Rebut Kembali Jembatan Tanjung
SUKOHARJO, POSKITA.co – Apalah arti sebuah jembatan? Ketika jembatan dikuasai musuh, tentu akan melumpuhkan aktivitas kaum pribumi. Perjuangan rakyat merebut kembali Jembatan Tanjung menjadi repertoar yang heboh, unik, dan menggelorakan semangat nasionalisme.
Sebanyak 300-an warga Tanjung, Sukoharjo, terlibat dalam drama kolosal yang hanya disiapkan dalam 7 hari ini. Drama bertajuk ‘Merebut Kembali Jembatan Tanjung’ menjadi pertunjukan yang bagus di tengah krisis nasionalisme bangsa ini.
“Kami bersama warga hanya berlatih selama 7 hari, dengan melibatkan ratusan orang untuk menyukseskan drama kolosal ini. Kami bangga, semua elemen mendukung acara ini. Ada seniman Kenep, Tapak Suci, perguruan Setia Hati, dan backup penuh Polres Sukoharjo,” ujar sutradara A. Bimo Kokor Wijanarko.
Kalangan pendidikan pun mendukung, dari SDN Joho 2, SDN Tanjung, hingga SMP Bulu. Warga pun disulap dalam berbagai peran sebagai rakyat, pejuang, tentara Jepang dan Belanda. Dikisahkan, Jembatan Tanjung bukan sekadar penghubung antar daerah Nguter dengan Bulu. Jembatan Tanjung menjadi nadi perjuangan dalam membela kemerdekaan RI.
Saat penjajahan, jembatan ini dikuasai Belanda. Sontak, rakyat pun melawan, untuk merebut kembali. Tentu saja, melalui perjuangan yang mengorbankan harta dan nyawa. Hasilnya, berhasil direbut kembali.
Di lain waktu, Jepang datang dengan membawa janji-janji manis alias palsu. Jembatan Tanjung pun dikuasai Jepang. Rakyat marah. Mereka berjuang sampai titik darah penghabisan hingga Jembatan Tanjung berhasil direbut kembali.
Ada pula narasi tentang deklarasi kemerdekaan RI, dimana Bung Karno diperankan lurah setempat.
Kepada Desa Tanjung, Edi Nur Yanto menyatakan bangga bisa menyelesaikan drama kolosal ini. Ia mengucapkan terim a kasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara tersebut.
Sebagai penutup, pejuang meluapkan kegembiraannya dengan membentangkan bendera merah putih raksasa dan dikibarkan di atas Jembatan Tanjung. Wow… sebuah gambaran pengorbanan yang tak sia-sia.
COSMAS