Metode Picture and Picture Tingkatkan Kemampuan Teks Fiksi Siswa

Spread the love

Oleh: Angga Deni Prastowo, S.Pd.

Guru  Kelas IV di  SD Negeri 01 Malanggaten

Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah

Pendidikan di Indonesia pada mata pelajaran bahasa Indonesia mengedepankan pembelajaran yang arah tujuannya untuk mengembangkan potensi anak (manusia) dalam berkomunikasi baik secara tulis dan lisan. Pendidik memaknai manfaat dari pembelajaran bahasa Indonesia agar siswa bisa lebih paham dan mengenal karya intelektual dan sastra Indonesia. Pendidik menyadari seiring berkembangnya bahasa pada pembelajaran bahasa pada Sekolah Dasar sebagai hal yang sangat fundamental.

Bektio Pamungkas (2021) mengungkapkan bahwa bahasa sebagai pusat yang bisa membuat perkembangan budaya, sosial, intelektual dan emosional menjadi lebih dinamis. Pendidik menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar pendidikan pada setiap level pendidikan di sekolah. Bahasa sebagai kunci dari naiknya kualitas pendidikan untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan yang digunakan berpikir logis, kritis, dan terstruktur.

Pedidik dalam kegiatan mengajar bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mendidik anak sejak didni. Pendidik menerapkan konsep pembelajaran dalam perkembangannya dengan cakupan penilaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pendidik memahami bahwa keberhasilan mengajar dipengaruhi oleh media dan metode yang tepat dan menarik. Guru menyampaikan pembelajaran dengan menarik, misalnya melalui metode picture and picture. Siswa dengan metode pembelajaran yang tepat akan merasa gembira, tidak bosan, dan termotivasi  menggali lebih dalam suatu pengetahuan, wawasan , dan ilmu yang dipelajarinya.

Agus Suprijono dalam Raoudatul Jannah (2021) mengungkapkan bahwa model pembelajaran picture and picture sebagai metode belajar yang menggunakan gambar yang dipasangkandan diurutkan menjadi urutan logis. Pendidik menambahkan pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.  Peserta didik  berperan aktif menghasilkan sesuatu guna menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik, dan cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri dalam proses pembelajaran.

Roudatul Jannah (2021) mengungkapkan bahwa model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Guru menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu dan dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Pendidik memiliki prinsip dasar bahwa model pembelajaran kooperatif picture and picture mendorong setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya dengan baik dan benar.

 Setiap kelompok mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama dalam pembelajaran. Siswa pada anggota kelompoknya memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama. Peserta didik  memiliki keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. Siswa mempertanggungjawabkan secara individual materi yang dipelajarinya dalam kelompok kooperatif, khususnya materi teks fiksi pada mata pelajaran siswa kelas IV SD melalui metode picture and picture tersebut.

Kharisma Alfi Tiara (2022) mengungkapkan bahwa cerita fiksi berarti karangan non ilmiah yang berasal atau dibuat dari imajinasi pengarang. Siswa menulis cerita fiksi ini biasanya berdasarkan fakta dan pengalaman yang diperoleh dari pengarang dan orang lain. Pendidik mengemas teks fiksi menjadi sebuah cerita yang menarik. Pendidik menjelaskan bahwa cerita fiksi cenderung sulit dicari kebenarannya dalam dunia nyata karena sifatnya yang imajinatif berasal dari pengarang. Siswa mengenal  cerita fiksi berupa: novel, cerita pendek, legenda, dan lain sebagainya.            

Pendidik menyebutkan bebrapa ciri-ciri  teks fiksi, antara lain: 1) Cerita fiksi bersifat rekaan atau imajinatif dari pengarang, 2)  Cerita fiksi menggunakan bahasa konotatif, 3) Tidak memiliki sistematika yang baku, 4)  Lebih berfokus menyasar pada perasaan dan emosional pembacanya, 5) Memiliki tujuan dan pesan moral, 6) Cerita fiksi memiliki kebenaran yang relatif dan tidak mutlak, dan 7) Cerita fiksi dapat menampilkan sudut pandang yang berbeda.

Pendidik menyampaikan materi pembelajaran teks fiksi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV memuat  pengetahuan menelusuri tuturan dan tindakan tokoh serta penceritaan penulis dalam teks fiksi. Siswa belajar tentang ranah keterampilan teks fiksi untuk menyampaikan penjelasan  tuturan dan tindakan tokoh serta penceritaan penulis dalam teks fiksi  lisan, tulis, dan visual. Siswa  menggambarkan tokoh utama berdasarkan cerita fiksi yang dibaca dengan menggunakan imajinasinya. Siswa  mempelajari tokoh utama dalam karangan fiksi dan menggambarkannya di dalam sebuah gambar sederhana dengan percaya diri, semangat, dan tepat.

Pendidik melalui penerapan metode picture and picture dalam kegiatan belajar Bahasa Indonesia dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Guru menyadari pentingnya metode metode picture and picture untuk pembelajaran di kelas IV, tentunya dengan memperhatikan karakteristik anak dalam mempelajari materi teks fiksi sejak dini. Pendidik menyimpulkan metode picture and picture sangat penting dikembangkan untuk materi teks fiksi mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah agar siswa termotivasi belajarnya terutama di Sekolah Dasar Negeri 01 Malangganten, kecamatan Kebakkramat, kabupatenKaranganyar, provinsi Jawa Tengah.

Editor: Cosmas