Membangun Karakter Warga Sekolah Melalui GAWAYKU  di Masa Pandemi

Spread the love

Larno, S.Pd., M.M

Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mojogedang

Pada masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) sekolah harus kreatif dan inovatif. Termasuk membangun budaya karakter, penulis menggunakan strategi  GAWAYKU (Gambar Wayang Kulit).

Sudah hampir 10 bulan  kita hidup di masa pandemi Covid–19. Sudah banyak korban bergelimpangan, baik yang sudah meninggal, masih terpapar dalam penyembuhan, dan yang yang masih di karantina.

Hampir setiap hari berita di koran ataupun media masa lainnya berisi tentang perkembangan Covid–19, sehingga kita tahu ada banyak istilah–istilah baru terkait dengan korban–korban Covid–19. Ada yang disebut dengan cluster perkantoran, cluster pengajian, cluster sekolahan, cluster yasinan, cluster mantenan, dan lainnya.

Mengapa disebut cluster–cluster seperti itu, karena ada di antara mereka yang terpapar Covid-19 setelah mengikuti kegiatan–kegiatan tersebut. Menyikapi hal-hal tersebut, kita harus tetap waspada dengan mengedepankan protokol kesehatan di era new normal ini, yaitu, menggunakan masker, mencuci tangan menggunakan sabun/handsanitizer, dan menjaga jarak.

Sebagai seorang kepala sekolah di sebuah sekolah pinggirin di daerah Mojogedang, tepatnya di SMP Negeri 1 Mojogedang, penulis menghadapi berbagai macam problem,   setelah menjalani masa pandemi selama ini. Terutama tentang keberlanjutan kegiatan pembelajaran bagi para siswa, dan keaktifan guru, serta bagaimana membangun karakter yang baik bagi semua warga sekolah. Berbagai upaya diterapkan dengan menggunakan macam–macam aplikasi digital, dengan harapan pembelajaran tetap bisa dilaksanakan walaupun secara Dalam Jaringan (Daring)  yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Yang tidak kalah pentingnya adalah membangun budaya karakter yang bersifat religius, bertanggungjawab, gotong royong, percaya diri, jujur, disiplin, menghargai karya orang lain,  dan yang lainnya. Penulis berusaha membangun dan mempertahankan karakter–karakter tersebut dengan cara mengenalkan sifat–sifat dari tokoh–tokoh pewayangan dengan menggunakan GAWAYKU (Gambar Wayang Kulit).

Sekilas kata Gawayku di penelitian ini bisa dimaknai sebuah alat komunikasi digital yang saat ini banyak digunakan setiap orang baik tua maupun muda, namun pada kenyataannya kata Gawayku disini merupakan akronim dari Gambar Wayang Kulit.  Ketauladanan karakter positif yang dimiliki pada setiap tokoh gambar wayang kulit bisa penulis jabarkan secara rinci.

Seiring berjalannya waktu, tampak secara nyata banyak perubahan yang terjadi pada karakter warga sekolah di SMP Negeri 1 Mojogedang sebagai efek dari dimanfaatkannya karakter tokoh wayang melalui gerakan literasi di lingkungan sekolah. Adapun nilai–nilai karakter tersebut bisa digambarkan melalui tokoh–tokoh wayang  sebagai berikut:

  1. Karakter religius (Yudhistira)

Tokoh wayang kulit yang identik dengan karakter religius adalah Yudhistira. Aplikasi dari kegiatan belajar dan mengajar yang terjadi pada proses pembelajaran secara terjadwal kemudian dikembangkan melalui budaya yang dikembangkan di sekolah yaitu budaya religius. Pikiran, perkataan dan tindakan seseorang baik siswa, guru dan pegawai tata usaha di SMP Negeri 1 Mojogedang selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya dengan keteladanan tokoh Yudhistira.

Hasil penanaman karakter ini adalah:

  1. Berdoasebelum dan sesudah pelajara
  2. Setiaphari Jumat siswa melaksanakan kegiatan Infak bagi yang Muslim dan non musli
  3. Anakmengucapkan salam sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar, jika bertemu dengan guru, bicara dan bertindak dengan memperhatikan sopan sa
  4. Mengetuk pintu sebelummasuk ke dalam ruangan orang lain
  5. Memintaijin untuk menggunakan barang orang lai
  6. Karakter jujur  dan ingin tahu (Janaka)

Pada setiap apel pagi guru menyampaikan tentang manfaat jika seorang siswa selalu berbuat jujur pada sesamanya, serta menyampaikan contoh-contoh perilaku jujur yang baik dengan meneladani tokoh Janaka.

Hasil penanaman karakter ini adalah:

  1. Pesertadidik terlatih untuk jujur dan sikap tanggungjawab dalam setiap tindakan seperti mengakui kesalahan yang diperbuat dan sebagainya.
  2. Terbentuk perilakudan lingkungan yang jujur di sekolah, misalnya tidak menyontek saat ujian, ulangan semester maupun ujian lain.
  3. Persepsi negatif pesertadidik terhadap perilaku korupsi dengan harapan peserta didik tidak akan melakukan korupsi ketika mereka berada ditengah lingkungan masyarakat di masa depan.
  4. Paraguru dalam memberi proses pembelajaran dalam kelas dengan berbagai model pembelajaran sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri menganalisis (saintific) dan selalu menerapkan pendekatan Kontekstual dalam pembelajara Sikap dan tindakan siswa, guru, dan staf tata usaha SMP Negeri 1 Mojogedang yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengarnya.

 

  1. Karakter bertanggungjawab dan kerja keras (Nakula)

Sikap dan perilaku peserta didik, guru dan tata usaha SMP Negeri 1 Mojogedang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dilakukan baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa dengan meneladani tokoh pewayangan Pandawa Lima.

  1. Karakter Disiplin  dan mandiri(Werkudara)

Karakter disiplin dengan meneladani tokoh pewayangan Werkudara. Dalam kisah Dewa Ruci digambarkan karena kedisiplinan dan keteguhan hatinya, Werkudara berhasil mendapatkan air suci.

Hasil penanaman karakter ini adalah:

  1. Semuasiswa sudah berada di sekolah dan pulang sesuai dengan jadwal yang telah ditetapka
  2. Semua guru sudah beradadi sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
  3. PegawaiTata Usaha sudah berada di sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditetapka
  4. Semua warga sekolah menjaga kerapiandan kebersihan pakaian, rambut.
  5. Guru dan Pegawai berpakaian rapi dan seragam sesuai dengan jadwalyang telah ditetapka
  6. Warga sekolah tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas – tugas.
  1. Karakter cintailmu (Togog)

Karakter tokoh wayang kulit yang cinta ilmu adalah Togog yang mempunyai pengetahuan yang luas, memberi nasehat kebaikan dan kebenaran kepada para tokoh jahat yang diikutinya. Hasil dari penanaman karakter ini adalah :

  1. Frekuensi kunjungan siswa keperpustakaan sekolah meningkat yang menunjukkan peningkatan kebiasan gemar membaca buku-buku yang berguna bagi kehidupan warga sekolah.
  2. Caraberpikir, bersikap dan berbuat siswa, guru dan pegawai tata usaha SMP Negeri 1 Mojogedang yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahua
  3. Karakter patuhterhadapaturan-aturan sosial (Antareja)

Karakter tokoh wayang kulit yang identik dengan hal ini adalah Antareja yang memiliki watak Jujur, pendiam, pemberani, teguh hati, berani berkorban untuk keluarga, tanggung jawab besar, dapat dipercaya, berbakti kepada orangtua, ikhlas berkorban. Sikap dan tindakan peserta didik, guru dan pegawai tata usaha SMP Negeri 1 Mojogedang yang penurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

  1. Mengumpukan barang-barangyang masih layak pakai di sekolah dan menyumbangkannya pada yang membutuhkan, 1 kali seta
  2. Mengumpulkansumbangan pada momen tertentu, misalnya gempa bumi, kebakaran banjir dll (sifatnya temporary).
  3. Mengunjungiguru/teman yang sedang sakit
  4. 7. Karakter menghargai karya danprestasi orang lain (Antasena)

Karakter tokoh pewayangan yang identik dengan hal ini adalah Antasena yang memiliki sifat jujur, terus terang, bersahaja, berani, apa adanya. Sikap dan tindakan peserta didik, guru dan pegawai tata usaha SMP Negeri 1 Mojogedang yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain, misalnya tidak menjiplak hasil pekerjaan teman sekelas.

  1. 8. Karakter santun (Abimanyu)

Karakter tokoh wayang kulit yang identik dengan hal ini adalah Abimanyu yang memiliki watak bertabiat halus, tingkah lakunya baik, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya, pemberani, pengembara dan pertapa. Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya kesemua orang yang dapat dilakukan oleh peserta didik, guru, dan pegawai tata usaha SMP Negeri 1 Mojogedang

  1. 9. Karakter demokratis (Prabu Salya)

Karakter tokoh pewayangan yang identik dengan hal ini adalah Prabu Salya yang menjadi raja besar dan sakti tanpa tanding, tahu norma salah dan benar, berani mengambil risiko terhadap apa yang sudah dipilihnya, setia pada janji. Salya menjadi raja besar karena kedemokratisannya dalam memimpin Negara, memperhatikan rakyat kecil serta tidak pilih kasih. Program yang dilakukan dalam berdemokrasi di SMP Negeri 1 Mojogedang, misalnya dalam pemilihan ketua OSIS, ketua kelas dan sebagainya. Hasil yang diperoleh adalah :

  1. Telahmenghasilkan tatanan demokrasi sesuai dengan pola atau dasar- dasar ketentuan bernegara di persekolaha
  2. Polapikir, sikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain yang dapat dilakukan oleh peserta didik, guru dan pegawai tata usaha SMP Negeri 1 Mojogedang.
  3. Karakter menghargai keberagaman (Parikesit)

Karakter tokoh pewayangan yang identik dengan hal ini adalah Parikesit yang merupakan raja Astina yang adil dan bijaksana, bisa menyatukan negara yang terpecah-pecah sebelumnya. Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam hal yang baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama yang dapat dilakukan oleh peserta didik, guru dan pegawai tata usaha SMP Negeri 1 Mojogedang. Warga sekolah tidak membeda-bedakan perlakuan satu sama lain dan saling menghormati.

Sebanyak tigabelas (13) nilai–nilai karakter yang dipaparkan di atas telah dijadikan tauladan bagi warga sekolah dan diimplementasikan  dalam kegiatan  sehari–harinya.

Terbukti dengan berkurangnya pelanggaran yang dilakukan baik oleh guru, petugas Tata Usaha, maupun peserta didik, semuanya lebih disiplin. Terbukti pula bisa meningkatkan prestasi sekolah, di antaranya memperoleh predikat pemenang ketiga pada kejuaraan taekwondo tingkat nasional yang diselenggaraka oleh Menpora, juara 1 Lomba Tartil tingkat kabupaten, juara MTQ tingkat kecamatan, dan juara karawitan tingkat kabupaten, dan juara 3 Lomba Pramuka tingkat kecamatan.

Maka dapat disimpulkan bahwa dengan pemanfaatan Gawayku melalui gerakan Literasi Sekolah ternyata bisa meningkatkan nilai–nilai karakter warga sekolah terutama di SMP Negeri 1 Mojogedang. ***

 

Editor: Cosmas