Menumbuhkan Empati Generasi Z Melalui PMR

Spread the love

OPINI

Oleh: Lukie Masayu A, S.Pd

Pembina PMR SMA Negeri Colomadu, Kabupaten Karanganyar

 

Generasi Z merupakan anak yang lahir antara tahun1995-2012. Generasi ini cenderung lebih akrab dengan teknologi dan memiliki akses informasi yang lebih mudah tanpa bantuan orang lain. Sayangnya, interaksi mereka yang sangat kuat dengan dunia maya membuat mereka seringkali terputus konektivitas dengan dunia nyata, sehingga terjadi pergeseran pola hidup yang lebih  bersifat individual dan apatis. Kesadaran sosialnya melemah dan terkesan cuek pada apa yang terjadi di sekitarnya atau bisa disebut krisis empati. Sehingga sering muncul kalimat gadget mendekatkan yang jauh tapi menjauhkan yang dekat. Kadang mereka asyik bertukar sapa dengan yang ada di luar kota bahkan di luar negeri, tapi dengan yang ada dalam satu rumah mereka jarang bertegur sapa.

Rasa empati kepada sesama pada generazi Z ini perlu dimunculkan lagi dengan diasah melalui semangat kepedulian. Palang Merah Remaja (disingkat PMR) adalah salah satu wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI, yang selanjutnya disebut PMR dan merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang menanamkan kepedulian sosial yang tinggi dan menumbuhkan empati kepada sesama melalui berbagai kegiatan seperti penanganan medis, penyuluhan kesehatan, siaga bencana, donor darah dan bakti sosial untuk orang-orang yang mebutuhkan. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat melatih ketrampilan sosial di dalam diri remaja generasi Z dan menumbuhkan empati yang semakin luntur. Dengan mengikuti kegiatan PMR , interaksi generasi Z dengan gadget bisa dikurangi, karena generasi Z juga perlu terpapar dengan dunia luar yang juga turut berperan dalam pembentukan empati dalam dirinya.

Tujuan utama menumbuhkan rasa empati adalah untuk memperbaiki kehidupan agar selaras dengan orang lain dengan menyebarkan benih-benih kepedulian, perhatian dan berbagi. Meskipun kecanggihan teknologi merupakan salah satu alat bagi kemajuan peradaban, namun rasa empati merupakan hal yang bisa tetap menjaga suatu peradaban itu bertingkahlaku sesuai adab. Jika generasi Z ini tumbuh menjadi pribadi yang tulus dan berempati tinggi maka diharapkan akan mengurangi konflik-konflik yang terjadi seperti sekarang ini akibat krisis empati dikalangan generazi Z. (*)

Editor: Cosmas