Pembelajaran Sosial Emosional Membentuk Disiplin Positif dalam Belajar
oleh: Yayuk Indarwati, S.Pd
Guru Kelas 6 SDN 03 Jatisuko
Kondisi menantang, misalnya saat guru berhadapan dengan perilaku murid yang dinilai tidak disiplin, mekanisme kerja otak akan mengarahkan dairi untuk berhenti, menarik napas panjang, memberikan waktu untuk memahami apa yang dirasakan diri sendiri, apa nilai-nilai diri yang diyakini, memunculkan empati untuk memahami situasi yang terjadi, mencari tahu apa yang dirasakan oleh murid dengan hadir secara penuh. Guru akan memilih untuk bertanya pada murid tersebut untuk memahami apa yang terjadi. Respon guru yang berkesadaran penuh akan dapat membangun koneksi dan rasa percaya murid pada guru. Koneksi, rasa aman dan rasa percaya di antara guru dan murid akan memperkuat relasi murid dan guru sehingga dapat menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif bagi pembelajaran. Relasi yang terbangun antara guru dan murid akan mendorong guru untuk membuat keputusan yang lebih responsif. Lingkungan belajar dan suasana belajar yang kondusif akan membantu tumbuhnya kesadaran diri guru tentang perasaan, kekuatan, kelemahan, nilai-nilai yang dimiliki dengan lebih baik. Guru yang mampu menguasai diri sendiri, menyadari diri dan mengendalikan diri berada pada level kompetensi sosial emosional yang baik akan mampu menguasai situasi dan kondisi kelas yang sedang dikelolanya.
Hal serupa dapat pula diterapkan pada murid yang sedang kita hadapi. Untuk mengembalikan kesadaran akan kebutuhan belajar mereka sangat perlu murid dikondisikan berkesadaran penuh tentang perasaan, kekuatan, kelemahan, nilai-nilai yang dimiliki dengan lebih baik dengan menumbuhkan kesadaran sosial dan emosional murid. Tumbuhnya kesadaran sosial dan emosional yang lebih baik yang didasarkan pada perhatian bertujuan membantu murid dalam memproses informasi secara lebih baik. Jika murid dapat mengikuti proses pembelajaran secara lebih baik, maka secara perlahan tumbuh optimisme dan tingkat efikasi dalam dirinya. Disinilah maka seorang guru sangat perlu mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional dalam praktek pembelajaran sehari hari.
Pembelajaran Sosial Emosional
Pembelajaran Sosial Emosional adalah pembelajaran berbasis keterampilan dalam mendidik yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah dan memiliki kemampuan memecahkan masalah. Guru mendidik hati dan jiwa si anak untuk menjadi lebih baik dan nyaman dalam menerima pembelajaran yang diberikan guru, serta merasa terlindungi oleh guru dalam lingkungan pembelajaran maupun lingkungan sekolah. Hakikat Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah upaya mengembangkan keterampilan murid dalam memecahkan masalahnya sendiri demi pengalaman hidup yang lebih baik. Guru penting untuk memahami dan menerapkan PSE karena dengan pemahaman yang baik akan mudah dalam menerapkannya dalam pembelajaran sehari-hari. Pemahaman terkait hal ini akan membuat guru mampu lebih bijak dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, juga guru akan mampu menumbuhkembangkan keterampilan sosial dan emosional murid dengan baik. Pada akhirnya murid akan lebih siap menjadi bagian dari masyarakat.
Pembelajaran Sosial Emosional bertujuan untuk memberikan pemahaman,penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi, menetapkan dan mencapai tujuan positif, merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain, membangun dan mempertahankan hubungan yang positif, membuat keputusan yang bertanggung jawab (Responsible Decision Making). Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dapat dilakukan dengan 4 cara: mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) secara spesifik dan eksplisit, mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid, mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid, mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan. Ada 5 Kompetensi Sosial dan Emosional murid yang perlu ditumbuhkembangkan yaitu: Kesadaran diri (self awareness), Manajemen diri (self management), Kesadaran sosial (social awareness), Kemampuan berelasi (relationship skill), Pembuatan keputusan bertanggung jawab (responsible decision making).
Bagaimana pembelajaran sosial emosional diterapkan?
Sebagai bentuk pembelajaran, PSE erat kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi. PSE bisa digunakan sebagai salah satu alternatif diferensiasi dalam proses pembelajaran. Terutama dalam penggunaan teknik PSE yang menyesuaikan dengan kesiapan, minat, dan profil belajar murid. Adanya diferensiasi ini akan lebih mampu mendorong murid memahami tentang kondisi sosial dan emosional. Melalui penyesuaian murid akan bisa optimal dalam mengenali dan menggali dirinya. Murid sebagai subjek pendidikan akan merasakan kebahagiaan. Dengan pemilihan teknik PSE yang tepat sesuai kodrat alam dan zaman, murid akan benar-benar bisa menjadi pusat pendidikan seperti yang dicita-citakan oleh Ki Hadjar Dewantara.Pada akhirnya tujuan pembelajaran akan lebih mudah dicapai bersama-sama. Beberapa teknik kegiatan dalam pembelajaran sosial emosional yang dapat diterapkan di kelas antara lain:
- Bernapas dengan kesadaran penuh serupa dengan latihan STOP.
- Identifikasi perasaan dengan membacakan : Dongeng Si Kancil, Kisah Loro Jonggrang, atau kejadian faktual yang sedang terjadi, dll, kemudian meminta murid-murid untuk menggambar ekspresi wajah tokoh-tokoh cerita.
- Melukis dengan jari, kemudian menanyakan bagaimana pengalaman murid melukis dengan jari, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka cium, dan apa yang mereka pikirkan serta apa yang dirasakan dalam melakukan kegiatan melukis dengan jari ini.
- Membuat jurnal diri untuk mengenali diri dan memantau perkembangan diri.
- Membuat puisi akrostik (puisi yang awal kalimat atau kata-katanya ditulis berdasarkan huruf-huruf dari judul puisi tersebut).
- Membuat kolase diri untuk mendeskripsikan kualitas-kualitas yang ada pada diri mereka. Lanjut dengan berefleksi, apa yang kamu rasakan setelah membuat kartu ini? Apa yang kamu rasakan saat melihat ekspresi temanmu yang menerima kartu tersebut?
- Cari teman baru. Minta mereka mencerita tentang pengalaman mereka dan hal yang berkesan dan menuliskannya dalam buku jurnal mereka.
- Latihan menyadari kondisi tubuh (Body Scanning). Bimbing perenungan diri sampai membuka mata dan hadir kembali sepenuhnya di tempat kamu berada.
- Kegiatan menulis surat atau jurnal pengalaman pribadi yang menarik dan terkesan bagi murid.
- Kegiatan menulis pengalaman bekerjasama dalam kelompok.
- Berlatih permainan peran. Luangkan waktu untuk bermain peran dalam sebuah situasi yang menantang, rumit atau meresahkan yang muncul dalam suatu cerita, di kelas atau sekolah Anda.
Bagaimana pembelajaran sosial emosional membentuk disiplin positif dalam belajar?
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) dapat membantu murid belajar cara mengelola emosi dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. PSE mencakup serangkaian keterampilan dan konsep yang membantu murid memahami dan mengelola emosi mereka sendiri, serta berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang positif dan produktif seperti:
- Membantu murid mengenali dan mengekspresikan perasaan mereka dengan baik
- Mengajarkan taktik untuk mengatasi perasaan negatif seperti marah, sedih dan cemas.
- Membantu murid belajar untuk membuat pilihan yang tepat dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.
- Membantu murid belajar mengejar tujuan yang realistis dan mengatasi kegagalan.
- Membantu murid belajar untuk menyelesaikan masalah dan mengambil inisiatif.
- Membantu murid belajar menjalin hubungan yang positif dengan orang lain.
Pembelajaran Sosial Emosional akan berdampak pada peningkatan 5 kompetensi sosial emosional, lingkungan belajar yang suportif, dan peningkatan sikap positif pada diri sendiri, respek dan toleran terhadap orang lain dan lingkungan sekolah. Dengan demikian berakibat juga pada peningkatan perilaku positif, penurunan perilaku negatif, penurunan tingkat stress, dan peningkatan performa akademik murid. Terkait dengan performa akademik murid, terdapat fakta penting bahwa murid yang berkembang secara sosial emosional, pada saat yang sama mereka pun berkembang secara akademik.
PSE menghasilkan kesadaran diri yang sangat besar pengaruhnya, antara lain: membantu perkembangan otak, membantu diri lebih fokus, menumbuhkan ketenangan, meningkatkan rasa percaya diri, menumbuhnya kepekaan. Pendidikan Sosial Emosional yang terintegrasi secara kontinyu berkelanjutan dan konsisiten dalam kegiatan pembelajaran sehari hari akan dapat menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, bertanggungjawab, komit, kooperatif, toleran dan sikap sikap positif yang sangat mendukung mereka untuk dapat belajar lebih baik. Secara lebih luas PSE ini akan mengkondisikan lingkungan belajar yang didalamnya tercipta disiplin positif. Selanjutnya mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan sosial, budaya, dan humaniora. Bersamaan dengan itu maka setiap anak/murid akan dapat merasakan manfaat disiplin positif itu bagi diri sendiri maupun orang lain.
Teknik Pembelajaran Sosial dan Emosional dapat dilakukan dan diterapkan dalam ruang lingkup kegiatan rutin, terintegrasi dalam Pembelajaran dan dalam lingkup Protokol Budaya. Salah satu ruang lingkup PSE adalah terkait protokol budaya, yaitu tentang budaya dan tata tertib. Ruang lingkup ini berkaitan erat dengan budaya positif di sekolah. Disiplin positif dapat membantu murid belajar cara mengontrol diri mereka sendiri dengan memberikan teknik intervensi yang tidak menghukum untuk perilaku yang tidak diinginkan, sehingga murid belajar cara mengatasi masalah dan mengontrol diri mereka sendiri secara efektif.
Disiplin positif dapat digunakan untuk meningkatkan kondisi belajar yang positif dengan memberikan pengakuan dan pujian untuk perilaku yang baik, sehingga murid merasa dihargai dan diakui. Ini dapat meningkatkan motivasi murid untuk belajar dan mengikuti peraturan. Beberapa contoh penerapan disiplin positif di sekolah:
- Pengakuan dan pujian: Guru memberikan pujian atau reward kepada murid yang menunjukkan perilaku yang baik, seperti kerja sama, keaktifan, atau kedisiplinan.
- Menyatakan harapan: Guru menyatakan harapan yang jelas tentang perilaku yang diinginkan dari murid dan mengajarkan murid bagaimana mencapai harapan tersebut.
- Menetapkan peraturan yang jelas: Guru menetapkan peraturan yang jelas dan sederhana yang murid harus ikuti dan mengajarkan murid bagaimana memenuhi peraturan tersebut.
- Teknik intervensi non-hukuman : Guru menggunakan teknik intervensi yang tidak menghukum, seperti percakapan dengan murid atau memberikan tugas khusus untuk membantu murid mengatasi masalah yang menyebabkan perilaku yang tidak diinginkan.
- Pemecahan masalah: Guru bekerja sama dengan murid untuk menemukan solusi atas masalah yang dihadapi dan mengajarkan murid cara untuk mengatasi masalah secara mandiri.
- Pendekatan dukungan: Guru memberikan dukungan emosional dan konseling untuk membantu murid mengatasi masalah yang mendasar yang mungkin menyebabkan perilaku yang tidak diinginkan.
Pemilihan teknik PSE yang tepat bisa dijadikan sebagai sarana penerapan disiplin positif dalam menciptakan budaya positif di sekolah. Disiplin positif merupakan pendekatan yang menekankan pengakuan dan pujian untuk perilaku yang baik serta teknik intervensi yang tidak menghukum untuk perilaku yang tidak diinginkan. Pembelajaran sosial emosional (PSE) adalah proses belajar yang memfokuskan pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional murid, seperti kemampuan untuk mengontrol emosi, berinteraksi dengan orang lain secara efektif, dan mengelola diri sendiri. Kedua konsep ini saling melengkapi dan dapat digunakan bersama-sama untuk meningkatkan pengalaman belajar murid. Disiplin positif dapat digunakan untuk meningkatkan kondisi belajar yang positif dan membantu murid belajar cara mengontrol diri mereka sendiri, sementara PSE dapat membantu murid belajar cara mengelola emosi dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. ***
editor: cosmas