Membangun Karakter Siswa dengan Pendekatan Holistik

Spread the love

 Oleh: Marjito

Guru SDN 03 Jatiwarno, Jatipuro

Negeri yang cantik, the beauitiful country itulah sebutan bagi Indonesia yang dikenal di seluruh pelosok dunia. Cantik pesona alamnya, budayanya, dan tentu juga karakter masyarakatnya. Indonesia dikenal dengan bangsa yang memiliki masyarakat yang santun, ramah, penyayang, sopan dan berbudi pekerti yang luhur. Karakteristik ini diyakini sudah turun temurun diwariskan dari nenek moyang Bangsa Indonesia.

Karakter atau yang sering kita kenal sebagai watak adalah sesuatu yang merujuk pada sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, prilaku, tindakan, budhi pekerti dan tabiat yang dimiliki mahluk hidup khususnya manusia. Karakter adalah sifat sifat kejiwaan, ahlak atau budhi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang. Karakter dapat terlihat dengan mudah pada diri seseorang karena tercermin pada prilaku tindakan dan sikapnya. Sebagaimana kita pahami jika selain intelegensi, karakter memiliki peran penting dalam menentukan kesuksesan sesorang dalam menjalani hidup, percaya diri, kerja keras, bertanggung jawab, dan tentunya juga  iman dan akhlak yang mulia.

Banyak faktor yang memengaruhi terbentuknya sebuah karakter pada seseorang, mulai faktor keluarga, Pendidikan,  serta lingkungan, ketiga faktor inilah yang selama ini diyakini sangat potensil dalam membentuk karakter di samping banyak faktor lain yang juga ikut menentukan termasuk sosial media.

Dewasa ini ada bebrapa indikasi jika karakter bangsa kita mengalami kondisi yang perlu perhatian khusus. Bagaimana tidak, ketika kita cermati pada gaya komunikasi di sosial media sungguh sering kita disuguhi sebuah ironi. Bangsa kita yang dikenal ramah santun pemaaf dan saling menghargai, namun sungguh tidak tercermin dalam bersosial media. Hoax, fitnah, ujaran kebencian, penghinaan hampir diproduksi setiap harinya. Hanya karena beda pilihan politik, ungkapan kebencian, hinaan, makian dan umpatan begitu ringan untuk dilakukan.

Pertanyaanya apakah itu karakter atau sifat dasar bangssa kita? Tentu kita berharap bukan. Tentu kita sepakat bahwa fenomena ini hanya kemunduran karakter sebagai akibat tidak dibangun secara baik.

Maka tidak ada acara lain untuk menumbuhkan lagi karakter bangsa kita yang luhur, kecuali membangun karakter tersebut mulai usia dini. Dunia pendidikan tentu mengambil peran yang sangat strategis dalam membangun karakter tersebut. Membangun karakter anak tentunya bukan sesuatu yang mudah, kita tahu bahwa karakter dapat dibentuk oleh kebiasaan, pendidikan dan lingkungan.

Membangun karakter anak melalui sector pendidikan tentu perlu langkah, cara, maupun strategi yang baik  dan tepat. Pembelajaran holistik merupakan salah pendekatan pembelajaran yang mampu diharapkan secara signifikan dalam usaha membangun karakter siswa. Pendekatan holistik sangat memungkinkan terciptanya proses penbelajaran yang mampu meningkatkan kompetensi dibidang numerik, literasi, maupun karakternya. Hal ini diyakini karenan Pendekatan holistik memandang manusia atau siswa secara utuh, dalam arti siswa dengan unsur kognitif, afeksi dan perilakunya. .Dalam pembelajaran holistik, memiliki prinsip jika siswa akan belajar lebih efektif jika semua aspek pribadinya (pikiran, tubuh dan jiwa) dilibatkan dalam pengalaman siswa.

Penerapan pendekatan holistik pada proses pembelajaran memungkinkan terciptanya banyak hal diantaranya keyakinan, pendidikan dan wawasan, motivasi hidup, kebiasaan yang baik, mengenali diri sendiri, pengendalian diri, punya rasa malu, suka membantu orang lain dan berbuat baik. Selain iu, bisa menghargai perbedaan, menghargai orang lain, menjaga hati dan tidak menyakiti hati orang lain, menjalankan norma/ etika agama, mengatur hidup dengan baik serta disiplin, mencontoh orang-orang baik, tulus dan ikhlas melakukan sesuatu, bertangung jawab, dan tentunya mempunyai prinsip hidup.

Pada sisi lain penerapan pendekatan pembelajaran holistik memiliki sesuai dengan tingkat perkembangan psykologi anak sekolah dasar. Dimana menurut Erikson, anak usia sekolah dasar mereka berada pada stage yang dinamakan operasional kongkrit. Stage operasinal konkrit adalah sebuah stage dimana anak memeiliki beberapa kemampuan berfikir secara logis atas objek objek konkrit, menguasai konsep reversibility, menarik kesimpulan berdasarkan nalar, memberi respon pada suatu obyek atau kenyataan, serta mampu memecahkan problem abstrak secara sitematis dan mampu menggeneralisasaikan hasilnya.

Berpikir logis adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, rasional  dan masuk akal. Secara etymologis logika berasal dari kata logos yang mempunyai dua arti pemikiran dan kata-kata. Maka berfikir secara logis sangat berkaitan dengan “kata sebagai ekspresi dari pemikiran”.

Dengan berpikir logis, siswa akan mampu membedakan dan mengkritisi kejadian-kejadian atas objek objek konkrit yang terjadi pada kehidupan sehari hari. Siswa mampu menganalisa apakah kejadian-kejadian itu masuk akal dan sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak. Dengan kemempuan siswa berfikir logis ini maka tepat untuk menanamkan karakter positif terhadap diri siswa, diantaranya kedisiplinan, kejujuran,

Dalam tahapan ini siswa juga menguasai konsep reversibility, menurut Piaget; yakni kemampuan untuk mengubah arah dalam berfikirnya sehingga dapat kembali ke titik awal  atau kebalikan dari apa yang kita lakukan sebelumnya. Dalam tahapan ini siswa berpotensi memiliki karakter dalam mengevaluasi tindakanya, sehingga mampu mengontrol prilakunya. Pemberian stimulus karaktar yang baik akan membantunya untuk tetap berprilaku baik untuk terus mengembangkan karakter tersebut.

Anak usia sekolah dasar juga sudah memiliki kemampun  menarik kesimpulan berdasarkan penalaran. Kusumah (Yuliati, 2007: 8) mengungkapkan bahwa penalaran adalah cara berpikir yang memperlihatkan hubungan antara dua hal atau lebih berdasarkan sifat dan  aturan yang telah diakui kebenarannya dengan menggunakan langkah-langkah hingga mencapai suatu kesimpulan. Dengan kemampuan menarik kesimpulan dengan  menggunakan penalaran memungkinkan  siswa mampu mengembangkan dan mengungkap pandangan tentang suatu permasalahan. Dengan kemapuan tersebut siswa juga mampu membangun suatu gagasan untuk menunjukan bukti suatu kebenaran.

Dengan beberapa kemampuan yang dimiliki oleh siswa sekolah dasar tersebut, kemudian diberdayakan secara optimal dengan menerapkan pendekatan holistic dalam pembelajaran maka sangat terbuka kemungkinan terbentuknya karakter anak yang baik, mulai dari nasionalis, religious, integritas, gotong royong, budi pekerti luhur, kejujuran, kedisiplinan dan berbagai karakter positif lainya. Dengan karakter yang baik tersebut diharapkan siswa sebagai generasi bangsa mampu memberikan kontribusi yang besar dalam membangun bangsa dimasa yang akan datang.

 

Editor: Cosmas