Batik Payung Bima Sena Jarum Bayat Klaten Go Internasional
KLATEN, POSKITA.co – Dengan penuh semangat dan tanpa kenal lelah, Sularto alias Jeprik, pengrajin batik Payung di Dukuh Pendem, Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Klaten, tetap eksis. Selama dua tahun pandemi tetap terdampak, namun semangatnya menekuni batik payung tetap tinggi.
Hal ini dikatakan Jeprik saat ditemui redaksi di kediamannya, Selasa siang (27/9/2022). Dalam penjelasannya, Jeprik mengaku juga tetap membatik kain dan kayu. Juga menyediakan blankon bagi warga yang menghendaki.
Untuk harga payung paling murah Rp 150 ribu dan paling mahal Rp 800 ribu. Untuk harga standar sekitar Rp 450 ribu yang notabene juga merupakan payung kelas ekspor. Payung batik yang diproduksi dijual sampai Singapura dan Amerika Serikat.
“Beberapa tahun ini memang sempat terhenti order atau pesanan batik payung. Tapi saat ini mulai ramai lagi dan biasanya batik payung ini untuk oleh-oleh atau souvernir dalam acara seminar atau workshop,” ungkap Jeprik.
Dikabarkan, pada Kamis-Sabtu, 29 September sampai 1 Oktober 2022, Jeprik akan pameran produk di kompleks Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Klaten yang kebetulan juga BPN sedang merayakan Ulang Tahun ke-62 Hari Agraria dan Tata Ruang (Hantaru).

Perkembangan batik payung saat ini, dikatakan sangat menggembirakan. Sejumlah jaringan kolega atau mitra kerjanya tetap menjalin kerjasama dalam pemenuhan batik payung sebagai souvernir dalam berbagai kegiatan. Jaringan pemasaran batik payung juga terawat dengan baik, seperti di Jakarta, Yogyakarta dan mitra kerja di kota besar lainnya.
Salah satu cara agar usaha batik payungnya tetap eksis, Jeprik mengaku tetap mencoba berinovasi dengan mendesain gambar batik payung yang unik. Motif batik dibuat oleh istrinya Jeprik sendiri, Subiyati dan dilanjutkan dibatik oleh 4 Ibu-ibu karyawan Jeprik.
“Saat ini, kita juga sedang mencoba menjajaki kerjasama dengan buyer atau pembeli dari Jepang. Untun batik payung motif Jepang memang transparan dengan harga kisaran Rp 800 ribu. Untuk batik payung ala Singapura atau Amerika warna kuning kisaran Rp 450 ribu per buah,” jelasnya.
Selain mengemas batik payung, Jeprik juga mengemas batik tulis warna alam, membuat souvernir asbak, tempat tisu, blankon, dan lainnya. Saat ini ada sekitar 40-an warga Jarum yang ikut bekerja dengannya dan kalau yang di rumah hanya 5 orang.
“Batik payung atau batik tulis warna alam produksi Desa Jarum ini memang khas. Dan kita berharap produksi ini bisa dilestarikan atau dijaga dengan baik akan kualitasnya. Inovasi juga menjadi penentu batik payung atau batik tulis warna alam ini semakin dicintai masyarakat,” ujar Jeprik yang disupport istrinya Subiyati dalam menekuni batik payung dan batik kain warna alam. (Kim)