Mbah Marno Bogem Gelar Ritual Malam 1 Suro Kirab Keris Pusaka
KLATEN, POSKITA.co – Sudah menjadi rutin tahunan, Mbah Sumarno atau biasa dipanggil Mbah Marno yang beralamat di Prengguk, Desa Bogem, Kecamatan Bayat, Klaten, mengadakan ritual sambut tahun baru 1 Suro atau 1 Muharram.
Dalam ritual sambut malam 1 Muharram 1441 H, Sabtu malam (31/8/2019), diawali dengan lantunan syiiran dan dzikiran tahlil laras madyo warga setempat. Istri, putra-putri Mbah Marno dan kerabat, juga ikut hadir dalam mengikuti ritual dengan mengenakan baju adat jawa.
Setelah dzikiran selesai sekitar pukul 21.30, diadakan ritual keliling lingkungan kampung dengan topo bisu dan membawa aneka hasil bumi, seperti ingkung ayam, buah-buahan dan utamanya dua pusaka milik Mbah Marno yang ikut diruwat menyambut malam 1 Suro ini.
“Sudah menjadi tradisi menyambut 1 Suro, kita adakan ruwatan atau ritual dengan mengarak dua pusaka. Ada keris pusaka Kiai Jangkung dan tombak Nogo Puspito yang dibawa dalam ritual ini. Kita juga berdoa, semoga negeri Indonesia tetap aman damai, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Klaten juga maju, mandiri dan berdaya saing. Rakyat hidup rukun dan sejahtera, aman, damai, ayem, ayom. Para pemimpim dan pejabat negeri ini dijauhkan dari tindak korupsi, bisa ngemong masyarakat,” ujar Mbah Marno.

Puluhan warga tampak mengenakan baju ala kraton Solo dan semuanya khidmat mengikuti prosesi ritual menyambut malam 1 Suro ini. Ustadz Warih Sukoco dari Paseban Bayat yang diberi amanah memimpin Jamaah Puji Sampurno dalam dzikiran laras madyo dalam ritual ini.
Salah satu putri Mbah Marno, Dwi Handayani mengaku selama proses ritual pergantian malam 1 Suro terasa damai di hati. Bahkan ada kerabat dari Jakarta, Tante Michel, yang ikut hadir dan sama-sama berdoa dalam ritual penuh sakral ini. Dengan laku topo bisu selama berjalan kaki keliling lingkungan kampung, Dwi merasakan hati damai dan tenang bahagia.
“Pokoknya nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata selama mengikuti ritual malam pergantian tahun baru Islam 1 Muharram 1441 H ini. Ya, selain hati senang, hati damai, juga ada semangat baru menapaki hidup yang memang menantang. Hidup ini indah dan menyenangkan, maka kita syukuri saja atas nikmat Allah SWT ini,” kesan Dwi Handayani. (Hakim)
Caption Foto HL:
Mbah Marno jalankan doa sebelum ritual mlaku topo bisu didampingi istri dan putrinya.