Perang Kembang, Persembahan Delegasi Solo di Kongres Kebudayaan
JAKARTA (poskita.co) – Sebuah pertunjukan seni tari disuguhkan para penari Wayang Wong Sriwedari di rangkaian acara seratus tahun Kongres Kebudayaan Indonesia di Jakarta. Sebuah tarian yang sarat nilai filosofi, sebuah perang batin yang kerap terjadi tatkala manusia menghadapi cobaan hidup di saat-saat menapaki kehidupan mapan.
Dengan penuh ekspresi, 7 orang penari yang kesehariannya sering menghibur di atas panggung wayang orang Sriwedari, tampil begitu memukau. Adegan demi adegan ditarikan begitu menjiwai. Tokoh baik, Satria yang bertempur melawan keburukan, disimbolkan dengan adanya 6 raksasa atau buto yang selalu menyerang dan menggoda. Melalui perjuangan berat pantang menyerah, semua lawan berhasil dikalahkan oleh Satria.
Apa makna dari tarian “Perang Kembang” ini? Ketua Dewan Kesenian Surakarta (DKS), BRM. Bambang Irawan menuturkan, dipilihnya tarian Perang Kembang untuk ditampilkan di acara Kongres Kebudayaan Indonesia ini, karena dinilai sarat dengan nilai filosofi, nilai-nilai yang menjadi pelajaran hidup bagi manusia.
“Kembang diartikan sebagai simbol dari macam-macam persoalan, godaan, cobaan, yang kadang dihadapi oleh manusia. Biasanya, godaan, cobaan itu datangnya ketika manusia sedang menapaki kehidupan menuju kemapanan,” kata Bambang.
Godaan dan cobaan manusia yang diartikan sebagai keburukan itu harus dilawan. Dan manusia harus dapat memenangkan pertandingan melawan hawa nafsu.
Moko, salah satu penari yang memerankan tokoh buto cakil dalam tarian, menyatakan, telah melakukan serangkaian latihan maupun pentas-pentas serupa, sehingga saat penampilan di acara Kongres Kebudayaan Indonesia yang berlangsung di Plaza Insan Berprestasi, di kompleks kantor Kemendikbud Jakarta, Sabtu (8/12), dapat tampil secara maksimal. Secara keseluruhan, penampilan para penari dari Solo yang difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan Kota Solo, tampil cukup menarik dan mampu memukau para penonton yang hadir di acara itu.
Sementara itu, Kongres Kebudayaan yang digelar oleh Kemendikbud, sejak tanggal 5 dan puncaknya Minggu tanggal 9 Desember 2018, diisi juga oleh berbagai rangkaian kegiatan seni budaya, dari sejumlah delegasi daerah di Indonesia, serta para tokoh yang kesohor karya-karyanya di bidang kesenian dan kebudayaan. (Endang Paryanti)