Remaja Ambyar Menuju Generasi Berkarakter

Spread the love

Oleh: Suprapti, S.Pd
SMP Negeri 1 Karanganyar

Kasus ABC bunuh bocah di Sawah Besar, Jakarta Pusat, terus menjadi perbincangan. Kini diketahui pelaku ternyata sering menggendong korbannya saat masih bayi. Miris, sedih, prihatin dan entah perasaan apalagi terasa di dada ini. Yang pasti sangat mengerikan dan mengiris hati. Mengapa terjadi degradasi moral pada remaja?
Banyak fakta tentang remaja yang tunakarakter, remaja yang mengalami degradasi moral, di antaranya hasil survei Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKN) di Jabotabek bahwa 51 dari 100 orang remaja perempuan tidak perawan lagi, rentang usia remaja yang pernah melakukan hubungan seks di luar nikah antara 13-18 tahun.
Degradasi moral merupakan masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Sekarang ini karakter remaja mengalami kemerosotan, hancur atau ambyar istilah gaul remaja. Berbagai berita tentang remaja baik melalui media cetak maupun media elektronik memberikan gambaran bahwa karakter remaja di Indonesia semakin merosot dan mengkhawatirkan.
Kita sering melihat fenomena yang membuat prihatin akhir-akhir ini seperti, tawuran pelajar, pergaulan bebas, pornografi yang tidak terbendung, pacaran, membolos sekolah, kecanduan estasy dll. Ada apa ini?
Pengaruh budaya asing merupakan salah satu penyebab degradasi moral remaja. Dewasa ini dunia ada di genggaman tangan sehingga budaya asing leluasa masuk lewat internet, handphone, televisi, dan lainnya begitu cepat. Budaya itu akan membawa dampak positif maupun negatif.
Faktor berikutnya, yang memengaruhi degradasi moral remaja menurut Adi Karyanto adalah proses sosial, hal ini disampaikan oleh James W. Van der Zanden bahwa penyimpangan sosial merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai suatu hal tercela dan di luar batas tolerasi. Sebagai contoh retaknya sebuah rumah tangga yang menjadikan seorang anak tidak mengenal disiplin dan sopan santun, hal ini karena orang tua merupakan agen sosial yang tidak memberikan contoh panutan yang baik.
Faktor perhatian dari orang tua merupakan hal yang sangat mempengaruhi karakter remaja. Orang tua harus memberikan kasih sayang, pengawasan dengan siapa anak berteman dan melakukan kegiatan apa, di mana, ada komunikasi yang sehat, sehingga anak tidak mencari kebahagiaaan di luar rumah yang bertentangan dengan ajaran agama.
Lantas, bagaimana cara kita untuk memperbaiki karakter remaja yang hancur itu?
Para remaja hendaknya pandai memilah dan memilih teman akrab, selektif. Karena salah bergaul remaja bisa salah langkah. Pergaulan akan memengaruhi etika, moral, dan akhlak. Apabila seseorang bergaul dengan teman baik perilakunya, maka akan timbul kepribadian yang baik. Begitu juga sebaliknya, apabila seseorang bergaul dengan teman yang buruk perilakunya dan di lingkungan yang tidak baik, maka akan timbul kepribadian yang tidak baik juga.
Remaja harusnya memperluas wawasan dan pengetahuannya. Hal ini sangat berguna untuk menyaring segalan pengaruh buruk dari lingkungan dan kemajuan teknologi seperti televisi, dan media sosial lainnya. Pengetahuan ini akan membentengi diri dari pengaruh buruk dan sebagai filter dalam kehidupannya.
Sebaiknya, para remaja meningkatkan iman dan takwa. Remaja yang kadar keimanannya kuat akan merasa dekat dengan Allah, merasa selalu diawasi oleh Sang Maha Mengawasi, sehingga perilakunya akan terjaga sepanjang hari karena merasa selalu dimonitor di mana pun mereka berada.
Peran orang tua juga sangat besar, seharusnya orang tua dapat dijadikan suri teladan dalam kehidupan remaja. Orang tua harus mengenalkan ajaran agama sejak dini, mengajaknya sholat berjamaah, memastikan untuk bisa ngaji bersama setelah sholat mahgrib, memberi perhatian dan kasih sayang, dan membimbingnya saat anak mempunyai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Sebaiknya ada penegakan hukum atau sanksi. Ketegasan dalam penerapan sanksi kepada remaja yang melakukan tindakan yang melanggar aturan dapat menjadi shock terapi bagi para remaja dan diharapkan dapat memberikan efek jera bagi pelakunya. Sanksi ini dapat diterapkan mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan kepolisian, serta lembaga penegak hukum lainnya.
Akhirnya, yang tidak kalah penting adalah pendidikan karakter. Kamus Besar Bahasa Indonesia(2008:623) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Karakter merupakan nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang mampu membuat suatu keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuatnya.
Ratna Kutha (2014:32) menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan proses pembentukan kepribadian, kejiwaan, dan psike, sekaligus hubungan seimbang dengan struktur kejasmanian, dalam rangka mengantisipasi berbagai pengaruh luar yang bersifat negatif. Pengertian pendidikan secara luas adalah melindungi diri sendiri, membentuk kepribadian mandiri, yang di dasarkan atas keyakinan tertentu baik yang bersifat individu maupun kelompok, dan dengan sendirinya bangsa dan negara. Begitu pentingnya pendidikan karakter untuk memperbaiki karakter yang sakit.
Jadi, memang kita sebagai siapa pun harus senantiasa peduli dengan masalah remaja, siap untuk menjadi sahabat, siap menjadi pendengar, dan mampu memberikan solusi setiap remaja mendapat masalah. Dengan demikian remaja tidak lagi mencari kebahagiaan di luar. Semoga tidak ada lagi berita yang mengiris hati tentang remaja. Semoga remaja kita ke depan menjadi generasi emas yang tangguh, bermartabat, tanggap, cerdas, berakhlak, dan siap menerima tampuk kepemimpinan menuju bangsa yang madani. Semoga
Editor: Cosmas