Jurus Menlu Retno Marsudi Saat Pemulangan Pekerja Migran Indonesia

Spread the love


Oleh: Setyasih Harini, S.IP.,M.Si

Dosen FISIP Hubungan Internasional

Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Pekerja migran masih menjadi pro kontra permasalahan nasional. Keberadaannya menjadi perhatian nasional yang perlu mendapat penanganan secara serius. Terlebh lagi, para pekerja migran yang mengalami kendala kepulangan ke tanah air saat awal pandemi Covid-19.
Saat ini meskipun pandemi Covid-19 bisa dikatakan telah berlalu namun perjuangan seorang Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi dalam menarik kembali pekerja migran ke Indonesia patut diacungi jempol. Sampai detik ini, Retno Marsudi merupakan perempuan pertama yang berhasil menduduki posisi penting dalam lembaga pemerintahan. Dalam kiprahnya, Retno Marsudi inilah yang menjadi corong sikap pemerintah Indonesia di kancah internasional, terlebih dalam penanganan pemulangan pekerja migran pada waktu awal pandemi Covid-19 sekitar tiga tahun lalu.

Gambar 2. Pemulangan WNI dari Hubei
Sumber: Twitter @Kemlu_RI


Lalu, jurus apa yang dilakukan oleh Menlu Retno Marsudi untuk memulangkan para pekerja migran.
Pandemi Covid-19 yang muncul secara mendadak dan tidak terduga menjadi suatu masa untuk memasuki tata kehidupan baru. Kondisi tersebut memaksa para pemimpin mencari solusi secara cepat dan tepat. Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui akun Twitter @Kemlu_RI menginformasikan per 10 Maret 2020, jumlah WNI di luar negeri yang tertular Covid-19 berjumlah 15 orang yang tersebar di Jepang 9 orang, Singapura 4 orang, Taiwan dan Australia masing-masing 1 orang. Menurut penjelasan Retno Marsudi, kementerian luar negeri bersama dengan seluruh perwakilan RI yang ada di luar negeri mengusahakan pemenuhan tugas perlindungan terhadap WNI dengan sebaik-baiknya.
Dengan atas nama kemanusiaan, Menlu Retno Marsudi secara intens melakukan diplomasi publik dengan kharakter femininnya. Diplomasi publik feminis yang dilakukan Menlu Retno Marsudi menjembatani kebebasan pribadi dengan kebebasan kolektif serta mengutamakan kerja sama, melalui emosi dan nilai-nilai relasi sosial sebagai satu saudara. Diplomasi publik berkharakter feminis yang dilakukan Menlu Retno Marsudi menjadi gambaran keberhasilan kepemimpinan perempuan yang mengutamakan dialog guna keselamatan banyak orang.***