Empat Langkah Menciptakan Pembelajaran Inovatif

Spread the love

OPINI

Oleh: Taupik Mulyadi SPd MT

Pemenang Lomba Artikel Tingkat Nasional

Guru SMA Negeri 2 Karanganyar

 

Guru merupakan profesi mulia dan strategis, karena di pundak guru wajah bangsa kita dipertaruhkan. Banyak ditemukan guru mengajar tanpa persiapan, mereka mengajar berdasar kebiasaan yang telah dilakukan sebelumnya, tanpa memperhatikan karateristik, kebutuhan siswa, dan perkembangan teknologi.

Meskipun kurikulum telah berubah berkali-kali tetapi pengajaran yang dilakukan tetap sama. Kecenderungan guru masih memosisikan diri menjadi satu-satunya sumber belajar. Sehingga pengajaran masih terpusat pada guru. Pembelajaran dilakukan guru dari pagi sampai sore hari hanya dalam kelas. Mengandalkan papan tulis saja. Sehingga perpustakaan sepi pengunjung, laboratorium jarang digunakan, lab bahasa tertutup rapat tidak aktivitas di dalamnya, bahkan lab komputer hanya satu kali digunakan untuk UNBK saja. Ini fakta yang terjadi di sekolah saat ini.

Banyak ditemukan siswa merasa tidak puas, kurang percaya diri, merasa belum memperoleh sesuatu yang diharapkan. Mereka justru merasa memperoleh pengetahuan, dan keterampilan di luar sekolah seperti lembaga bimbel. Mengapa demikian? Tidak lain dan tidak bukan adalah pola pengajaran di Bimbel menggunakan strategi apa yang dibutuhkan siswa itulah yang diajarkan, di Bimbel siswa merasa menemukan dan memiliki kemampuan memecahkan masalah, memperoleh keterampilan menyelesaikan soal secara cepat. Fenomena yang terjadi dalam masyarakat apabila anak berhasil diterima di perguruan tinggi favorit, yang ditanya adalah di mana tempat lesnya?  Di lembaga bimbel apa mereka belajar?  Sekolah hanya dianggap formalitas untuk memperoleh ijazah saja.

Prinsip pembelajaran seperti apa yang diperlukan guru? Masih banyak guru dalam mengajar bersifat klasikal berpusat pada guru, siswa masih dianggap objek yang harus menurut apa yang disampaikan guru. Banyak guru yang phobia dengan perubahan, gaptek teknologi, kurang kreatif, pengajaran yang dilakukan sama dan sama. Apabila nilai tidak memuaskan, yang dianggap salah adalah siswa. Guru tidak mau merefleksikan diri. Guru selalu menganggap dirinya benar, angkuh dengan posisinya sehingga siswa menjadi korban.

Guru harus mengubah paradigma dalam pembelajaran. Perlu dipahami bahwa perserta didik mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Setiap peserta didik adalah unik, mereka memiliki karakteristik yang berbeda, Oleh karena itu, penyeragaman merupakan langkah yang salah dan membunuh keunikan. Peserta didik bukan orang dewasa. Sehingga guru jangan memaksakan siswa harus sama dengan pola pikir orang dewasa. Dunia anak adalah dunia bermain. Guru harus masuk ke dalam dunia anak, jangan anak diajak masuk dunia orang dewasa. Mengajarlah apa yang dibutuhkan dan diingikan siswa, bukan siswa yang menyesuaikan keingginan guru.

Guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sering melakukan copy paste RPP sekolah lain, atau mengunduh melalui internet dan mengedit identitas saja. Tindakan guru tersebut tidak dibenarkan karena untuk menyusun rencana pembelajaran harus berdasarkan identifikasi awal terhadap kondisi siswa, menyesuaikan apa yang dibutuhkan siswa, memperhatikan kondisi lingkungan, kebutuhan pasar, dunia usaha, dan industri.

Guru sebaiknya sebelum melaksankan pembelajaran harus melakukan analisis kebutuhan siswa. Hasil analisis tersebut akan digunakan untuk mendesain pembelajaran yang inovatif. Oleh karena itu untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa dapat dilakukan sebagai berikut.

Pertama, identifikasi kondisi sosial, melalui data pribadi siswa dan keluarga. Dari data sosial tersebut guru dapat mengetahui tentang latar belakang keluarga, status sosial, pekerjaan orangtua, dan kebiasaan adat istiadat yang berlaku. Melalui pemetaan kodisi sosial, guru dapat merancang pembelajaran sesuai dengan latar belakang sosial peserta didik. Sehingga pembelajaran akan seleras dan kontekstual dengan dunia siswa. Materi yang diajarkan akan dapat dikaitkan secara langsung dalam lingkungan siswa. Sehingga siswa akan menemukan dan mengkontruksikan sindiri ilmu pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman nyata.

Kedua, lakukan dialog diawal tahun pelajaran atau diawal semester dengan siswa, ajaklah siswa terlibat dalam merancang pembelajaran. Melalui keterlibatan siswa, guru akan mengetahui apasajakah materi akan diajarkan, model pembelajaran seperti apakah yang diharapkan siswa. Dengan mengetahui kebutuhan tersebut, guru dapat mendesain pembelajaran yang efektif dan dapat diterima siswa.

Ketiga, pada setiap proses pembelajaran aktivitas siswa lebih ditonjolkan. Porsi guru dikurangi, guru menjadi fasilitator menyediakan sumber-sumber belajar. Biarlah siswa belajar dan menemukan sindiri, ajaklah mereka berpikir dengan cara guru memberi stimulus dan media inovatif yang membuat siswa aktif. Ketika siswa belajar guru mengamati dan meluruskan apabila mengalami kesulitan.

Keempat, gunakan lingkungan dan bahan-bahan yang ada disekitar kita sebagai media pembelajaran.  Pembelajaran akan lebih bermakna dan mudah di pahami siswa ketika mereka Mengenal dan melakukan.

Melalui empat langkah tersebut, guru tidak akan mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Disetiap pembelajaran akan menarik bagi siswa, karena materi yang akan dipelajari merupakan materi yang kontekstual dan model pembelajaran lebih bervariasi. (*)

Editor: Cosmas