Indonesia 2030 (Tidak Jadi) Bubar

Spread the love
Hasil gambar untuk Saurip Kadi
Saurip Kadi                               Foto: IST

Opini

Oleh:  Saurip Kadi*

Tidak ada yang salah dengan pernyataan Prabowo Subianto (PS) tentang Indonesia 2030 bubar. Hanya sayang, mengapa PS sangat terlambat menyampaikannya, sehingga sulit untuk tidak dikaitkan dengan kepentingan Pemilu 2019. Dan karena isinya mengkait masalah perampokan kekayaan kita oleh asing, ketimpangan dalam penguasaan tanah dan masalah lainnya yang justru menjadi “isme” nya Orba, dimana PS adalah bagian dari rezim dan juga ikut menikmatinya, maka pernyataan tersebut justru berpotensi merugikan dirinya.

Bisa jadi PS juga lupa terhadap peringatan sejumlah ahli berpuluh tahun yang lalu, tentang 10 global “concern’s” seperti: demokratisasi, HAM, globalisasi, global warming atau kerusakan alam, ketimpangan sosial, krisis pangan dan lain-lainnya, yang ujungnya akan membuat negara manapun akan punah, manakala mengabaikannya.

Akan lebih fatal lagi, kalau PS tidak mau tahu bahwa analisa intelejen dan pendapat para ahli tersebut lebih didasarkan pada cara pandang dan atau konsep “nation state” dan paham kapitalismenya, yang realitanya di banyak negara ternyata gagal.

Boleh saja ada bukti keberhasilan, seperti yang terjadi di USA, Eropa dan juga Jepang, tapi untuk era kekinian kondisi mereka telah “saturated” atau ”obsolete”, sehingga sulit atau bahkan mustahil untuk dikembangkan lagi.

Apalagi dalam prakteknya, kapitalisme yang sentralistik dengan konsep “mass- production” nya telah berperan sebagai “vacuum cleaner” terhadap perekonomian rakyat.

Masih melekat dalam ingatan kita ribuan pabrik kecap dan mie serta warung-warung tradisional harus gulung tikar, ketika pemerintah mulai menerapkan model ekonomi kapitalisme brutal yang diberi judul dengan sebutan Ekonomi Pancasila.

Disamping itu, konsep kapitalisme juga telah melahirkan dampak perlunya berbagai bantuan sosial yang tidak produktif yang menyedot APBN dalam jumlah tidak kecil, dan disertai dampak ikutan dimana rakyat menjadi malas.

Residu peninggalan Orba dan penerusnya dalam hal ini utamanya rezim SBY memang telah mengantar negeri ini ke jurang kepunahan sebagaimana yang disampaikan PS, namun berkat campur tangan Tuhan, seorang Jokowi yang ‘ndeso’ dan hanya tukang mebel bisa terpilih menjadi presiden, mengalahkan PS yang dari semua aspek jauh lebih “mumpuni”.

Sehingga, skenario Indonesia bakal punah di tahun 2030 menjadi kandas di tengah jalan, karena Presiden Jokowi telah menjungkir-balikan materi yang menjadi keprihatinan dan kepedulian PS dan juga kita semua, setidaknya sudah melangkah untuk menghentikannya.

Kebijakan tidak memperpanjang HGU dan HPH terlantar kini telah terhimpun belasan juta ha tanah yang siap dibagikan kepada rakyat, baik kembali menjadi hutan adat maupun hutan sosial. Kebijakan perikanan, telah membuat bangkitnya nelayan pantai.

Restrukturisasi APBN dengan mengalihkan anggaran dari yang bersifat konsumtif ke infrastruktur pada saatnya nanti juga akan membangkitkan perekonomian rakyat.

Dan masih banyak lagi kebijakan Jokowi yang hasilnya bakal langsung dinikmati rakyat banyak dan melahirkan kohesifness baru dalam ber-Indonesia.

Dengan demikian, variable yang mendukung kesimpulan bahwa Indonesia bakal bubar di tahun 2030 menjadi tidak terpenuhi. Justru sebaliknya, Indonesia bisa menjadi kekuatan ekonomi dunia, sesuai laporan dari Price waterhouse Coopers (PwC) yang menyatakan bahwa Indonesia akan mendominasi peringkat ekonomi utama dunia pada 2030.

 

*Penulis: Mayjen TNI (Purn)  Saurip Kadi SE MM MBA