Di Balik Kunjungan Raja Yordania: Merajut Harmoni dan Diplomasi untuk Perdamaian
Penulis: Setyasih Harini
Afiliasi: Dosen Hubungan Internasional Universitas Slamet Riyadi
Kunjungan Raja Yordania Abdullah II ke Indonesia menjadi momentum strategis yang penting untuk memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara sekaligus mempertegas posisi Indonesia di panggung internasional. Makna strategis posisi internasional Indonesia khususnya dalam upaya perdamaian regional dan global.
Secara historis, Kerajaan Yordania dan Indonesia telah menjalin hubungan bilateral yang cukup panjang dan solid, relasi dibangun atas dasar saling pengertian, kerja sama, dan situasi geopolitik yang relevan bagi kedua negara. Hubungan ini semakin istimewa mengingat Presiden Prabowo Subianto sendiri pernah bertugas di Yordania, yang memberi dimensi personal dan kedalaman pengalaman dalam memahami dinamika serta konteks politik dan sosial negara tersebut.
Pertemuan antara Raja Abdullah II dengan Presiden Prabowo bukan hanya sekadar ritual diplomatik. Kunjungan ini juga mencerminkan komitmen bersama yang kokoh dalam menyikapi berbagai isu krusial, mulai dari advokasi kemerdekaan Palestina hingga penguatan kerja sama di sektor pertahanan, ekonomi, dan keagamaan. Pengalaman historis dan kedekatan personal ini membuka ruang dialog yang lebih intens dan saling menguntungkan, sekaligus menguatkan fondasi kerja sama bilateral yang telah terjalin lama. Pertemuan ini menegaskan bahwa hubungan Indonesia-Jordania bukan hanya sebatas kepentingan diplomatik semata, melainkan juga merupakan ikatan strategis yang dapat memberi kontribusi signifikan bagi perdamaian dan stabilitas global.
Peran Indonesia dalam mendukung perdamaian dunia, khususnya di Timur Tengah, mendapat pengakuan langsung yang sangat penting dari Raja Abdullah II. Pengakuan ini bukan sekadar formalitas diplomatik, melainkan refleksi nyata dari kepercayaan internasional terhadap posisi strategis Indonesia sebagai negara dengan pengaruh signifikan di dunia Muslim dan kawasan Asia. Kepercayaan ini menegaskan kapasitas Indonesia untuk menjadi aktor utama dalam upaya menenangkan ketegangan dan mempromosikan dialog lintas negara yang selama ini mengalami berbagai dinamika konflik.
Diskusi intensif antara Raja Abdullah II dan Presiden Prabowo mengenai kemungkinan kontribusi Indonesia dalam misi perdamaian di Gaza menonjolkan bagaimana diplomasi Indonesia berperan sebagai jembatan stabilitas di kawasan yang telah lama menghadapi gejolak berkepanjangan. Keterlibatan ini bukan hanya sebagai bentuk solidaritas, tetapi juga strategi diplomatik yang dapat menguatkan posisi Indonesia sebagai mediator yang kredibel dalam konflik internasional khususnya Israel-Palestina. Dengan demikian, diplomasi Indonesia tidak hanya mengedepankan kepentingan nasional, tetapi juga menjadi kontribusi nyata bagi perdamaian dan keamanan dunia.
Penguatan kerja sama di bidang pertahanan dan ekonomi menjadi fondasi yang sangat penting dalam membangun kemitraan strategis antara Indonesia dan Yordania. Kerja sama pertahanan tidak hanya memperkuat kapasitas kedua negara dalam menjaga keamanan nasional masing-masing, tetapi juga menegaskan komitmen bersama untuk menghadapi tantangan regional dan global yang semakin kompleks. Penandatanganan persetujuan kerja sama pertahanan membuka peluang bagi pertukaran teknologi militer, pelatihan bersama, dan koordinasi yang lebih efektif dalam menanggulangi ancaman keamanan seperti terorisme dan konflik bersenjata.
Di bidang ekonomi, perdagangan menjadi pilar utama yang mendorong hubungan bilateral agar lebih pragmatis dan berorientasi pada hasil konkret. Penguatan hubungan ekonomi melalui investasi dan kerja sama perdagangan di sektor pertanian dan pendidikan. Hal Ini membuka peluang nyata untuk mengembangkan kapasitas sumber daya manusia dan teknologi pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan masyarakat di kedua negara. Sinergi seperti ini tidak hanya mempererat ikatan ekonomi, tapi juga menciptakan dampak sosial yang berkelanjutan, menegaskan bahwa kemitraan Indonesia dan Yordania berlandaskan kepentingan yang saling menguntungkan dan berwawasan masa depan.
Kerja sama di bidang keagamaan juga menjadi perhatian dalam penguatan relasi antara Yordania dan Indonesia, Kerja sama ini melampaui sekadar hubungan antarnegara; ia mencerminkan solidaritas budaya dan agama yang kuat, yang menjadi landasan penting dalam mempererat persatuan umat Muslim di seluruh dunia. Melalui kolaborasi ini, kedua negara menunjukkan komitmen mereka dalam menjaga dan memperkuat warisan keagamaan serta melindungi nilai-nilai keumatan yang menjadi fondasi identitas bersama.
Negara Yordania dan Indonesia memiliki tanggung jawab kolektif tidak hanya untuk menegakkan keadilan dan menjaga solidaritas internal umat Muslim, tetapi juga untuk menjadi agen perdamaian di kancah internasional. Dengan memperkuat kerja sama keagamaan dan wakaf, Indonesia dan Yordania mempertegas posisi mereka sebagai kekuatan moderasi dan jembatan dialog antaragama yang mampu menyatukan berbagai pihak demi tercapainya stabilitas dan kedamaian global. Model kemitraan ini dapat menjadi contoh bagi negara-negara Muslim lainnya dalam mengedepankan peran konstruktif mereka dalam diplomasi dunia.
Melalui dialog yang intensif dan kerja sama yang terintegrasi di berbagai bidang—mulai dari pertahanan, ekonomi, pendidikan, hingga bidang keagamaan dan sosial—kedua negara memperkuat fondasi diplomasi yang berorientasi pada perdamaian serta pembangunan berkelanjutan. Kunjungan ini layak didukung dan dijadikan inspirasi nyata bagi pengembangan diplomasi Indonesia yang semakin berani mengambil peran global dengan visi yang lebih luas, tidak hanya untuk kepentingan nasional, tapi juga kemanusiaan internasional. Dengan saling memperkuat posisi dan kapasitas, Indonesia dan Yordania mampu menginisiasi gerakan diplomasi yang mengedepankan kesepahaman, toleransi, dan kerja sama lintas negara sebagai kunci membangun dunia yang lebih damai, stabil, dan sejahtera bagi semua pihak. Momentum strategis ini menjadi panggilan bagi negara-negara lain untuk mencontoh langkah kedua negara dalam mengedepankan diplomasi harmonis sebagai jalan nyata menuju perdamaian global.**
Editor: Cosmas

