Media Gambar untuk Meningkatkan Prestasi Akademik
RUANG GURU
Oleh: Ngadenan
Guru SLB BC YKGR Bayat Klaten
Pelajaran IPS sering menjadi sesuatu yang menakutkan siswa. Bahkan, guru pun mengeluh karena hasil belajar yang dicapai siswa di bawah rata-rata. Hal ini bisa disebabkan banyak hal, yaitu dari para guru, siswa, sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Pada proses pembelajaran IPS di kelas 7C SLB BC YKGR Bayat, Klaten banyak ditemukan siswa merasa bosan, hal ini ditandai dengan siswa banyak yang ramai berbicara sendiri dan keaktifan siswa saat KBM masih rendah. Hasil nilai ulangannya juga masih rendah, dibawah KKM. Permasalahan yang terjadi yaitu penggunaan media pembelajaran yang kurang tepat dan kurang efektif, sehingga dapat mempengaruhi keaktifan dan prestasi belajar IPS siswa khususnya mengenal mata angin. Sehingga sangat diperlukan perbaikan dalam proses belajar mengajar. Penulis mencoba untuk proses pembelajarannya menggunakan media gambar dalam materi mengenal mata angin.
Arief Sadiman (2001:34) untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan terjadinya salah komunikasi yaitu media pendidikan. Media pendidikan digunakan dengan maksud untuk meningkatkan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar. Untuk memungkinkan media pendidikan berfungsi secara maksimal maka perlu memperhatikan ciri-ciri umum media pendidikan.
Nana Sudjana (1989:13) Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju pada pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran dari pada siswa belajar tanpa dibantu dengan alat pengajaran. Alat peraga pengajaran (teaching aids) adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa.
Menurut Santoso (2010:130), siswa Tuna Grahita adalah individu yang Memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan disertai dengan Ketidak mampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Klasifikas isiswa Tuna Grahita oleh AAMD (Kauffman dalam Rochyadi, 2010:7), antara lain: mild mental retardation (Tuna Grahitaringan) IQ-nya 70-55; moderate mental retardation (Tuna Grahitasedang) IQ-nya 55-40; severe mental retardation (Tuna GrahitaBerat) IQ-nya 40-25; profound mental retardation (sangatberat) IQ-nya 25 kebawah.
Pembelajaran ilmu pengetahuan sosialdi sekolah pada umumnya Menggunakan metode ceramah, tanyajawab, penugasan dan diskusi. Namun, Metode tersebut masih kurang efektif bila diterapkan pada siswa Tuna Grahita. Hal ini ditunjukkan dengan hasil prestasi siswa yang masih di bawah KKM. Pada kegiatan inti pembelajaran, metode yang digunakan lebih efektif Apabila diimbangi dengan media yang dapat menunjang materi pembelajaran. Siswa Tuna Grahita yang memiliki karakteristik memori jangka pendek akan lebih dapat mengingat materi setelah guru memanfaatkan media gambar dalam mengenal mata angin pada pembelajaran mengenal mata angin secara berulang. Media gambar yang digunakan meliputi gambar-gambar mata angin, yaitu salah satu caranya dengan mencetak gambar mata angin, kemudian digunting dan ditempel pada kertas karton sesuai dengan arah mata angin yang sebelumnya telah ditulis dikertas karton tersebut.
Hasil pembelajarannya menunjukkan adanya peningkatan hasil prestasi belajar siswa kelas 7C SMPLB pada materi pembelajaran mengenal mata angin. Melalui pembelajaran ilmu pengetahuan sosal dengan menggunakan media gambar pada siswa Tuna Grahita kelas 7 C SLB B/C YKGR Bayat Klaten dapat meningkatkan kemampuan mengenal mata angin. Sehingga prestasi siswa meningkat dan siswa mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.(*)
Editor: Cosmas