Menelusuri Batik Go Tik Swan

Spread the love

SOLO (poskita.co) – Untuk memperkenalkan batik kepada para siswa, Dinas Kebudayaan Kota Surakarta mengadakan workshop batik nusantara, “Batik dan Perubahan Sosial” di Hotel Baron Indah, Rabu (29/11), yang diikuti oleh para siswa-siwi SMA Negeri dan SMK Negeri serta para guru pembimbing di wilayah Surakarta.

Salah satu narasumber, Anggraini Supiah sebagai ahli waris Go Tik Swan, dalam paparannya lebih fokus pada informasi seputar batik yang telah ditekuni Go Tik Swan semasa hidupnya.

“Dulu batik adanya hanya hitam dan putih, lantas beliu memadukan batik motif solo yang penuh makna dengan motif pesisir, yang dipadukan bermacam-macam warna sehingga menjadi warna yang lebih indah. Dalam memadukan warna dan corak memerlukan waktu 5 – 8 bulan,” jelas Supiah kepada poskita.co setelah workshop.

Masih menurut Anggraini Supiah, yang istimewa dari Go Tik Swan itu adalah semua batik ciptaannya ada ceritanya. Contohnya, batik Tumurun Pinarendra motif latarnya parang, itu dibuat hanya 64 helai, karena untuk  memperingati 6 tahun Susuhunan  naik tahta dan dipersembahkan untuk raja dan kerabat-kerabatnya, atau membuat motif Pradito Kusumo nama dari Pangeran Mangkunegaran. Untuk mengenang ibu Megawati waktu jadi wakil presiden membuatkan batik yang dinamakan Mega Kusuma. Batik yang pertama kali dibuat disumbangkan di Musium Danar Hadi dan yang memprosesnya adalah Ibu Anggraini Supiah.

“Masih ada satu lagi karya beliau yang sangat luar biasa yaitu Kembang Bangah motifnya belah ketupat, itu dibuat pada tahun 1980an. Beliau itu adalah budayawan yang hidupnya hanya untuk budaya dan negara, waktu itu budayawan tidak dapat perhatian dan penghargaan diibaratkan seperti bunga bangah yang hidup di peceren (got-red),” tambah Supiah

Jalannya workshop sangat menarik, peserta tampak serius mendengarkan paparan dari narasumber dan mereka sangat antusias untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang batik.

“Menarik sih, dengan mengikuti workshop mendapatkan pengertian tentang macam-mamcam batik, corak, motif dan yang terpenting mengetahui sejarah perkembangan perbatikan,” jelas peserta dari SMKN 4, Mawar kepada poskita.co.

Menurut panitia, Wulandari, tujuan diadakan workshop adalah untuk mengajak para siswa agar mengetahui tentang sejarah perbatikan Indonesia dan nantinya bila siswa tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi diharapkan bisa berwirausaha, salah satunya batik.

“Workshop ini masih satu rangkaian acara dengan Konferensi Batik Nusantara yang rencananya akan digelar besuk (30/11) di wisma Batari,” Wulandari menambahkan. (aryadi)

 

BACA JUGA:

Konferensi Batik Nusantara Dorong Batik Sebagai Identitas Indonesia