Penerapan Model SFE Berbantu Peta Konsep Dalam Pembelajaran IPA
Oleh: Dahlia Dwi Swandari, S.Pd
Guru SDN 04 Wonorejo, Gondangrejo, Karanganyar
Pembelajaran IPA bagi sebagian siswa dianggap sulit. Dibutuhkan kreativitas guru saat kegiatan belajar mengajar, agar siswa bisa aktif saat belajar, mempresentasikan pikiran dan paham tentang pelajaran IPA.
Pembelajaran IPA didasarkan pada hakikat IPA sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan sikap. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebisa mungkin didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional (Hartik, 2020). Dalam hal ini juga digunakan sikap tertentu, misalnya berusaha berlaku seobjektif mungkin dan jujur dalam mengumpulkan dan mengevaluasi data. Proses dan sikap ilmiah ini akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang menjadi produk IPA.
Pentingnya penguasaan konsep yang harus dimiliki siswa agar siswa paham terhadap konsep materi dan tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi suatu masalah.
Dikatakan siswa mampu menguasai konsep apabila siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan guru kepada siswa, atau sejumlah siswa dapat memahami dan mengerti yang dibaca, yang dilihat, dan yang dirasakan berupa perumusan masalah atau hasil observasi langsung yang siswa lakukan. Sehingga dalam perumusan penguasaan konsep dikategorikan menguasai apabila siswa dapat memadupadankan pengetahuan yang diterima kedalam suatu bentuk atau ciptaan yang dihasilkan dari proses belajar.
Model pembelajaran yang penulis gunakan untuk membantu siswa menguasai konsep IPA adalah Student Facilitator and Explaining (SFE) berbantu peta konsep.
Model pembelajaran SFE bertujuan untuk memfokuskan siswa dalam memperesentasikan fikiran dan pendapat kepada teman-teman lainnya. Model SFE menjadi pembelajaran yang penting bagi siswa apabila siswa berpartisipasi aktif dalam merancang bahan ajar. Kedudukan siswa sebagai fasilitator yang memaparkan perihal materi yang sedang disampaikan, kemudian memperoleh pengetahuan dari siswa lainnya. Model pembelajaran ini dapat diterapkan dengan cara yang membuat siswa berpikir tentang materi yang mereka sampaikan.
Langkah-langkan penerapan SFE berbantu peta konsep adalah sebagai berikut : (1) Guru mengutarakan tujuan yang akan dicapai. (2) Guru menjelaskan poin- poin penting dan mendemonstrasikan bahan ajar dan meminta siswa untuk mencatat sesuai denga napa yang siswa ketahui. Guru juga dapat menyuruh siswa untuk bertukar pandangan dengan teman sebangkunya agar siswa lebih percaya diri. (3) Guru memberi peluang untuk siswa dalam menyampaikan atau mempresentasikan materi yang didapat. Dapat menjelaskan melalui bagan atau peta konsep yang dilakukan secara bergantian atau acak.
(4) Guru merumuskan hasil pemikiran atau pandangan siswa. Ketika siswa mempresentasikan dengan pemikiran yang siswa ketahui kepada siswa lainnya, guru mencatat hal-hal penting agar dapat djelaskan kembali. Agar pengetahuan dan informai yang tidak dimengerti siswa dapat dijelaskan oleh guru, hal ini agar tidak terjadinya miskonsepsi pada siswa. (5) Guru mengutarakan kembali bahan ajar yang sudah diajarkan. (6) Penutup.
Pengulangan materi yang dijelaskan guru menjadi sangat penting agar materi yang sebenar-benarnya diterima siswa dengan baik, tidak terjadi miskonsepsi antara siswa dan guru. Hal ini juga yang menjadi pentingnya guru menjelaskan, hal-hal yang berkaitan apabila ada materi kurang tepat atau mengalami keterbaruan dapat disampaikan kembali kepada siswa, namun dalam hal ini model SFE juga memiliki keterbatasan karena dalam penggunaanya perlu persiapan yang rumit jika di menandingkan dengan model yang lain, salah satunya ceramah, Siswa yang malas cenderung mempunyai sikap pasif pada saat proses belajar berlangsung serta kemungkinan dapat mempengaruhi teman yang lainnya. **
Editor: Cosmas