Komunitas Relawan Independen Wadahnya Relawan dari Segala Profesi

Spread the love

BOYOLALI,(poskita.co) – Di Indonesia besar kemungkinan hanya Komunitas Relawan Independen atau KRI inilah yang mampu mewadahi relawan-relawan dari berbagai latar belakang budaya, pendidikan, ekonomi, dan ketrampilan. Lihat saja akun medsos https://www.facebook.com/komunitas.r.independen. Di situ tercantum jelas anggota dan data lengkap anggotanya.

Dari database organisasi tersebut menyebutkan, tak sedikit anggotanya yang bekerja serabutan di bidang non-formal. Di antaranya sebagai, kuli bangunan, kuli angkut di pasar, petani, guru, editor di penerbitan, pedagang, mahasiswa dan lain sebagainya.

Bahkan sekretaris jenderal (sekjen) KRI, Wahyudi ”jenggot” sehari-hari malah bekerja sebagai kuli angkut di pasar tradisionl Kartasura, Sukoharjo.

“Saya sebagai sekjen KRI bekerja sebagai kuli angkut di pasar. Pekerjaan tak menghalangi terjun di bidang kemanusiaan,” terang pria yang akrab disapa Jenggot.

Jenggot mengatakan, KRI memposisikan diri sebagai lembaga yang terbuka dan tak memandang latar belakang pendidikan, ekonomi, dan ketrampilan yang dimiliki.

“Siapa saja yang hendak bergabung organisasi ini dipersilahkan asalkan menjalankan misi dan visi yang sudah digariskan. Asalkan mengisi formulir yang disediakan oleh tim KRI, maka sahlah dia sebagai anggota KRI,” paparnya.

Berbicara tentang kontribusi awak KRI terkenal militan. Tak jarang dalam setiap kegiatan kemanusiaan, mereka selalu berada di garda terdepan. Tanpa dikomando dan diperintah, setiap ada permintaan pertolongan, atau kejadian di lapangan anggota KRI langsung terjun. Tak jarang kontribusi, loyalitas dan dedikasi KRI di lapangan selalu diatributi hero oleh pihak-pihak yang merasa dibantu atau rekan sesama sukarelawan.

Komunitas yang didirkankan pada 2006 silam, bersamaan dengan peristiwa bencana aksi gempa Bantul (DIY) dan Klaten (Jateng) ini memiliki 500 anggota aktif, dan ribuan lainnya anggota pasif. Keunikan lainnya dari komunitas ini, anggaran yang dikeluarkan untuk membiayai seluruh aksi kemanusiaan dan organisasi murni dari kantong anggota.

Sesepuh KRI, Mbah Hadi menyebut, anak-anak KRI ini memang hero. Pendiri KRI yang berdomisili di Yogyakarta ini menuturkan, semangat juang anak-anak muda KRI memang patut diacungi jempol. Namun demikian, dedengkot yang asam garam aksi kemanusiaan dan penyelematan ini berharap, organisasi KRI bisa ditata lebih baik. Sehingga ke depan organisasi ini akan terus kuat baik dalam kegiatan di dalam maupun di luar. (theo)