Gaya Mengajar Guru adalah Gaya Belajar Siswa

Spread the love

Oleh: Muslikun, S.Pd.SD
Guru SD N 1 Tamangede, Gemuh

Dalam kegiatan belajar mengajar, dipastikan peran dan kehadiran guru merupakan hal yang sangat penting. Setiap guru juga memiliki gaya mengajar yang sangat beragam. Terkadang kita menemukan gaya dan karakter mengajar guru yang begitu menonjol dan disenangi oleh anak-anak didiknya. Namun, ada juga yang sebaliknya. Ada kalanya kita menemukan guru yang begitu pasif. Hanya berpaku pada buku-buku bacaan dan kegiatan tanpa adanya interaksi lebih kepada anak-anak didiknya.
Sama halnya dengan guru. Siswa atau anak didik juga demikian. Setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda pula. Ada siswa yang sangat aktif saat pelajaran, siswa yang pendiam, ada juga siswa yang gemar mencairkan suasana di kelas. Entah dengan melempar humor ataupun dengan terang-terangan mengungkapkan isi hatinya.
Melihat situasi seperti ini, sebenarnya guru dapat mencontoh dan memetik karakter siswa yang beraneka ragam tersebut untuk kemudian diterapkan di kelas. Belajar kan bisa dari siapa saja, termasuk belajar dari pengalaman dan karakter para siswa. Terlebih di era milenial seperti saat ini. Guru bukanlah satu-satunya pusat pembelajaran. Maka tidak ada salahnya guru menjadikan siswa sebagai mitra belajar.
Jika kita lihat lebih dalam , maka sesungguhnya ada hubungan yang erat antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Perbedaan kelakuan siswa di kelas yang lamban menangkap pelajaran, suka ribut dan rusuh biasanya berbanding lurus dengan gaya guru. Kemungkinan saat ada siswa yang tidak paham dengan apa yang disampaikan oleh guru, mungkin anak itu tengah gagal dalam merasakan dampak ajar yang maknanya sudah dituangkan oleh guru. Serta banyak kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Khususnya dalam keadaan dimana guru harus melakukan Pembelajaran jarak jauh seperti sekarang ini. Adanya kebosanan yang pastinya menghinggap dalam diri siswa agaknya juga berbanding lurus dengan gaya maupun metode mengajar guru. Entah itu daring, luring, ataupun blended learning, jika gaya mengajar guru membosankan maka siswa juga akan merasa bosan yang dapat berujung pada kejenuhan belajar.
Dalam buku berjudul “Menjadi Guru Profesional” karya Prof. Suyanto, Ph.D dan Drs. Asep Jihad, M.Pd. terdapat sebuah visualisasi yang ditulis oleh Bobbi DePorter yang sekiranya berkaitan dengan gaya ajar guru dan gaya belajar siswa.
Dalam visualisasi tersebut digambarkan bahwa proses belajar itu sama halnya dengan keadaan diri yang berada di dalam ruangan yang gelap gulita. Ketika senter dinyalakan, selisih waktu antara munculnya cahaya yang terpantul ke dinding dengan saat kita menekan tombol power pada senter tersebut sangatlah cepat, bahkan hampir bersamaan.
Dalam proses pembelajaran, kiranya visualisasi senter ini senada dengan kegiatan belajar. Semestinya kecepatan otak siswa dalam menangkap materi dan informasi dari guru sama adalah 1.287 km/jam, sama dengan kecepatan cahaya senter. Tapi mengapa ada siswa yang gagal paham?
Bisa jadi ada ketidakseimbangan antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Dapat diibaratkan dengan model rambut. Tidak semua siswa suka gaya rambut pendek, ada pula siswa yang suka berambut panjang, ada pula yang lebih nyaman menggunakan hijab. Artinya guru tidak dapat menerapkan standar yang sama terhadap semua siswa. Di sinilah kemudian seorang guru perlu menanamkan mindset bahwa gaya mengajarnya terkadang perlu bersesuaian dengan gaya belajar siswa.
Sebagai contoh. Ada guru yang mengajar 30 siswa. Sudah pasti tidak semua siswa bersemangat dan siap dalam menerima pelajaran. Pasti ada saja siswa yang mengantuk, lapar, atau memikirkan kegiatan lainnya di luar sekolah, bahkan ada pula siswa yang mood-nya jauh dibawah harapan.
Terlebih dalam keadaan Pembelajaran jarak jauh seperti saat ini. Ditengah pembelajaran daring dan keterbatasan pertemuan guru dengan siswa, semakin beragam pula kondisi-kondisi dan gaya belajar siswa.
Untuk mengatasi situasi sulit yang seringkali datang saat pelajaran berlangsung, agaknya guru perlu menyelaraskan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa.
Cara terbaik yang dapat dicoba adalah dengan memperkaya metode mengajar pada suatu materi. Mungkin materi ajar pokok hanya ada satu, tetapi metodenya tidak hanya dengan penugasan, rangkuman, atau lebih parahnya guru hanya menyuruh siswa untuk sekedar membaca. Selipkan sedikit visual, selipkan sedikit keadaan agar siswa bisa belajar secara auditori, selipkan sedikit aktivitas agar siswa bisa berkinestetik, dan hadirkan pula sedikit momentum agar siswa bisa belajar secara analitik.
Baik dalam keadaan pembelajaran jarak jauh seperti sekarang ataupun saat pembelajaran sudah dapat bertatap muka di masa depan bukanlah alasan dan halangan bagi guru untuk menciptakan gaya mengajar yang seirama dengan gaya belajar siswa. Asalkan ada koordinasi yang tepat, pengertian, interaksi, dan keterbukaan antara guru dan siswa, maka rasanya tidak akan nada masalah yang berarti.

Editor: Cosmas