Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektik

Spread the love

Artikel Ilmiah Populer

Elisabeth Isti Harjani,S.Pd

Guru Bimbingan dan Konseling

SMP Negeri 2 Sumberlawang

Pada umumnya manusia yang beradab setidak-tidaknya memiliki common sense tentang pendidikan, bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek keidupan dan penghidupan (Mikarsa, 2004: 2). Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosio budaya di mana dia hidup. Salah satu yang tersurat secara implisit dalam penyelenggaraan pendidikan menurut UU Sistem Pendidikan Nasional  yaitu melalui kegiatan bimbingan yang lazim dikenal dengan istilah Bimbingan dan konseling

Keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi siswa, hal ini mengingat banyaknya permasalahan belajar yang dialami siswa.

Menurut Ahmadi, Abu & Supriono, Widodo. 2004 : 16) permasalahan belajar yang dihadapi siswa antara lain siswa mengalami kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik dan psikisnya,siswa tidak dapat mempersiapkan bahan dan peralatan sekolahnya,sarana dan prasarana di perpustakaan kurang menunjang,peralatan di laboratorium kurang lengkap, sehingga tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan pelajaran,siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan dalam proses pembelajaran,siswa sering melanggar kedisiplinan kehadiran di sekolah, misalnya sering datang terlambat, sering tidak masuk sekolah, berbicara kotor, over acting ketika belajar,malas mencatat mata pelajaran,tidak menindaklanjuti proses belajar mengajar,tidak bergairah atau termotivasi dalam belajar,siswa tidak melaksanakan belajar, dan diskusi kelompok,tidak bergairah dalam melaksanakan tugas atau latihan mata pelajaran dan siswa malas berkonsultasi dengan guru.

Sebagai guru bimbingan dan konseling,penulis mengatasi permasalahan belajar peserta didiknya di SMP Negeri 2 Sumberlawang melalui penerapan konseling eklektik. Konseling eklektik dapat disebut dengan pendekatan konseling integratif, yang menunjukkan dalam konseling ini berpegang pada pandangan teoritis dan pendekatan, yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari berbagai konsepsi serta pendekatan.Tujuan dari layanan ini adalah menggantikan tingkah laku yang terlalu kompulsif dan emosional dengan tingkah laku yang bercorak lebih rasional dan lebih konstruktif.

Kesulitan penulis sebagai konselor dalam kegiatan bimbingan siswa biasanya terletak pada peserta didik tidak terbuka tentang latar belakang masalah, merasa masalah tersebut adalah aib diri, merasa menjadi korban sehingga takut terintimidasi oleh pihak tertentu. Melalui konseling eklektik perilaku attending masalah ini diharapkan dapat dipecahkan dan diperoleh solusi bagi peserta didik yang mengalami masalah. Dalam melaksanakan konseling eklektik,penulis memandang masalah siswa dalam kaitan dengan unsur-unsur eksternal dan internal.

Pendekatan eklektik tidak hanya menggabungkan dua pendekatan yang sering dipakai, yakni pendekatan langsung atau tidak langsung. Lebih dari itu, pendekatan ini menggabungkan pendekatan-pendekatan lain dalam psikoterapis, diantaranya psikoanalisis dengan behavioristik, atau terapikognitif dengan pendekatan terpusat pada pribadi.

Penulis berharap pihak sekolah mendukung kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah untuk mengatasi permasalahan belajar siswa melalui konseling elektik. Dan sebagai guru Bimbingan Konseling, penulis bekerja sama dengan orang tua peserta didik serta wali kelas agar konseling ini dapat berjalan efektif. Dengan demikian waktu konseling akan bertambah banyak. Apabila ini dilakukan maka komunikasi antar anak, orang tua serta guru dapat dibangun secara maksimal.

Editor: Cosmas