Ngerii..!! Hama Tikus Merajalela di Desa Tempursari Ngawen Klaten

Spread the love

KLATEN, POSKITA.co – Daerah lahan pertanian di Desa Tempursari, Kecamatan Ngawen, Klaten, sudah tiga musim tanam padi ini diserang hama tikus. Termasuk lahan kas Kepala Desa Tempursari H. Budi Diyatmiko, BSc, yang mengaku ludes dimakan hama tikus selama tiga musim tanam. Informasinya, hama tikus ini diduga merupakan komunitas yang hijrah dari lahan pertanian kampung sebelah.

Ternyata tak hanya lahan pertanian di Desa Tempursari saja yang diserang hama tikus, tapi juga lahan pertanian wilayah Desa Candirejo yang berdampingan dengan Tempursari. Kebetulan juga di sekitar areal pertanian kedua desa ini juga ada jalur sungai besar dan menjadi salah satu markas keberadaan komunitas tikus.

Saat ditemui redaksi di areal pertaniannya, Kamis (2/1/2025) pagi, Kepala Desa Tempursari Budi Diyatmiko membenarkan kalau selama tiga musim tanam selalu gagal diserang hama tikus. Kalau pun dioperasi atau diadakan gropyokan, memang banyak tikus yang didapat. Tapi ada dua hal dampaknya, tanaman padi atau jagung rusak, galengan atau jalan pembatas sawah rusak dan keberadaan tikus tetap ada meskipun sudah diadakan gropyokan tikus.

“Di sisi timur atau utara kampung Tempursari ini, saya punya 2 hektar, ditanami padi dan jagung, 90 persen dimakan tikus. Sisi barat juga sudah tiga musim tanam saya biarkan bero atau gagal panen karena diserbu hama tikus. Sekarang ini saya tanami padi sekitar 2-3 patok, juga diserang hama tikus, padahal baru berumur 2-3 mingguan,” ujar Kades Tempursari Budi didampingi Suyamto, Kepala Dusun 1 Desa Tempursari.

Lebih jauh dikatakan, selama tiga musim tanam lahan pertanian yang diserang hama tikus di seluruh pertanian di Desa Tempursari ini ada sekitar 10 hektare. Hal ini sudah dilaporkan ke pihak terkait, seperti petugas penyuluh lapangan (PPL) Kecamatan Ngawen. Dan pernah diadakan gropyokan tikus, tapi kenyataannya tidak efektif dan justru hama tikus semakin merajela.

Lahan pertanian di Desa Tempursari, Kecamatan Ngawen, Klaten, kondisinya parah, sebab hama tikus sudah tiga musim tanam ini menyerang lahan padi dan jagung.

Untuk keseluruhan luas pertanian di wilayah Desa Tempursari ada 105 hektar dan sebagian besar memang gagal panen. Para petani di Desa Tempursari saat ini memang sedang menangis dan diuji Gusti Allah SWT. Tidak panen, kata Kades Budi, berarti tidak mempunyai pendapatan sebagai petani. Biasanya kalau bisa panen, hasilnya bisa mencapai Rp 5-6 juga per patok yang rata-rata luasnya 2000-2500 meter persegi.

Menurut Kades Tempursari Budi, tanaman yang diserang tikus tak hanya padi, juga ada tanaman jagung. Kalau tanaman jagung yang diserang itu sekitar 2 hektar dan tikus yang memakan hanya menyisakan janggel dan batangnya saja. Para petani memang sedang diuji kesabarannya dan harus banyak bersedekah. Untuk tanaman jagung, saat tumbuh jagungnya, tikus langsung memakannya sampai habis.

Terkait kerugiannya, biaya produksi untuk satu musim tanam antara Rp 1,5 juta sampai Rp 1,7 juta per patok sawah dengan luasan sekitar 2000-2500 meter persegi. Dan potensi panen jagung kalau ditebaskan di sawah bisa Rp 6 juta sampai Rp 7 juta per patok. Sedang panen padi sekitar Rp 5 juta.

“Kita sudah berusaha dengan usaha dan doa, salah satunya dengan tirakatan, agar dijauhkan dari bencana, termasuk serangan hama tikus ini. Kita juga pernah mengadakan gropyokan tikus, pengobatan, dan usaha lain-lain. Mudah-mudahan tikus-tikus ini mendengar doa para petani dan tidak mengganggu lagi, sehingga para petani bisa tersenyum kembali,” ungkap Budi. (Hakim)