Berkreasi di Tengah Pandemi

Spread the love

Fatimah Retno Hapsari, S.Pd

SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar

Pandemi covid-19 yang melanda Indonesia dan negara-negara lain di dunia belum berakhir. Mulai pertengahan bulan Maret 2020 semua sekolah dilarang untuk melakukan kegiatan pembelajaran tatap muka seperti biasa karena kasus pasien positif corona terus bertambah. Dampak yang ditimbulkan meliputi semua bidang kehidupan, mulai bidang ekonomi dan tidak terkecuali di bidang pendidikan.

Memasuki tahun ajaran baru, para guru dan siswa dipertemukan dengan kondisi yang menyulitkan dan baru dialami saat pandemi covid-19, terutama untuk siswa yang baru masuk jenjang pendidikan lebih tinggi, di antaranya kelas I SD, VII SMP dan X SMA.

Tahun ajaran baru di bulan Juli yang biasanya di awali dengan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) kini dilakukan dengan cara berbeda. MPLS yang biasa diisi materi untuk mempersiapkan siswa memasuki jenjang pendidikan baru, kini harus dilakukan dengan online (dalam jaringan/daring) atau bahkan hanya dengan mengirim video kepada orangtua siswa.

Berbeda dengan yang dilakukan oleh salah satu sekolah swasta dibawah naungan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah di daerah Cawas Klaten yaitu SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar, MPLS dan pembelajaran dilaksanakan  dengan 2 (dua) metode, yaitu secara daring/online dan homeschooling berbasis zonasi. Penulis yang juga salah satu pengajar di sekolah tersebut menilai metode homeschooling berbasis zonasi (tatap muka berkelompok) ini dilakukan untuk lebih mendekatkan hubungan antara guru dengan para siswa, terutama siswa kelas I baru.

Perbedaan metode belajar di TK dan pengenalan emosi masing-masing siswa baru, lebih mudah dilakukan dengan langsung tatap muka dibanding hanya dengan video converence. Menurut penulis, homeschooling berbasis zonasi tersebut dilakukan dengan membagi siswa dalam kelas menjadi 4 kelompok yang terdiri dari kelompok A, B, C dan D. Setiap kelompok terdiri dari 7 siswa. Pembelajaran homeschooling berbasis zonasi  ini dilakukan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan covid-19. Siswa dan guru saat pembelajaran berlangsung harus memakai masker/faceshield, membawa handsanitazer dan tetap menjaga jarak. Di rumah orangtua siswa yang menjadi tempat berkumpul harus menyediakan tempat cuci tangan dan sabun untuk digunakan siswa saat selesai beraktivitas.

Pelaksanaan pembelajaran kelompok A dan B bertemu setiap hari Senin dan Rabu, kelompok C dan D setiap hari Selasa dan Kamis. Pertemuan bertempat di rumah salah satu orangtua siswa yang lokasinya berdekatan dan dihadiri 1 orang guru. Pembelajaran berlangsung selama 3 jam mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 11.00 WIB.

Siswa beserta orangtua menyambut baik metode yang diterapkan oleh SDIT Muhammadiyah Sinar Fajar tersebut karena siswa menjadi lebih semangat, lebih mudah konsentrasi saat belajar bersama kelompoknya, lebih cepat beradaptasi dan mengenal teman-teman kelas serta guru kelasnya dibandingkan jika siswa melakukan pembelajaran jarak jauh hanya dengan video converence tanpa tatap muka langsung dengan guru. Ikatan emosional lebih terasa jika guru dan siswa bisa langsung bertatap muka dalam pembelajaran.

Pandangan serupa juga datang dari guru-guru pengampu mata pelajaran juga wali kelas karena karakteristik peserta didik dapat langsung diketahui serta kebutuhan masing-masing siswa lebih mudah dikenali dengan cara tatap muka, sehingga perbedaan kemampuan masing-masing siswa dapat lebih mudah dicarikan solusinya.

Ditengah wabah pandemi covid-19 yang masih melanda dan belum tahu sampai kapan berakhir, pendidikan untuk anak-anak harus tetap diusahakan dengan metode kreatif, meskipun menuntut waktu dan tenaga yang lebih dibandingkan dengan melakukan pembelajaran secara online.

 

Editor: Cosmas