Pertimbangan Pemilihan Bacaan Sastra Anak

Spread the love

Artikel Ilmiah Populer

Intan Pariana, S.Pd.SD, Guru SDN 02 Jatiyoso Kecamatan Jatiyoso

Sebagaimana halnya manusia dewasa, anak juga memiliki rasa ingin tahu untuk mengenal dunia dan sekelilingnya. Pemuasan rasa ingin tahu seorang anak dapat dipenuhi melalui berbagai macam cara dan salah satunya adalah lewat bacaan. Bacaan anak itu sendiri amat beragam yang membentang mulai cerita lucu, berbagai cerita tradisional, fiksi, puisi, komik dan lain-lain sampai dengan bacaan yang berbicara tentang berbagai informasi faktual. Misalnya, bacaan tentang tokoh-tokoh terkenal, olahraga, kehidupan binatang, dan yang lain-lain yang isinya memang ada dan dapat dibuktikan secara empirik. Hal ini tidak berbeda halnya dengan kebutuhan informasi oleh orang dewasa yang juga dapat diperoleh lewat berbagai macam bacaan yang berisi tentang berbagai hal.

Anak belum dapat memilih bacaan sastra yang baik untuk dirinya sendiri. Anak akan membaca apa saja bacaan yang ditemui tak peduli cocok atau tidak untuknya karena memang belum tahu. Agar anak dapat memperoleh bacaan yang sesuai dengan perkembangan kediriannya, kita harus peduli dengan bacaan yang dikonsumsikan kepadanya. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bacaan sastra yang dapat akan berperan menunjang pertumbuhan dan perkembangan sebagai aspek kedirian anak. Untuk itu, pemilihan bacaan harus dilakukan dengan hati-hati.

Namun demikian, pemilihan bacaan yang dimaksud haruslah tidak dilakukan dengan serampangan atau berdasarkan selera subjektif dan kacamata orang dewasa. Bagaimanapun yang berkepentingan dalam hal ini adalah anak, maka kebutuhan anak harus menjadi kriteria pertama yang dijadikan pegangan. Pemilihan bacaan harus mempertimbangkan hak-hak tertentu yang telah diakui ketepatannya dan dapat dipertanggungjawabkan. Secara teoritis dan berdasarkan penelitian diketahui ada keterkaitan tiap tahap perkembangan kejiwaan dan respons anak terhadap buku bacaan atau cerita yang dikisahkan secara lisan. Pembicaraan dibawah ini melihat keterkaitan yang dimaksud yang berimplikasi pada pemilihan bacaan yang tepat.

Penilaian sastra anak yang dimaksud haruslah dipahami dalam kaitannya dengan tujuan pemilihan bacaan bagi anak sesuai dengan perkembangan kediriannya. Setelah selesai membaca sebuah bacaan cerita, adakalanya anak menceritakan isi cerita dan menunujukkan sikap atau reaksinya terhadap cerita itu atau, jika anak tidak memberikan tanggapan kitalah yang memancing atau meminta tanggapan atau komentar anak tentang cerita baru saja dibacanya. Komentar itu misalnya berupa kata-kata: ceritanya menyedihkan, menyenangkan, kasihan tokoh cerita yang malang itu, tokoh jahat akhirnya ketahuan juga, untunglah ada orang lain datang membantu, dan lain-lain. Hal itu menunjukkan bahwa tanggapan anak lebih bersifat emosional (Huck dkk, 1987:17). Anak akan secara total masuk dan terlibat dalam alur cerita yang dibaca atau didengarnya seolah-olah diri sendiri ikut serta didalamnya.

Untuk itu, kita haruslah berpikir kritis memilihkan bacaan cerita sastra sesuai dengan efektif buat anak, bacaan yang baik dan sengaja ditulis untuk konsumsi anak-anak. Hal ini berarti bahwa kita, guru dan orang tua haruslah memahami perkembangan cara berpikir anak perkembangan emosional, sosial, dan bahasa serta perubahan kriteria kemenarikan. Singkatnya, kita harus mempunyai kemampuan untuk memilih secara tepat bacaan-bacaan yang dimaksud dengan mempergunakan kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pemilihan bacan untuk setiap genre memilih kriteria tersendiri yang sesuai karena bacaan-bacaan tersebut juga nemiliki perbedaan.  Misalnya, criteria untuk buku cerita bergambar, puisi anak, cerita realistic, fantasi, cerita tradisional, dan bacaan nonfiksi tentulah berbeda. Secara lebih konkret missal nya, mempertimbangkan nbuku cerita realistic historis tentunya berbeda dengan buku cerita fantasia, fable, dan legenda. Sam-sam berkisah tebantang binatang anytar cerita realistic binatang dan fable juga berbeda.

Penilaian buku bacaan sastra anak yang dikemukakan di bawah ditunjukkan untuk bacaan fiksi. Fiksi tampaknya merupakan genre sastra anak yang paling dibaca anak yang didalamnya dapat mencakup sastra modern dan tradisional dengan tokoh manusia atau binatang. Untuk memilih bacaan sastra anak, kita dapat melakukan penilaian terhadap beberapa hal berikut yang mencangkup keseluruhan aspek. 1) Alur cerita. Berbagai peristiwa dan aksi yang ditampilkan baru menarik setelah berada dalam urutan penyajian yang jelas yang menghasilkan sebuah cerita .2) Isi cerita. Dalam bacaan sastra anak sesuatu yang dikisahkan itu tentulah berkaitan dengan dunia anak dan atau bagaiman anak memandang sesuatu tersebut. 3) Urutan Penyajian. Secara umum tentulah dapat dikatakan bahwa alur cerita anak haruslah alur yang sederhana walaupun derajat kesederhanaaan itu sendiri dipertanyakan. Bagaimanapun juga, sebagai sebuah karya sastra, cerita anak juga ditulis berdasarkan dua imajinasi yang didalamnya terkandung unsur penciptaan. 4) penokohan. Dalam cerita bacaan cerita anak tokoh dapat berupa manusia, binatang, atau makhluk atau objek lain seperti makhluk halus dan tetumbuhan. 5) Kualifikasi tokoh. Fantasi dan imajinasi anak dapat menerima cerita fantastik dan tidak masuk akal sekalipun, seperti binatang yang dapat berbicara. 6) Pengungkapan tokoh. Secara garis besar perwatakan tokoh dapar diungkapakan lewat dua cara . meliputi, Cara langsung dan tidak langsung, cara ekspositori dan dramatik. 7) Tema dan moral. Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehiungga cerita itu hadir sebagi sebuah kesatuan yang padu. 8) Latar. Sebuah cerita memerlukan kejelasan kejadian mengenai dimana terjdi dan kapan waktu terjadinya untuk memudahkan pengimajian dan pemahaman. 9) Stile. Stile berkaitan dengan bahasa yang digunakan dalam sastra. Dalam sastra anak peran stille menjadi lebih penting justru karena anak belum mampu memahami bahasa yang kompleks, sementara mereka memerlukan bacaan cerita sebagai salah satu sarana memperoleh hiburan. 10) Ilustrasi. Ilustrasi buku-buku sastra harus menarik perhatian anak, untuk itu gambar-gambar yang digunakan harus jelas, warna-warni, komunikatif dan ditampilkan secara variatif pada setiap halaman buku, selain itu gambar-gambar tersebut harus menampilkan tokoh anak, lucu dan secara jelas melukiskan sesuatu. Gambar-gambar ilustrasi pada buku anak yang lebih kecil umumnya lebih dominan daripada teks verbal, dengan komposisi warna yang lebih mencolok, lebih besar dan hampir memenuhi halaman-halaman buku. Hal itu sengaja dilakukan karena anak belum lancar membaca dan aktivitas apresiasi masih lebih banyak ditunjukkan ilustrasinya. 11) Format. Yang termasuk bagian format buku adalah bentuk, ukuran, desain sampul, desain halaman, ilustrasi ukuran huruf, jumlah halaman, kualitas kertas, model penjilidan. Panjang pendek cerita atau jumlah halaman juga penting dipertimbangkn untuk pemilihan bacaan anak. Untuk bacaan anak di kelas awal, jumlah satu halaman sudah cukup panjang, tetapi untuk anak kelas tinggi jumlah halaman harus meningkat. Tidak ada ketentuan pasti tentang jumlah halaman tersebut, namun jumlah halaman yang panjang atau buku yang tebal kadang-kadang menyebabkan anak merasa gamang untuk menbaca dan menyelesaikannya. Namun, hal itu akan sangat tergantung pada daya tarik buku cerita yang bersangkutan. Sebagai contoh ekstrem misalnya buku cerita Herry Potter. Jumlah halaman itu untuk tiap jilid berkisar antara 600-800 halaman, dan jilid kelima di atas 1200 halaman, tetapi juga amat dipengaruhi anak diberbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, selalu dibaca tuntas dan selalu ditunggu-tunggu terbitan seri-seri berikutnya.

Editor: Cosmas