Makan Gratis Peringati Bulan Bung Karno DPC PDIP Sragen Diserbu Warga .

Spread the love

SRAGEN,DPCPOSKITA. co– Ratusan warga menyerbu makanan gratis dalam yang disediakan dalam pesta rakyat dalam puncak peringatan bulan Bung Karno yang digelar DPC PDI Perjuangan, Sragen, Minggu malam (29/6). Bahkan dalam hitungan menit makanan yang disediakan langsung ludes. Tidak hanya itu, dalam puncak peringatan bulan Bung Karno juga digelar pentas wayang kulit dengan lakon Pandu Swarga. Bahkan para penonton juga disediakan 76 macam doorprize seperti sepeda gunung dan hadiah lainnya. Kesempatan itu Untung Wibowo Sukowati menyerahkan tokoh wayang Werkudoro ke Dalang Ki Simon Darsono asal Gondang, Sragen

Ketua DPC PDI Perjuangan Sragen Untung Wibowo Sukowati menjelaskan dalam kegiatan bulan Bung Karno melakukan sosialisasi melalui media tradisional  sebagai upaya melestarikan budaya Jawa. Sehingga dalam puncak rangkaian kegiatan bulan Bung Karno mengadakan pentas wayang kulit.

“Pentas wayang kulit tentunya bisa mengajak anak muda maupun penerus bangsa  bisa melestarikan  seni budaya tradisional ditengah gempuran budaya modern dari luar,” papar Bowo yang juga kandidat calon bupati Sragen ini.

Ditambahkan Sekretaris DPC PDI Perjuangan Sragen Suparno mengatakan pentas wayang kulit disertai makan gratis sebagai puncak peringatan bulan Bung Karno. Bulan Juni merupakan lahirnya Pancasila, lahir dan wafatnya Bung Karno. Sedangkan dalam pentas wayang kulit dengan lakon Pandu Swarga dengan makna seorang anak yang berbakti terhadap orang tuanya. Bercerita Werkudoro dijerumuskan gurunya  diperintah gurunya Durna dan Sengkuni agar mendapat petaka dengan dibujuk mencari ilmu kesaktian di kawah candradimuka. Namun bukan petaka yang didapat Werkudoro, melainkan malah bertemu dengan ayahnya Pandu dan ibunya Dewi Madrim yang telah meninggal. Karena melihat kedua orang tuanya belum tenang di alam baka, membuat Werkudoro mengamuk hingga dunia para dewa di kayangan gempar. Akhirnya dengan perjuanga Werkudoro kedua orang tuanya berhasil masuk surga. 

“Sehingga dengan perjuangan dan ketulusan sang anak yang awalnya dijerumuskan agar mendapat petaka, akhirnya malah berbuah kebaikan,” pungkas Suparno. (Cartens)