Komisi II DPRD Sragen Berharap Investor Pabrik Sepatu Jangan Sampai Lari Ke Luar Negeri

SRAGEN, POSKITA.co – Kalangan dewan menyesalkan pembatalan pembangunan pabrik sepatu terbesar di Indonesia oleh PT TKG Taekwang di Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Sragen.
Dampak pembatalan pembangunan pabrik sepatu di Sragen itu justru akan merugikan masyarakat Sragen itu sendiri, pasalnya puluhan ribu tenaga kerja yang siap bekerja akan gagal mendapatkan pekerjaan dan pengangguran akan terus bertambah.
Anggota komisi II DPRD Sragen Endro Supriyadi mengaku kecewa dengan kabar gagalnya rencana investasi di wilayah kecamatan Tanon. Pihaknya menyayangkan Pemerintah daerah melalui dinas terkait tidak bisa mengamankan investasi. Lantas seolah lempar tangan tanpa tanggung jawab seolah investor mundur karena sikap warga.
“Ini sangat merugikan Sragen, pasalnya Sragen akan kehilangan kesempatan yang baik ini, puluhan ribu lowongan pekerjaan akan hilang sia-sia jika hal itu benar-benar terjadi,” kata Endro Supriyadi Rabu, (22/5/2024).
Endro mendesak dinas agar segera diambil tindakan yang tidak merugikan warga maupun menghambat investasi. Dengan situasi ini, dia menilai perijinan gagal mengawal dan mengamankan investasi di Sragen.
“Jangan lantas seolah ini lempar tangan problemnya di warga. Investasi yang mudah tentu seolah cepat turun, sedangkan situasi yang terkendala seperti saat ini seolah kesulitan,” jelasnya.
Pihaknya khawatir para investor jadi takut kalau tidak mendapat penjelasan yang gamblang kinerja dari dinas terkait tanpa menyalahkan warga. Seolah sulit berinvestasi di Sragen. Padahal di lokasi lain, meski nilai investasinya lebih kecil, nyatanya bisa diselesaikan baik-baik dengan warga.
Langkah selanjutnya, Dinas terkait harus berusaha meyakinkan investor agar tidak jadi kabur. Karena dampak ekonomi ketika masuknya industri di kawasan tersebut tentu akan besar dan luas. Seperti menyerap tenaga kerja dan membangkitkan ekonomi sekitar.
Sementara, jika tidak ada kelanjutan maka lahan yang sudah terlanjur dibeli tentu tidak bisa diolah tanpa ijin perusahaan sebagai pemiliknya. Kondisi lahan yang tak digarap tentu bakal mengganggu lahan aktif. Seperti menjadi sarang hama pertanian dan sebagainya.
Sementara itu, salah satu warga dan petani pemilik sawah di Bonagung bernama Syahrul mengaku sangat setuju menjual tanahnya dan mengaku beruntung. Dia menjual bidang tanah yang dinilai kurang produktif sekitar 500 meter. Namun bisa membeli bidang tanah yang lain seluas 1300 meter. Bahkan sisa dari penjualan tersebut masih cukup untuk renovasi rumah.
“Iya benar mas dijual untung bukan rugi, bahkan kami pemilik tanah berupa Sawah milik Pak Karno, RT 15 Dukuh Cengklik RT 15, Gading, Tanon, 500 meter. Alhamdulillah dijual lebih untung. Kalau dulu lokasi sawahnya sulit air. Kadang dianggurin. Kalau sekarang bisa dapat tanah buat investasi, bisa ditanami, kami sangat mendukung tanah yang hanya bisa ditanami satu hingga dua kali tanam dalam setahun itu di ganti dengan pabrik sepatu selain limbahnya tidak ada kami bisa bekerja disana dan lebih baik,” ujarnya.
Pihaknya merelakan melepas tanah karena berpikir untuk perkembangan ekonomi kedepan. Dengan adanya industri, maka akan ada serapan tenaga kerja, UMKM dan sebagainya. Pihaknya berharap warga yang enggan melepas untuk bisa berubah pikiran.
”Kalau belum melepas lahan, itu hak pribadi, tapi kalau bisa mendukung lebih baik karena ini demi kepentingan kita bersama dan kemajuan desa. Kita juga meminta karyawan yang bekerja diutamakan juga warga sekitar,” harapnya.
Diketahui gagalnya pmbuatan pabrik sepatu itu peluang pekerjaan bagi ribuan karyawan lenyap. Tidak hanya itu, perputaran uang gaji karyawan diprediksi 170 miliar uang yang beredar di Tanon otomatis perekonomian bergerak. (Cartens