Penerapan Model Pembelajaran CIRC untuk Meningkatkan Kemampan Pemecahan Masalah

Spread the love

Oleh: Feri Ekayanti, S.Pd.
Guru SDN 03 Waru, Kebakkramat, Karanganyar, Jawa Tengah

Model Pembelajaran CIRC adalah salah satu model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis. Dalam pembelajaran ini peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dalam membaca, menulis, memahami kosakata dan seni berbahasa.
Menurut Etin Solihatin dan Raharjo cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menuliskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Serta berfungsi sebagai pedoman bagi para perencana pembelajaran dan bagi para pendidik dalam merencanakan dan melaksanankan aktifitas belajar mengajar. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima unsur model pembelajaran gotong royong harus ditetapkan.
Belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan belajar mandiri tanpa harus selalu mengandalkan peran guru, karena mereka telah dibagi dalam kelompok-kelompok yang memiliki kemampuan yang sama “siswa dipilih berdasarkan nilai”. Dalam pemebelajaran model ini guru hanya bertugas untuk memberikan bantuan pada kelompok bila kelompok tersebut belum dapat menyelesaikan tugasnya.
Tujuan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah sebagai berikut “Slavin, 2010:202- 204”: 1) Membaca Lisan. Meningkatkan kesempatan siswa untuk membaca dengan keras dan menerima umpan balik dari kegiatan membaca dengan membuat para siswa membaca untuk teman satu timnya dan dengan melatih mereka mengenai bagaimana saling merespon kegiatan membaca siswa. 2) Kemampuan Memahami Bacaan. Penggunaan tim-tim kooperatif untuk membantu siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas. 3) Menulis Dan Seni Berbahasa. Pengembangan CIRC terhadap pelajaran menulis dan seni berbahasa adalah untuk merancang, mengimplementasikan dan mengevaluasi pendekatan proses menulis pada pelajaran menulis dan seni berbahasa yang akan banyak memanfaatkan kehadiran teman satu kelas. Unsur-unsur pada model pembelajaran CIRC antara lain dijelaskan sebagai berikut “Slavin, 2008:204-212”:
1) Kelompok Membaca. Pembentukan kelompok membaca dalam pembelajaran CIRC yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang berdasarkan tingkat kemampuan membaca siswa. Siswa yang kemampuannya heterogen kemudian dibentuk menjadi kelompok. 2) Tim. Para siswa dibagi ke dalam pasangan dalam kelompok membaca, pasangan-pasangan dalam kelompok tersebut dibagi ke dalam tim yang terdiri dari pasangan-pasangan dari dua kelompok membaca. 3) Kegiatan-Kegiatan Yang Berhubungan Dengan Cerita. Para siswa menggunakan bahan bacaan, cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca yang diarahkan guru. Diskusi mengenai cerita disusun untuk menekankan kemampuan-kemampuan tertentu seperti membuat dan mendukung prediksi dan mengidentifikasikan masalah dalam bentuk narasi. 4) Pemeriksaan Oleh Pasangan.
Siswa yang telah menyelesaikan semua kegiatan ini, pasangan mereka memberikan formulir tugas siswa yang mengidentifikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan atau memenuhi kriteria terhadap tugas tersebut. 5) Tes. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan tes pemahaman terhadap cerita, dimintai untuk menuliskan kalimat-kalimat bermakna untuk tiap kosa kata dan diminta untuk membacakan daftar kata-kata dengan keras kepada guru, pada tes ini siswa tidak diperbolehkan saling membantu. 6) Pengajaran Langsung Dalam Memahami Bacaan.
Pertemuan pembelajaran setiap minggunya para siswa menerima pengajaran langsung dalam kemampuan khusus memahami bacaan. Pengajaran tersebut seperti mengidentifikasikan gagasan utama, mamahami hubungan sederhana dan membuat kesimpulan. 7) Seni Berbahasa Dan Menulis Terintegrasi. Selama periode seni berbahasa, guru menggunakan kurikulum seni berbahasa dan menulis yang dikembangkan khusus untuk CIRC.
Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: 1) Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal, 2) Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk penulisan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, 3) Saling membuat rencana penyelesaian soal pemecahan masalah, 4) Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, 5) Saling merevisi dan mengedit pekerjaannya.
Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dapat ditempuh dengan: 1) Guru menerangkan suatu pokok bahasan kepada siswa yang berisi materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan. 2) Guru memberikan latihan soal. 3) Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan ketrampilan siswanya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penerapan model CIRC. 4) Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen.
5) Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu masalah dan membagikannya pada setiap kelompok. 6) Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC, guru mengawasinya.
7) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya. 8) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahawa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal pemecahan masalah. 9) Guru bertindak sebagai fasilitator. 10) Guru memberikan tugas/PR secara individual. 11) Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya. 12) Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal pemecahan masalah. 13) Guru memberikan kuis.**

Editor: Cosmas