Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Guru

Spread the love

Artikel Pendidikan 

Muslikun, S.Pd.SD
Guru SD N 1 Tamangede, Gemuh

Dalam Setiap Kegiatan Belajar Mengajar

Belajar merupakan sebuah proses yang meliputi perbaikan perilaku seseorang agar menjadi terdidik. Ketika sikap dan kegiatan belajar berhenti, maka berhenti pula proses belajar itu. Maka dari itulah, ketika konteks pembelajaran difokuskan pada satuan pendidikan bernama sekolah, peran guru mau tidak mau menjadi sangat vital dalam menghadirkan proses belajar.
Sayangnya, tidak semua siswa dapat secara utuh merasakan bahwa mereka telah mengalami proses belajar didalam kelas. Ada sebagian siswa yang lebih banyak ribut, mengantuk, dan lain sebagainya. Hal inilah yang akhirnya menjadi kerugian bagi siswa itu sendiri. Secara perhitungan, siswa tentu saja membutuhkan biaya untuk bersekolah. Terlebih lagi bagi siswa dengan sekolah yang berbasis swasta, biaya yang harus dikeluarkan tentu lebih besar. Paling tidak siswa harus merasakan keuntungan yang mereka dapat dari sekolah bukan? Minimal ada “kembali modal”.
Ketika guru mampu menghadirkan hal-hal yang menarik yang mampu meningkatkan rasa belajar siswa di setiap proses pembelajaran, maka peluang siswa untuk mendapat “perasaan belajar” akan lebih besar.
Lalu apa saja hal yang perlu dilakukan oleh guru agar siswa dapat merasakan perasaan belajar tersebut?
Tercatat dalam artikel Watson Purkey yang berjudul “Preparing Invitational Teachers for Next-Century Schools” yang tertuang dalam buku “Menjadi Guru Profesional” racikan Prof. Suyanto, Ph.D et al, ada 4 hal yang perlu dihadirkan guru dalam setiap proses pembelajaran.
1. Kepercayaan
Dalam proses belajar mengajar, kepercayaan itu sangat penting. Guru perlu percaya bahwa para siswanya akan mampu menyerap materi yang diajarkan, dan siswa juga perlu percaya bahwa gurunya dapat mengajar dengan baik.
Tanpa adanya kepercayaan, kerja sama, serta dukungan dari kedua belah pihak, kesuksesan dalam kegiatan pembelajaran tidak akan tercipta. Maka dari itulah, perlu adanya dasar “saling membutuhkan” antara guru dengan siswa. Siswa butuh guru dan begitu juga sebaliknya, guru butuh siswa. Dengan begitu barulah pembelajaran akan tercipta.
Kedua pelaku pendidikan ini memiliki perannya masing-masing dalam proses belajar-mengajar. Ketika peran tersebut sudah diketahui, maka baik guru maupun siswa perlu terlibat bersama aktivitas didalamnya. Ketika kedua belah pihak sudah terlibat secara aktif, maka inilah yang disebut proses pembelajaran.

 

2. Rasa Hormat
Begitu pentingkah rasa hormat dalam menyukseskan kegiatan belajar mengajar? Jawabannya adalah tentu saja sangat penting. Ketika rasa hormat diserasikan dengan adab maka ia akan memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada ilmu. Dalam kontes belajar mengajar juga yang melibatkan guru dan siswa juga berlaku demikian.
Guru perlu menghadirkan rasa hormat agar siswa mengetahui batas-batas berperilaku baik didalam kelas, di sekolah, maupun di luar sekolah. Selain itu, guru juga perlu menghormati siswa dengan beraneka macam karakter dan kondisinya.
Ketika rasa hormat ini kita gabungkan, maka terciptalah situasi saling menghormati dalam sebuah proses belajar mengajar. Dari sinilah nantinya guru dan siswa dapat membangun tanggung jawab belajar secara bersama-sama.
3. Optimisme
Dalam proses belajar mengajar, pihak yang perlu terlebih dahulu memiliki rasa optimis adalah guru. Terang saja, setiap siswa memiliki karakter yang unik dan masing-masing keunikan tersebut selalu disertai dengan potensi yang tak terbatas. Guru harus memiliki pikiran positif terhadap setiap keunikan dan potensi siswanya.
Proses belajar-mengajar tidak akan menarik jika sejak awal guru sudah meragukan kemampuan siswanya. Ketika proses pembelajaran dimulai dengan keraguan, ketika itu pula keberhasilan mengajar akan menyingkir dengan segera. Akhirnya, energi guru dan juga siswa akan terbuang sia-sia.
Maka dari itulah guru perlu memelihara rasa optimis yang tak terbatas dalam setiap proses belajar mengajar.

4. Kesengajaan
Ketika seorang guru mulai mengetahui dan menyelami tiap-tiap siswa beserta potensi mereka, maka saat itu pula guru perlu menghadirkan kesengajaan dalam proses belajar mengajar.
Apa tujuan dihadirkannya kesengajaan dalam proses belajar mengajar? Hal ini bertujuan agar siswa dapat sadar bahwa sejatinya mereka memiliki potensi dan kemudian memaknainya sebagai pelajaran tentang kehidupan.
Setiap proses belajar yang dialami siswa sesungguhnya demi kehidupan mereka di masa mendatang bukan? Maka dari itulah guru perlu menyadarkan siswa bahwa belajar harus berkelanjutan, bukan berhenti saat mereka lelah atau menjumpai tantangan.
Ketika siswa menjalani proses belajar-mengajar dengan sengaja, perlahan mereka akan sadar bahwa sejatinya pengalaman belajar tersebut adalah untuk diri mereka sendiri entah di saat ini maupun di masa yang akan datang. Alhasil, guru yang bertanggungjawab menciptakan suasana pembelajaran yang menarik agar siswa dapat dengan maksimal mendapatkan pengalaman belajar.
Saat ini, dalam suasana pandemi, kita memang tidak dapat memungkiri fakta bahwa keadaan pendidikan Indonesia menjadi semakin sulit. Proses belajar yang sejatinya efektif dengan sistem tatap muka harus bertukar tempat dengan pembelajaran jarak jauh secara daring dan bimbingan belajar lebih banyak dilakukan oleh orang tua daripada guru.
Namun, tidak mengapalah. Sebagai insan yang terpelajar, kita memang sudah seharusnya dapat beradaptasi dengan segala situasi. Baik itu situasi yang sudah tertebak maupun situasi yang belum pernah dialami sebelumnya. Potensi untuk maju sudah dikaruniai, tinggal bagaimana kita mewujudkan potensi tersebut.

Editor: cosmas