Inklusi Dimulai dari Bahasa: ISI dan Gerkatin Berkolaborasi

Spread the love

Surakarta, Poskita.co — Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) bekerja sama dengan Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Solo dan Srengenge Kopi, sukses menyelenggarakan Expo Kolaborasi yang mengangkat tema inklusi sosial dan seni  Minggu (29/06/2025).

Acara ini menjadi ajang pertemuan lintas komunitas yang mempertemukan mahasiswa, akademisi, seniman, serta komunitas tuli dalam semangat kolaborasi dan pemberdayaan. Salah satu agenda utama adalah diskusi panel bertajuk “Inklusi Dimulai dari Bahasa”, yang menghadirkan pembicara dari Deaf Volunteering Organization (DVO) Solo dan Gerkatin Solo.

Diskusi ini menyoroti pentingnya bahasa sebagai jembatan utama dalam membangun masyarakat yang inklusif dan saling memahami. Para pembicara menekankan bahwa bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga representasi identitas dan alat perjuangan untuk partisipasi yang setara dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk seni dan pendidikan.

“Tantangan terbesar adalah untuk saling memahami, terkadang makna yang dimaksud teman dengar berbeda dengan yang dimaksud teman tuli, begitupunsebaliknya,” ujar Galih, perwakilan Gerkatin Solo.

Expo ini juga menampilkan karya seni kolaboratif antara mahasiswa ISI Surakarta dan anggota komunitas tuli. Beberapa karya yang dipamerkan mencakup totebag bermotif batik ciprat, bros dari kain perca, foto produk, hingga video pendek vertikal. Semua karya tersebut dipamerkan di Srengenge Kopi, yang menjadi tuan rumah sekaligus ruang inklusif bagi kegiatan ini.

“Inklusivitas bahasa tidak hanya menjadi tanggung jawab teman dengar, tapi juga harus tumbuh dari kesadaran teman tuli. Bahasa isyarat bisa dipelajari secara online, tetapi pengalaman belajar langsung face to face akan memiliki rasa dan makna yang jauh lebih dalam,” ungkap Ischol, perwakilan dari DVO Solo.

Kolaborasi ini menjadi cerminan nyata dari semangat MBKM yang mendorong pembelajaran lintas sektor, berbasis komunitas, dan berorientasi pada dampak sosial. Harapannya, acara ini menjadi titik awal bagi semakin banyak inisiatif yang mendorong aksesibilitas, kesetaraan, dan pengakuan atas keragaman cara berkomunikasi di masyarakat.**

Editor: Cosmas