Rahmad Handoyo: PSBB di Jakarta Langkah Efektif Cegah Pandemi
KLATEN, POSKITA.co – Anggota Komisi 9 DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Rahmad Handoyo SPI MM, meskipun sedang suasana pandemi Covid-19, memberikan penyegaran dan sosialisasi kepada masyarakat terkait informasi kerja ke luar negeri yang aman di Balai Desa Bero, Trucuk, Minggu siang (20/9/2020).
Belum lama ini, jelas Rahmad, Jakarta telah diterapkan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. Langkah ini untuk mengantisipasi atau mencegah terjadinya penggelembungan warga Jakarta yang terkonformasi positif Covid-19. Covid-19 ini dipandang sebagai pagebluk dan semua elemen masyarakat harus bersatu dengan banyak berdoa dan upaya pencegahan demi tuntasnya wabah atau bala’ dari Allah SWT.
“Saat ini di Jakarta yang sudah terkonfirmasi ada 4 ribuan dan upaya Pemerintah DKI Jakarta dengan menerapkan PSBB sudah sangat effektif. Masyarakat harus saling mewaspadai akan bahaya pandemi Covid-19 yang datangnya tidak bisa kita deteksi ini. Tapi kita tetap harus waspada, jangan salaman dulu dengan siapapun, sebab kita tidak tahu teman atau saudara kita sendiri habis bertemu dengan orang lain yang bisa saja terkena Covid-19. 63 persen penyebab penyebar Covid-19 dari klaster keluarga, ini hasil penelitian di lapangan,” pesan Rahmad.
Terkait kesiapan tenaga kerja, diharapkan selama Covid-19 ini juga bisa disiapkan tenaga-tenaga kerja yang handal dan berkualitas dalam segala hal. Antara lain diharapkan calon tenaga kerja bisa menguasai bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Jerman, Jepang atau Korea. Ketika sudah tidak pandemi lagi, mereka bisa dikirim ke luar negeri.
Rahmad mengharapkan, tenaga kerja negeri ini benar-benar terlatih dengan diberikan bimbingan atau kursus-kursus bahasa asing, meskipun suasana saat ini memang masih bisa dikirimkan tenaga kerja ke luar negeri. Dengan penguasaan bahasa dan skil yang bagus, jika ada pelanggaran hukum atau semacam diskriminasi di lokasi bekerja, bisa diminimalkan.
Dalam kesempatan ini, Drs AB Rahman MSi, Kepala UPT Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Provinsi Jawa Tengah mengajak masyarakat lebih serius jika menghendaki bekerja ke luar negeri. Tak sekedar kemampuan sehat mental saja, akan tetapi juga penguasaan bahasa dan wawasan keiluan pendukung lainnya.
Kata Rahman, segala persiapan tetap dilakukan, seperti dalam pahamaman dan penguasaan bahasa negara yang akan dituju. Selain itu, dukungan keluarga juga sangat penting. Antara lain pekerja di luar negeri, sudah berkecukupan, saat kontak dengan istri, suami atau pacarnya, kadangkala melakukan bunuh diri.
“Sebenarnya pemerintah tak menghendaki ada tenaga kerja memilih kerja di luar negeri. Tetap justru diharapkan bisa bekerja dan membangun negeri sendiri. Dalam suasana pandemi Covid-19 ini, memang masih stagnan terkait pengiriman tenaga kerja ke luar negeri,” jelas AB Rahman.
Sementara itu, Kasubdit Kelembagaan BP2MI Pusat Lia Parisiana menyatakan, pemerintah tetap mendukung dan turut bertanggungjawab demi kelancaran dalam urusan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, dari persiapan berangkat sampai kepulangangannya.
Lia Parisiana juga menyinggung agar para tenaga kerja yang akan kerja di luar negeri bisa mengikuti aturan dan proses yang ada. Pembinaan sebelum berangkat kerja ke luar negeri juga terus diintensifkan.
“Salah satu persyaratan tenaga kerja ke luar negeri ada beberapa hal yang wajib diperhatikan, antara lain umur harus sudah mencapai 18 tahun, kalau sudah menikah harus melampiri foto copy surat nikah dan sebagainya. Sehat tentu juga menjadi modal utama, baik sehat lahir maupun sehat batin,” pesan Lia.
Dalam acara ini hadir Fakhrudin Ali Ahmad (DPRD Klaten), Rasidi SIP MSi (Sekcam Trucuk), Kepala Desa Bero Suranto SSi, Kades Gaden Hj. Partinah ST MM, sejumlah perangkat desa, Maryanto (tokoh petani), tokoh masyarakat, para pemuda dan tamu undangan lainnya.
Sekitar 60-an peserta yang ikut dalam kegiatan reses Rahmad Handoyo berjudul “Sosialisasi Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia” ini tetap menerapkan protokol kesehatan, karena masih pandemi Covid-19. Setiap peserta tetap cuci tangan pakai sabun, lalu diukur suhu badan dan duduknya juga berjarak. (Hakim)
Caption Foto Atas:
Rahmad Handoyo sedang berikan penjelasan di depan warga Desa Bero, Minggu siang (20/9).