Hj. Kadarwati Sidak Pengrajin Besek

Spread the love

KLATEN, POSKITA.co – Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah Hj. Kadarwati, SH MH didampingi Kades Bero Trucuk Suranto, SSi, mendukung upaya warga pengrajin besek di Bero semakin eksis. Beberapa tahun lalu, Kadarwati telah memberikan pemihakan kelompok pengrajin besek di Bero agar lebih mandiri dan maju berkembang.

Saat peringatan Hari Raya Idul Adha 1443 H/2022 M, Kadarwati menyorot tradisi pengelola atau panitia penyembelihan hewan kurban. Selama ini hanya memakai plastik untuk bagi-bagi daging hewan kurban.

“Alangkah bijaknya dan lebih sehat jika pembagian daging hewan kurban menggunakan besek dan tidak pakai kantong plastik. Pemanfaatan besek ini lebih menyehatkan dan satu sisi juga ikut mengangkat home industri pengrajin besek agar tetap eksis,” pesan Kadarwati.

Hal ini dijelaskan kepada redaksi saat mendampingi Kadarwati sidak atau monitor usaha pengrajin besek di Bero, Trucuk, Rabu siang (6/7/2022). Di Desa Bero ini memang kondang sebagai home industri besek dan juga pemanfaatan limbah plastik pabrik menjadi bronjong plastik untuk para pedagang atau bronjong petani.

Salah seorang perajin besek, Lilis Istiqomah (37 th) mengaku senang dikunjungi Kadarwati. Lilis mengaku senang dengan banyaknya pesanan atau order besek dari warga jelang Idul Adha. Diakuinya, dia sudah mendapatkan pesanan sebanyak 600 besek dari Delanggu. Ada dua ukuran baik 25 sentimeter (cm) x 25 cm dan 20 cm x 20 cm.

”Ini juga sudah ada tambahan pesanan sebanyak 300 besek dari Sukoharjo. Tapi hendak digunakan setelah Idul Adha. Beseknya digunakan untuk wadah nasi berkah saat acara hajatan,” kata Lilis sambil membuat besek.

Ibunda Lilis juga mendukung usaha Lilis dalam melanjutkan tradisi pekerjaan keluarga demi pertahanan hidup.

Lilis menambahkan, jelang Idul Adha permintaan besek mengalami peningkatan dibandingkan hari biasa. Pada saat hari biasa dalam sehari hanya hingga 300 besek. Sedangkan jelang Idul Adha meningkat hingga 600 besek.

”Kalau hanya memproduksi di hari biasa ya hanya saya sendiri saja tenaganya. Tapi kalau ada peningkatan permintaan ini perlu bantuan tambahan tenaga,” ucap Lilis yang sejak usia masih remaja sudah mahir membuat besek.

Dalam memproduksi awal besek setidaknya diperlukan membutuhkan waktu dua hari terlebih dahulu. Mulai dari memotong pohon bambu apus yang dibelinya di pasar tradisional Pedan seharga Rp 15.000 per lonjor. Setiap lonjor bisa menghasilkan 30 besek yang harga satuannya Rp 1.700 per besek.

Kades Suranto menjelaskan, produksi besek sudah turun temurun. Total ada 100 kepala keluarga (KK) yang menekuni kerajinan tersebut. Warga Bero tetap optimis dan pekerja keras dalam membuat besek, termasuk bronjong limbah plastik pabrik.

”Jadi kerajinan besek ini memang sudah turun temurun dari leluhurnya. Jadi ini diteruskan oleh anak-anaknya. Untuk pemasarannya melalui dua jalur yakni ada yang mengambil langsung dan disetorkan ke pengepul juga,” kata Kades Suranto. (Kim)

Caption Foto HL:
Ibu Lilis saat menyambut kedatangan Hj. Kadarwati bersama Kades Bero Suranto di rumahnya, Rabu siang (6/7).