Pendekatan Whole Language Dalam Pembelajaran Bahasa
Oleh: Endang Puji Lestari, S.Pd
Guru SDN 01 Waru, Kebakkramat, Karanganyar
Kita semua menyadari bahwa bahasa itu penting dalam kehidupan. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan keinginan, pendapat, dan perasaan kita. Pelajaran bahasa yang seharusnya menyenangkan dan mengasyikkan ternyata jauh dari harapan. Ini disebabkan karena di sekolah, bahasa diajarkan secara terpisah–pisah.
Pada umumnya, guru mengajarkan ketrampilan berbahasa dan komponen bahasa secara terpisah. Membaca diajarkan pada jam yang berbeda dengan menulis. Demikian juga pelajaran tentang struktur bahasa, kosakata ataupun kesusastraan.
Dengan mengajarkan bahasa secara terpisah–pisah sangat sulit untuk memotivasi siswa belajar bahasa karena siswa melihat apa yang dipelajarinya tidak ada hubungannya dengan hidup mereka.
Untuk memperbaiki pengajaran bahasa di beberapa negara seperti Inggris, Australia, Amerika Serikat, New Zealand, Kanada mulai menerapkan pendekatan whole language pada sekitar tahun 80-an.
Whole language adalah satu pendekatan pelajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh dan tidak terpisah–pisah.
Para ahli whole language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tiadak dapat dipisah–pisahkan. Oleh karena itu, pengajaran ketrampilan berbahasa dan komponen bahasa, seperti tata bahasa dan kosa kata, disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik.
Pendekatan whole language didasari oleh paham constructivisme yang menyatakan bahwa anak/siswa membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated).
Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran dan tentang orang–orang yang terlibat dalam pembelajaran. Dalam hal ini orang–orang yang dimaksud adalah guru dan siswa.
Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan ketrampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan secara terpadu
Komponen – komponen dalam whole language antara lain : 1) Reading aloud, adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Kegiatan ini sangat bermafaat jika dilakukan di kelas rendah. Manfaat yang didapat dari reading aloud antara lain: Meningkatkan ketrampilan menyimak, memperkaya kosa kata, membantu meningkatkan membaca pemahanan, menumbuhkan minat baca pada siswa. Reading aloud juga baik dilakukan di kelas tinggi. Dengan reading aloud guru memberikan contoh membaca yang baik pada siswanya.
2) Jurnal writing. Bagi guru yang menerapkan whole language, jurnal writing atau menulis jurnal adalah komponen yang dapat dengan mudah diterapkan. Jurnal merupakan sarana yang aman bagi siswa untuk mengungkapkan perasaannya, menceritakan kejadian di sekitarnya, membeberkan hasil belajarnya, dan menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Manfaat jurnal writing antara lain: Meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kemampuan membaca, menumbuhkan keberanian menghadapi resiko, memberi kesempatan untuk membuat refleksi, memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi, memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis, meningkatkan kemampuan berpikir, meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis, menjadi alat evaluasi, menjadi dokumen tertulis.
3) Sustained Silent Reading (SSR) adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibacanya. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa melalui kegiatan ini antara lain: Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan, membaca dapat dilakukan oleh siapapun, membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut, siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang cukup lama, guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca, siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari meteri yang dibacannya setelah kegiatan SSR berakhir.
4) Shared reading, adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa, dimana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibaca. Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas rendah maupun kelas tinggi. Cara–cara melakukan kegiatan shared reading antara lain: Guru membaca dan siswa mengikutinnya (untuk kelas rendah), guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku, siswa membaca bergiliran. Maksud kegiatan shared reading antara lain: Sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk memperrhatikan guru membaca sebagai model, memberikan kesempatan untuk meperlihatkan kemampuan membacanya, siswa yang kurang terampil membacanya mendapat contoh membaca yang benar.
5) Guide reading. Dalam guide reading atau yang disebut juga membaca terbimbing guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam guided reading guru semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan dan meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar pertanyaan pemahaman. Kegiatan ini merupakan kegiatan membaca yang penting dilakukan di kelas. 6) Guided writing. Dalam guided writing atau yang disebut menulis terbimbing guru juga berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik. Dalam hal ini proses writing seperti memilih topik, membuat draf, memperbaiki dan mengedit dilakukan oleh siswa sendiri.
7) Independent reading atau membaca bebas, adalah kegiatan membaca di mana siswa berkesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca bebas merupakan bagian integral dari whole language. Dalam independent reading siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran gurupun berubah dari pemrakarsa, model dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator, dan pemberi respon.
8) Independent Writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dalam menulis bebas siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa ada intervensi dari guru, siswa bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk dalam independent writing antara lain menulis jurnal, dan menulis respon.
Di dalam kelas whole language guru senantiasa memperhatikan kegiatan siswa dalam menulis, mendengarkan, siswa berdiskusi baik dalam kelompok maupun diskusi kelas. Penilaian juga dilakukan ketika siswa bercakap–cakap dengan temannya atau dengan guru, bahkan penilaian harus dilakukan guru saat siswa bermain di waktu istirahat.
Penilian juga berlangsung ketika siswa dan guru mengadakan konferensi. Guru membawa alat penilain seperti format observasi, catatan anecdote. Selain penilaian informal penilaian juga dilakukan dengan menggunakan portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa selama kegiatan pembelajaran. Dengan portofolio perkembangan siswa dapat terlihat secara otentik.
Editor: Cosmas