Refleksi Covid 19, Hikmah atau Petaka?
oleh: Nurjanah Khusnul Khotimah
Guru SMA Negeri 1 Bukateja, Purbalingga
Akhir tahun 2019, di Wuhan, Cina diketemukan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Dalam waktu kurang lebih 3 bulan, virus ini menyebar hampir ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
World Health Organization (WHO), menyatakan wabah penyebaran virus Covid-19 sebagai pandemi. Pertengahan Maret 2020, pemerintah menginformasikan secara resmi bahwa Covid-19 sudah menyebar di Indonesia. Pemerintah menyadari, kondisi masyarakat Indonesia yang demikian, dengan belajar dari masyarakat luar negeri dimana mereka juga mengalami hal tersebut.
Pemerintah segera mengambil kebijakan secara mendadak terutama dalam bidang pendidikan yaitu dengan meliburkan siswa. Pembelajaran siswa yang tadinya berjalan di kelas, sekarang berubah belajar secara online di rumah masing-masing.
Begitu berat untuk mengawali semua itu, bukan hanya siswa yang perlu belajar teknologi, guru pun perlu menguasai teknologi yang akan digunakan, sehingga baik guru maupun siswa sama-sama belajar.
Tak dapat dipungkiri, bahwa zaman 4.0 yang didendangkan di tahun-tahun sebelumnya masih bertaraf teori maupun masih sedikit diaplikasikan. Sekarang sudah diaplikasikan secara nyata. Benar-benar kita memasuki era digitalisasi. Era digitalisasi adalah proses mengubah berbagai informasi, kabar, berita dan sebagainya dari yang konvensional menjadi serba digital/ online dan sekarang lebih canggih lagi dengan mengkoneksikan berbagai hal tersebut melalui jaringan internet.
Dalam masa Pandemi ini, supaya semua aktifitas tetap berjalan, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan Work From Home (WFH). Dengan kebijakan ini, masyarakat bisa tetap menyelesaikan pekerjaan kantor di rumah. Begitu pula pendidik yang menggunakan sistem pembelajaran secara daring.
Pendidik dan siswa melakukan pembelajaran pada waktu yang telah dijadwalkan, sehingga mereka saling berinteraksi dalam media sosial di waktu yang sama. Siswa menyimak materi yang diberikan guru dan siswa saling diskusi perihal materi. Pendidik bisa langsung mengevaluasi pembelajaran secara online, di antaranya bisa melalui aplikasi Facebook (FB), telegram, WhatsApp (WA), instagram, youtube.
KBM juga bisa dilaksanakan melalui aplikasi yang bisa bertatap muka antara pendidik dengan siswa, di antaranya aplikasi Zoom, Cisco Webex dan sebagainya. Semua aplikasi itu dikombinasikan dengan google form, e-modul, power point (PPT) dan sebagainya, sesuai kreatifitas pendidik.
Banyak sekali perbincangan baik di kalangan masyarakat hingga dibahas oleh para ahli agama perihal munculnya Covid-19, apakah dibalik munculnya Covid- 19 ini ada banyak hikmah yang kita dapatkan? Atau hanya malapetaka akhir zaman?
Sebagai hamba Allah kita perlu berfikir kritis dengan mengamati berbagai hal yang terjadi, tetapi positif thingking terhadap takdir Allah harus selalu kita utamakan.
Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rum ayat 42, yang artinya: “Katakanlah: Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana (akibat) orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (Qs. Ar-Rum; 42)
Dalam ayat tersebut menjelaskan supaya kita belajar dari umat-umat pada zaman nabi terdahulu, dimana Allah menurunkan ujian pada suatu kaum karena mereka banyak yang ingkar kepada Allah, sehingga dengan diturunkan ujian tersebut supaya kita kembali ke jalan yang benar, dengan menguatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Datangnya sebuah ujian dari Allah seperti yang terjadi pada manusia saat ini, bahkan merupakan bahaya pandemi yang sudah menyebar ke seluruh dunia, jangan dimaknai sebagai sebuah petaka, yang nantinya akan melemahkan kita dan menjadikan diri kita penuh ketakutan, sehingga secara psikologis kita mengalami kekhawatiran yang nantinya berefek pada sakit fisik. Dan yang bisa mengobati adalah diri kita sendiri dengan memotivasi diri. Meski motivasi dapat juga dari orang lain, tapi yang bisa mengubah menjadi energi positif adalah diri kita sendiri.
Qadha dan Qodar Allah memang sudah tercatat dalam kitab Lauhul Mahfudz. Sebagai hambaNya, kita harus selalu berikhtiar, berdoa dan bertawakkal, karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, apabila mereka tidak mengubahnya sendiri.
Membangun mindset yang positif akan membuat kita selalu bahagia dalam menjalani kehidupan ini. Segala yang Allah ciptakan tiada yang sia-sia, seperti yang difirmankan Allah dalam QS. Ali Imran 190-191 yang artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
Dalam ayat tersebut diketahui bahwa setiap yang diciptakan Allah itu tiada yang sia-sia. Pasti ada hikmah dibalik apa yang terjadi, seperti halnya dengan virus COVID 19 ini. Jangan berfikir terlalu jauh, bahwasanya ini adalah malapetaka akhir zaman. Berita-berita seperti ini akan menjadikan banyak orang ketakutan yang dapat pula menjadikan seseorang bertambah parah pada sakit yang dideritanya.
Kita harus tetap merefleksikan bahwa ini semua adalah salah satu peringatan Allah supaya kita menguatkan iman dan taqwa kita, apalagi di moment bulan Ramadhan yang penuh rahmat ini. Tidak usah kita terlalu banyak berdebat pada beberapa hal yang ilmu kita belum cukup untuk membahas itu. Hal-hal besar sudah dibahas oleh ahlinya yang lebih mumpuni dan ulil amri, dalam hal ini pemerintah.
Tugas kita adalah mengoptimalkan hablumminalloh dengan lebih baik, menjaga solat lima waktu, menambahkan solat sunah rawatib, taraweh, solat tahajud, merutinkan tadarus, bersolawat, berdzikir, asmaul husna dan sebagainya.
Bukan hanya itu saja, hablumminannas pun harus selalu kita tumbuhkan di masa pandemi ini, meskipun kita dibatasi dalam bersosialisasi secara konvensional, tapi kita bisa menguatkan silaturahim secara online melalui aplikasi-aplikasi trend sekarang seperti WhatsApp, HP, instagram dsb. Bersedekahpun bisa dilakukan secara online, meski demikian kita tetap memandang disamping-samping kita, apakah saudara kita sudah tercukupi? Apakah tetangga kita sudah tidak ada yang kekurangan? Jika kategori itu sudah tidak ada, kita bisa bersedekah dan berzakat secara online. Foto ilustrasi tes swab di semarang/istimewa
Editor: Cosmas