Super Heboh, dari Tugu Pal Putih Jogja, Stop Hoax Indonesia  

Spread the love

 

JOGJAKARTA, POSKITA.co – Jogja memang istimewa. Dari Tugu Pal Putih, semangat hari pahlawan menggerakkan relawan Mafindo, berbagai komunitas, warga, untuk deklarasi Stop Hoax Indonesia.

“Kami menutup Jalan Mangkubumi di selatan Tugu Pal Putih Jogja, titik historis di Jogja,  menjadi panggung aksi Stop Hoax Indonesia pagi ini. Sebagai bagian dari rangkaian aktivitas edukasi dan public campaign tentang literasi digital dan semangat anti hoaks,” kata Septiaji Eko Nugroho,  Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) kepada Poskita.co.

Menurut Septiaji, kegiatan ini adalah kolaborasi antara Mafindo dengan berbagai komunitas di Jogja, seperti Kedaulatan Rakyat, Komunitas Biola Jogja, Gugat Rerasan, Perempuan Berkebaya Jogja, Roro Beras Kencur, Tepi Bayu, dan juga diramaikan komunitas sepeda onthel yang menghampiri venue ini. Diramaikan juga dengan Fun Run dan Fun Bike. Dan juga senam Zumba yang heboh bagi kaum hawa.

“Semuanya dilakukan dengan semangat kegembiraan. Melawan hoaks membutuhkan keseriusan di satu sisi, dengan membangun ekosistem anti hoaks yang Indonesia termasuk dihargai di level internasional, namun juga penting kiranya menjaga semangat kebangsaan, tanpa meninggalkan sisi penting manusia: semangat kegembiraan,” ujar Septiaji.

Septiaji mengucapkan terimakasih atas kerja keras tim Stop Hoax Indonesia didukung oleh ratusan relawan anti hoaks, yang telah menghadirkan acara ini, yang telah juga memproduksi video dan lesson plan tentang edukasi literasi digital, dan saat ini juga masih berlangsung serial workshop dan edukasi bagi pelajar dan ibu rumah tangga di 17 kota di seluruh Indonesia. Juga kepada bebagai pihak yang telah mendukung lancar dan suksesnya acara ini, Polda DIY, Diskominfo DIY, KPU DIY, Bawaslu DIY, Pemerintah Kabupaten/Kota di DIY, dan pihak-pihak lain yang tidak bisa disebut satu persatu.

“Bangsa ini pernah terpecah belah, menjadi korban devide et impera, sehingga terjajah ratusan tahun, namun pada tanggal 10 November 1945, bangsa ini menunjukkan bahwa apapun akan kita pertaruhkan demi menghempaskan penjajahan di negeri ini,” kata Septiaji.

Dikatakannya,  sebagai anak cucu para pendiri bangsa, bertugas untuk melanjutkan kemerdekaan yang amat mahal ini, dengan menjaga supaya kita jangan terpecah belah ketika memasuki peradaban digital ini. Menjadi pribadi yang bertanggungjawab dalam mengelola dan menyebarkan informasi, dan menjadi pahlawan pada masanya: menjauhkan masyarakat dari kekacauan informasi.

“Dari Yogyakarta untuk Indonesia, kami mendeklarasikan semangat perjuangan untuk terus melawan hoaks dari bumi Indonesia!” tegas Septiaji Eko Nugroho.  

COSMAS