui media daring. WA, Google Classroom, telegram ataupun yang lainnya bisa menjadi media dengan memberikan link E-book yang dibaca. Setelah itu peserta didik diberikan waktu untuk menyelesaikan bacaan serta merefleksi dan merenungkan isi bacaan. Tindak lanjut dari membaca buku atau cerita yaitu dengan menggali respon dan tanggapan peserta didik. Kegiatan tersebut bisa dilakukan seacara virtual. Diskusi secara kelompok ataupun individu melalui zoom, video call, google meet, classroom dan sebagai menjadi bagian dari proses konseling. Evaluasi dari Bibliokonseling itu sendiri mengajak peserta didik secara mandiri untuk melihat dan merenungkan sikap diri serta merefleksi sehingga terjadi perubahan perilaku yang dilakukan.

Pembelajaran Jarak Jauh bukan halangan untuk memberikan layanan konseling terbaik dengan membudayakan literasi di setiap kondisi. Bibliokonseling dan Pembelajaran Jarak Jauh bisa berjalan beriringan. Penguasaan Kecakapan Hidup, Kemandirian peserta didik serta Budaya Literasi menjadi tujuannya.

Editor: Cosmas