Karya kartunis 25 negara, siap tampil di Semarang Cartoonfest 2025
Poskita.Co. Semarang 17 Oktober 2025 — Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) bekerja sama dengan Persatuan Kartunis Indonesia (PAKARTI) akan menyelenggarakan rangkaian kegiatan “Semarang Cartoonfest 2025”, FGD Museum Kartun Indonesia, dan Musyawarah Besar (Mubes) PAKARTI) pada 18–19 Oktober 2025 di Gedung Oudetrap, Kota Lama Semarang.
Acara yang akan dibuka pada Sabtu Besok (18/10) ini dimeriahkan oleh pameran kartun internasional yang menampilkan karya 141 kartunis dari 25 negara, termasuk Indonesia, Prancis, Jerman, Arab Saudi, Iran, Turki, Brasil, Russia, hingga Ukraina. Pameran ini mengusung tiga tema utama: Museum Kartun IndonesiA, Semarang di Mata Kartunis, dan Kartun sebagai Artefak Budaya
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso menyampaikan apresiasinya terhadap terselenggaranya kegiatan berskala internasional ini:
“Kami sangat bangga dan mendukung penuh kegiatan ini. Semarang Cartoonfest 2025 menjadi ajang penting untuk memperkenalkan wajah kreatif Semarang ke dunia. Kartun bukan hanya hiburan, tetapi juga bahasa universal yang menghubungkan kita semua. Kami mengajak masyarakat untuk hadir dan menyaksikan langsung karya-karya luar biasa ini di Kota Lama,” ujar Wing.

Dari Kartunis untuk Indonesia
Presidium PAKARTI, Abdullah Ibnu Thalhah, menyebut kegiatan ini sebagai langkah strategis menuju pendirian Museum Kartun Indonesia, yang diharapkan menjadi pusat dokumentasi dan apresiasi karya kartun tanah air.
“Museum kartun adalah cita-cita lama para kartunis Indonesia. Dari generasi ke generasi, kita ingin karya-karya kartun tak hanya berhenti di media, tapi hidup sebagai artefak budaya yang bisa dipelajari dan dinikmati lintas waktu,” ujarnya.
Kartunis senior Jitet Kustana menambahkan,
“Semarang punya sejarah panjang dengan dunia kartun. Kota ini menjadi tempat yang pas untuk memulai langkah besar menuju museum kartun Indonesia. Melalui festival ini, kita ingin menunjukkan bahwa kartun adalah bagian dari sejarah visual bangsa.”
Sementara itu, Jango Pramartha, kartunis asal Bali, menilai kegiatan ini menjadi momentum penting bagi penguatan jejaring kartunis nasional.
“Kita ini satu keluarga besar kartunis Indonesia. Mubes dan pameran ini menjadi wadah bertemu, berdiskusi, dan membangun masa depan kartun Indonesia yang lebih maju,” ujarnya.

Momentum Akademik dan Budaya
Selain pameran dan Mubes, kegiatan ini juga menghadirkan Forum Group Diskusi (FGD) Museum Kartun Indonesia, yang akan melibatkan akademisi, sejarawan seni, dan perwakilan komunitas kartunis dari berbagai daerah. Diskusi ini diharapkan melahirkan konsep kelembagaan dan strategi digitalisasi arsip kartun nasional.
Dosen dan pengamat budaya dari Seni Rupa Unnes, Rahman Athian, menyebut gagasan museum kartun sangat relevan dengan perkembangan kebudayaan visual kontemporer.
“Museum kartun bukan hanya soal ruang pamer, tetapi ruang pengetahuan. Ia bisa menjadi laboratorium kebudayaan yang menggabungkan seni, sejarah, dan teknologi digital,” ujarnya.
Dukungan juga datang dari Septa Miyosa,, kartunis dan dosen Yogyakarta, yang menegaskan pentingnya kegiatan ini untuk memperluas jangkauan kartun Indonesia di dunia internasional dan edukasi visual.
“Ini bukti bahwa kartunis Indonesia tidak kalah di panggung dunia. 141 kartunis dari 25 negara hadir di Semarang — ini kebanggaan kita semua,” katanya.
Tokoh arsitek nasional yang juga kartunis sekaligus akademisi UIN Walisongo Semarang, Prof. Ir. Totok Roesmanto, M.Eng., turut menyampaikan dukungannya terhadap gagasan pendirian Museum Kartun Indonesia dan penyelenggaraan Semarang Cartoonfest di kawasan Kota Lama.
“Gagasan Museum Kartun Indonesia di Semarang sangat tepat, baik secara kultural maupun arsitektural. Kota Lama sebagai kawasan heritage memberi konteks sejarah yang kuat bagi kelahiran museum ini. Arsitektur dan kartun sama-sama berbicara tentang ruang dan narasi kehidupan manusia — ini kolaborasi budaya yang menarik dan visioner,” ujar Prof. Totok.
Beliau menilai bahwa museum semacam ini akan memperkaya wajah Kota Lama Semarang sebagai pusat kreativitas urban yang berpijak pada sejarah dan keterbukaan budaya.
Ajang Budaya, Pariwisata, dan Diplomasi Kreatif
Dengan rangkaian kegiatan yang padat dan lintas disiplin, Semarang Cartoonfest 2025 bukan sekadar festival seni, tetapi juga wujud diplomasi budaya yang mengangkat Semarang sebagai kota seni dan kebudayaan dunia.
Masyarakat umum, pelajar, seniman, dan wisatawan diundang untuk mengunjungi pameran kartun internasional di Gedung Oudetrap, Kota Lama Semarang, selama 2 hari pada 18–19 Oktober 2025, mulai pukul 09.00 hingga 21.00 WIB.
Acara ini terbuka untuk umum, gratis, dan menjadi kesempatan langka untuk menyaksikan humor, kritik sosial, dan keindahan visual kartun dunia serta bergabung dalam workshop dan lomba kartun di arena festival.