Perayaan 70 Tahun Srimulat: Pameran Wayang Golek dan Peluncuran Buku
SOLO, POSKITA.co – Dalam rangka perayaan 70 tahun Srimulat, Museum Gubug Wayang Mojokerto dan Museum Keris Nusantara Kota Surakarta bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta untuk menyelenggarakan Pameran Wayang Golek Srimulat Abadi yang berlokasi di Museum Keris Nusantara Kota Surakarta.
Pameran ini akan dilaksanakan selama satu bulan penuh bersamaan dengan Peluncuran Buku “Berpacu dalam Komedi dan Melodi Teguh Srimulat”, mulai tanggal 8 Agustus – 8 September 2023. Penyelenggaraan acara ini mengambil slogan ‘Srimulat Tak Pernah Tamat’ pada acara konferensi pers di The Sunan Hotel Solo, Rabu 2 Agustus 2023.
Selama 70 tahun, Srimulat selalu menghibur publik dengan lawakan-lawakan yang mampu menggelitik audiens. Kehadiran grup lawak nasional ini telah menjadi penghibur yang tidak lekang oleh zaman,
Buku “Berpacu dalam Komedi dan Melodi Teguh Srimulat” ditulis oleh Herry Gendut Janarto. Buku ini menceritakan tentang kisah Kho Tjien Tiong alias Teguh yang membangun sebuah kelompok lawak untuk istrinya, Raden Ayu Srimulat yang berdarah Jawa, dengan sebutan ‘Aneka Ria Srimulat’.
Walaupun keduanya berbeda latar belakang, hubungan pasangan ini selalu terjalin manis, romantis, dan harmonis. Bahkan, nama Teguh-Srimulat pun tidak pernah terpisahkan. Cara setiap orang pasti berbeda dalam menghormati dan mengabadikan orang yang dicintai. Seperti halnya dengan Teguh yang memiliki caranya yang unik dalam menggeluti dunia komedi.
Dalam buku ini diceritakan bahwa dalam masa kejayaan Srimulat, komunitas tersebut tidak terlepas dari incaran organisasi PKI, yaitu Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Teguh, sang pendiri Aneka Ria Srimulat cukup awas dan menolak dengan tegas untuk dijadikan sebagai corong propaganda politik. Pada akhirnya, anggota-anggota grup lawak ini mendapatkan banyak teror dari Lekra. Walaupun demikian, Aneka Ria Srimulat tidak gentar dan tetap berpegang teguh pada pendirian.
“Dasar pemikirannya sederhana, bahwa ia mendirikan rombongan Aneka Ria Srimulat sekadar untuk menyajikan hiburan segar sehat bagi masyarakat dan hidup tenteram layak bermartabat bersama segenap anak buahnya. Lain tidak!”
Secara keseluruhan, buku ini menceritakan tentang sejarah terbentuknya Aneka Ria Srimulat dan lika-liku perjalanan hidup Teguh dan Srimulat. Grup lawak Srimulat sebenarnya telah mengalami bongkar pasang pemain. Namun, awalnya dipenuhi oleh anggota-anggota senior; Gepeng, Bendot, Asmuni, Basuki, Timbul Suhardi, Mamiek Prakoso, Djudjuk Djuariah, Eko DJ, Bambang Gentolet, dan Gogon yang namanya selalu diingat meskipun sudah berpulang.
Srimulat merupakan kelompok kesenian tradisional yang menggabungkan lawakan dan nyanyian, khususnya lagu keroncong dan lagu Jawa. Srimulat diawali dengan nama Keroncong Avond saat Teguh Slamet Rahardjo dan Raden Ayu Srimulat melakukan pertunjukan lawak di pasar malam, Tegal. Kemudian, berubah nama menjadi Gema Malam Srimulat di Kota Solo pada 8 Agustus 1950. Selanjutnya, pusat aktivitas pertunjukan berpindah ke Surabaya. Di kota inilah, Aneka Ria Srimulat mulai berkembang pesat menjadi grup lawak nasional terbesar se-Indonesia. (red/ar)