Model dan Metode Pembelajaran yang Sesuai untuk Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Oleh: Herlina Gantini, S.Pd
Kepala SDN Popongan Karanganyar
Pembelajaran IPA atau sains di Sekolah Dasar sebaiknya memberikan kebebasan peserta didik untuk membuat atau menafsirkan suatu hal dalam kegiatan pembelajarannya untuk merancang dan menemukan sesuatu secara mandiri. Pembelajaran IPA diharapkan mampu dipahami dengan baik oleh peserta didik agar peserta didik mampu bekerja dan berkarya menemukan suatu hal secara mandiri dan bermakna.
Namun, kenyataannya di lapangan pembelajaran IPA belum mencerminkan kegiatan yang mandiri, bermakna dan menyenangkan. Hal ini ditunjukkan dari pembelajaran yang masih kurang variatif serta kecenderungan menerapkan model pembelajaran dengan paradigma pembelajaran lama yaitu guru sebagai pusat pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan proses pembelajaran kurang bermakna dan peserta didik cenderung pasif.
Kemudian terkait proses pembelajaran sains diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, hal ini berdasarkan fakta bahwa proses pembelajaran sains masih berorientasi pada hasil (result oriented), yaitu pencapaian nilai Ujian Nasional (UN). Proses pembelajaran IPA belum menyentuh pada ranah kebermaknaan dari konsep yang diperoleh di bangku sekolah.
Mutu proses pembelajaran sains di Sekolah Dasar (SD) bukan hanya dilihat dari kedalaman pengetahuan ilmiah yang diajarkan, melainkan dilihat sampai sejauhmana pengetahuan yang diajarkan tersebut dapat diterima peserta didik secara bermakna, sehingga peserta didik dapat memahami berbagai peristiwa dan menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan kesehariannya. Kurikulum 2013 yang saat ini gencar diimplementasikan di semua jenjang pendidikan menekankan kepada penguatan proses pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik diharapkan dapat mencari tahu sendiri dan bukan hanya diberitahu. Tahapan-tahapan pembelajaran sains harus betul-betul diperhatikan dan ditekankan kepada peserta didik. Tahapan pembelajaran yang diharapkan adalah terimplementasinya pendekatan saintifik integratif yang sejalan dengan metode ilmiah dalam pembelajaran sains.
Dalam pembelajaran sains bukan hanya menekankan kepada penguasaan-penguasan produk saja, namun juga penguasaan keterampilan serta sikap ilmiah. Keterampilan dalam pembelajaran sains inilah yang dikenal dengan nama keterampilan sains peserta didik atau secara umum dikenal dengan keterampilan proses sains. Keterampilan sains inilah yang merupakan salah satu keterampilan yang harus diterapkan dalam pembelajaran sains di SD.
Terdapat empat alternatif model dan metode pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran IPA di SD, yaitu TPS (Think Pair Share), inkuiri, saintifik, dan metode pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi Agmented Reality. Model dan metode pembelajaran ini bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Metode TPS (Think Pair Share) lebih efektif daripada Inkuiri, digunakan untuk materi tentang membedakan perubahan wujud benda. Pembelajaran dengan menggunakan metode TPS. Kemudian model pembelajaran inkuiri terbimbing, model pembelajaran ini menekankan pada proses penemuan sebuah konsep sehingga muncul sikap ilmiah pada diri peserta didik.
Lalu selanjutnya, terdapat model pembelajaran saintifik yang mana dapat dipahami bahwa saintifik sebagai suatu pendekatan pembelajaran merupakan pandangan tentang terjadinya suatu proses yang masih bersifat umum. Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus diiringi dengan metode yang tepat. Lalu, metode yang dapat diterapkan terakhir yaitu metode pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi Agmented Reality berbasis mobile android. Diharapkan dalam proses ini pola belajar peserta didik lebih tertarik dalam melakukan proses pembelajaran pembelajaran sains di SD. Dalam perkembangannya, Augmented Reality dapat digunakan dalam berbagai media dan objek nyata. Augmented Reality menjadi trend dan inovasi terbaru dalam bisnis dunia digital berbasis mobile.**
Editor: Cosmas