Setuponan Tampilkan Buto Gedruk yang Beringas Tetapi Terselip Perilaku yang Halus dan Bijaksana
SOLO (poskita.co) – Akademi Seni Mangkunegaran (ASGA) kembali menggelar Jumenengan Wiyosan Mangkunegoro ke IX atau memperingati weton KGPAA Mangkunegoro IX, yang jatuh pada Sabtu Pon. Kegiatan ini digelar setiap 35 hari sekali di Prangwedanan Puro Mangkunegaran Surakarta dengan nama kegiatan Setuponan, yang kali ini jatuh pada Sabtu (15/9).
Kegiatan ini menurut Humas Setuponan, Nunik Kusumawati menjelaskan bahwa kegiatan ini untuk melestarikan budaya dan memberi wadah untuk seniman berkreasi.
“Sebagai wujud rasa terima kasih kita kepada KGPAA Mangkunegoro IX dan sebagai apresiasi seni dan nguri-uri kebudayaan Jawa terutama yang ada di dalam Mangkunegoro supaya tidak hilang dan mengenalkan kepada masyarakat umum tentang kebudayaan dan sebagai tempat berkumpulnya para seniman untuk mereka berkreasi,” jelasnya.
Lebih lanjut Nunik berharap ASGA sebagai penyelenggara bisa menjadi destinasi wisata budaya yang ada di kota Solo dan sekitarnya dan lebih di kenal di masyarakat.
Setuponan Sabtu kemarin menampilkan beberapa pementasan, salah satu diantaranya tari Buto Gedruk, persembahan dari Sanggar Seni Kadipiro Enggal Condong Turonggo Sakti Banjarsari Surakarta dan Sanggar Seni Jambu Enggal Condong Turonggo Sakti Ambarawa Semarang.
Tarian ini menggambarkan gerakan-gerakan keberingasan dan ketegasan para kesatriya kerajaan. Meskipun wajahnya berupa buto yang menggambarkan keangkaramurkaan namun di balik sikap yang beringas dan tegas terselip perilaku yang halus dan bijaksana, jadi bisa dikatakan sikap yang beringas kadang orang tertipu dengan wajah yang halus tetapi sikapnya yang beringas.
Kebaikannya orang yang wajahnya beringas tidak sedikit malah hatinya baik dan lembut. Dalam tarian itu terkandung pesan bahwa tidak semua orang yang wajahnya beringas pasti hatinya jahat, demikian pula sebaliknya jangan tertipu dengan wajah tampan tetapi hatinya malah jahat. (Aryadi/ editor: isna)